16. Basecamp Dabor's One

8 3 0
                                    

" Giaann!! " panggilku girang didepan pintu. Gian keluar dengan wajah dinginya bersama Lala.

" Apa " sahutnya datar.

" kok apa? katanya mau ngajak gue pergi? " ketusku kesal.

" yom pipisss " sela Lala di dalam gendongan Gian.

" pipiss? Lala mau pipis? Ok. otw " jawab Gian. gemas rasanya mendengar nada bicara Gian jika sedang berbicara dengan Lala. Gian masuk kedalam meninggalkanku sendirian berdiri diluar. dia pergi begitu saja. menyebalkan bukan.

karna tidak mau diluar sendirian aku menyusul dibelakang Gian. Gian berhenti di depan Tante Luti.

" Lala, kamu pipis sama Oma Uti aja ya? Om tunggu sini, " kata Gian penuh kasih sayang pada Lala. Lala menggeleng.

" na'au, mau ipis ama Yom " rengek Lala.

" duh La, lo gak usah ngomong deh La, gemesz gue dengernya, comel banget dah, " celetukku. Aku melihat Gian kebingungan menanggapi rengekan Lala. tapi akhirnya Gian pasrah dan membawa Lala ke Wc karna Lala menangis.

selang 5 menit Gian keluar setelah selesai mengurus Lala minta pipis. Gian keluar dengan wajah masam sembari menggandeng tangan Lala berjalan disampingnya. aku menghampiri Lala dengan wajah super manis yang kubuat khusus untuk merayu Lala.

" Lala oh Lalading, kak Liluk pinjam Om Gian nya dulu ya, bentar aja kok, iyah mau yah? iyadong? iyakah? ah baik ya Lala, makasih Lala " rayuku sedikit merunduk lalu mengangkat Lala mendudukkanya diatas kursi.

" Daa Lalaaa! " pamitku berlari kecil sembari menarik paksa tangan Gian. Lala menangis kencang diatas kursi. aku hanya tertawa senang melihatnya.

" apaan sih Luk! lo itu udah bikin Lala nangis, lo pikir bagus tingkah lo yang kayak gitu! " marah Gian saat kami sudah diluar. wajahnya sangat kesal.

" yauda sih nanti juga diam Lalanya, " balasku sembari memasang kunci dimotor Gian dan melempar jaket Gian ke empunya. aku sudah mengambil kunci dan jaket Gian saat Gian dikamar mandi sama Lala.

" loh? pada mau kemana? " tanya Julian. dia keluar dari rumahnya mau membuang sampah dan melihat kami diluar. Rumah Julian tepat berada di depan Rumah Gian, jadi wajar jika Julian melihat kami saat dia keluar.

" mau pergi bentar, ada urusan " jawabku. Gian hanya diam sembari naik keatas motornya untuk dikendarai. Julian mengangguk menyelidik lalu tersenyum menggoda.

" gak usah mikir yang macem-macem " titahku langsung sebelum Julian memikirkan lebih jauh.

" kami duluan ya, Jul " pamitku lalu motor melaju lurus dan keluar menuju jalan besar. selama perjalanan aku terus membayangkan bagaimana bentuk basecamp Dabor's One, pasti banyak fasilitas latihan disana. banyak orang orang yang pandai bermain parkour, banyak orang yang latihan. aku terus membayangkan hal hal menyenangkan yang akan aku lakukan saat sampai disana.

setengah jam perjalanan kami sampai didepan sebuah bangunan yang biasa, tidak terlalu tinggi, tapi halamannya sangat luas, halaman luas dan bangunan biasa itu ditutupi oleh pagar yang tinggi dan dan besar mengelilingi bangunan dan halamannya.

Gian berhenti tepat di pintu pagar, dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil benda berbentuk seperti kartu, lalu menggesekkanya pada salah satu sisi khusus dipintu pagar. tiba tiba pagar terbuka otomatis. dan dari situ aku baru tahu kalo kartu itu adalah kunci untuk membuka pagar.

