Julian, Denim, Vokan dan Dian mereka malah lebih repot dariku. Dian dan Denim membantu aku bersiap. jujur aku sangat malas. aku masih belum bisa menerima kalo Om Jefry melamar Mama. ini adalah hari lamaran sekaligus pertunangan mereka.
"iih, jangan goyang-goyang Liluk. nanti make up nya gak rapi ..." keluh Dian karena aku tidak bisa diam.
"biarin" sahutku. Dian merungut. tangannya bergerak lentik dan lihai memoles wajahku dengan make up.
Aku melihat mama masuk membawa mini dress berwarna biru langit dengan pita berpernak-pernik di sisi kanan bagian pinggangnya. warna dressnya mengkilat. mama mencocokannya dengan badanku.
"ganti ganti" suruh Mama memberikan dress itu pada Dian.
mama meminta Dian agar dia mengganti pakaianku dengan dress itu. "biar serasi" kata Mama. aku hanya bisa memberengut.
30 menit berlalu aku turun bergandengan dengan Denim. Dian menyusul belakangan. "gak usah gitu juga liatnya" ketusku karena Denim terus melihatku takjub.
semua keluargaku dan keluarga pihak lelaki sudah berkumpul di ruang tamu. mereka berbincang hangat dan santai.
Gian masuk bersama Lala. dia sangat memperhatikan langkah Lala agar tidak terjatuh. ah manisnya. Gian duduk di bagian pihak keluarga lelaki, dia begitu dekat dengan Om Jefry.
"tarak tuntung tarak tuntung, iiiihaaaa ... ayo lenggokkan jalanmu Nona"
"berisik lo jenggot!" hantamku tajam. Vokan terbahak.
dia kembali membuat irama dengan mulutnya dan joget ala gatot kaca. anjay gak tuh.
"Aahh Luk. sini sini" tangan mama melambai menyuruhku bergegas. aku tetap dengan jalan santaiku.
"Lailu emang gitu orangnya, Oma" katanya menutupi sifat jelekku. aku mendesis.
Gian duduk di samping Om Jefry, dia bercengkrama, sesekali tertawa karena candaan mereka. Lala duduk di pangkuan Om Jefry. sebenarnya ada hubungan apa mereka?
setelah aku tilik dan aku tanya sebanyak-banyaknya ternyata Om Jefry adalah kerabat dekat keluarga Gian. itulah kenapa keluarga Gian juga ada disini.
Acara berlangsung sempurna dan lancar. aku sangat lelah jadi aku kembali ke kamar untuk tidur, biarlah mereka melanjutkan acara sepuasnya, aku tidak peduli. lagipula aku tidak setuju dengan Mama yang ingin menikah lagi apalagi kerabat keluarga Gian.
®®®®
Cekrek
Gian mengernyit melihat kedatanganku malam-malam. dia celingukan entah sedang mencari apa dan ingin melihat apa. Ingus yang sedari tadi ingin keluar masuk dari lubang hidungku kembali aku menariknya masuk dan mengelapnya karena cuaca dingin. Gian mengangkat kepala sedikit menatapku penuh pertanyaan.
Aku gelagapan, aku harus memakai alasan apa. tatapan Gian membuat aku serasa tekanan batin.
"Ada Lala diluar"
mampus.
Aku nyengir lebar seperti orang bodoh saat Gian mengerut dahinya karena tidak mengerti. Sebenarnya aku salah melontarkan alasan, kayaknya gugup berhasil mengendalikan otakku.
"Sebenarnya gue seneng lo datangin gue, Luk. tapi lo ingat waktu dong, ini jam berapa mba? gak tau malu banget lo cewe datang ke rumah laki-laki jam segini, hih!" tukas Gian datar tapi ketus.
Kata-katanya sangat menusuk sekali ya. emang gak bisa kah dia menggunakan kata dan kalimat yang baik, gak belajar bahasa Indonesia kali ya.
"