Gian memasukkan kembali kunci kedalam saku dan mengendarai masuk motornya. aku menganga takjub melihat keseliling saat baru memasuki halamanya. pagar tadi otomatis tertutup saat motor sudah di dalam. Gian mengendarai motornya menuju salah satu tempat khusus untuk memarkirkan motor ataupun mobil.

" Turun buruan!! " perintah Gian datar. aku tersentak lalu cepat cepat turun. mataku masih menatap penuh kagum dan takjub keseliling tempat. dari luar pagar terlihat sangat biasa karena yang terlihat hanya pagar. tapi saat masuk kedalamnya, gilaa, sangat luar biasa.

" welcome to basecamp Dabor's One " ujar Gian enteng padaku. aku tersenyum mengangguk. rasanya seperti sebuah mimpi. sudah lama aku melewati bolak balik Basecamp Dabor's one tapi aku tidak bisa melihat dalamnya. aku sangat penasaran didalamnya. pernah sesekali aku mencoba untuk mengintip dengan memanjatnya tapi tidak berhasil karna keburu ketahuan. tapi sekarang aku dengan mudahnya masuk kedalam basecamp, luar biasa kan.

" ayo! " aja Gian menarik tanganku. apa yang aku bayangkan dan pikirkan saat di motor tadi sepenuhnya benar dan sepenuhnya sirna.

di halaman nan luas itu, sudah dikelompokkan tempat tempatnya, dan tempat latihan parkour dikhususkan memiliki tempat yang sangat luas. dibagian lain ada tempat yang dikhususkan untuk latihan dance, dibagian lainya ada tempat yang dikhususkan untuk bermain Skeboard dan lain lain. semua tempat terisi oleh orang orang yang sedang latihan. alunan musik berdendang mengisi halaman. jika malam hari begini, basecamp dihiasi oleh lampu lampu pijar, lalu lampu Neon, dan lampu Tumblr. oh satu lagi, lampu yang seperti lampu Tumblr tapi lampu ini memiliki banyak warna, mengelilingi setiap sisi tempat. berasa di kafe outdoor tapi bukan kafe. sayangnya tidak semua jenis lampu dihidupkan.

Gian membawaku masuk kedalam rumah, oh bukan rumah, tepatnya bangunan biasa yang tidak terlalu kecil tapi juga tidak terlalu besar, bangunan itu bangunan bertingkat tiga tapi lantai 3 atau lantai paling atasnya itu sebuah rooftop.

" weits, baru datang? " sahut Dio salah satu admin di basecamp ini. jago parkour juga tentunya.

semua orang disini adalah anggota komunitas Dabor's One Parkour, tapi rata-rata ada yang tidak bisa bermain parkour atau tidak suka, beberapa hadir sebagai anggota Komunitas Dabor's One adalah memilih hobi dan skill mereka masing-masing. intinya komunitas Dabor's One menyediakan banyak pilihan hobi untuk mereka, seperti dance, skeaboard, parkour, dan lain lain.

" Reyna mana? " tanya Gian pada Dio.

" Gak tau, dalam kayaknya" jawab Dio. Gian mengangguk lalu melepas genggaman tangannya dari tanganku, Lalu mengeluarkan handphone dan mengetikkan beberapa pesan entah untuk siapa.

lima menit berlalu seorang wanita, sangat cantik juga tinggi keluar dari sebuah ruangan, melihat tubuh dan cara berjalannya dia lebih cocok jadi model. wanita itu berjalan senang mendatangi Gian disampingku. wajahnya langsung berubah masam saat melihatku.

" kenapa, Yan? " tanya wanita itu halus pada Gian.

" kak Fory semalam ada telpon lo gak? " tanya Gian to the point. wanita dengan nama Reyna itu menggeleng menjawab pertanyaan Gian.

" gue pengen ngomong 4 mata sama lo sekarang! " ucap Reyna pelan tapi tegas. aku hanya diam mendengarkan percakapan mereka berdua.

" Luk, lo tunggu sini ya " pesan Gian sebelum pergi, aku mengangguk mengiyakan.

Salam Hangat
Lumut_Hijau

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang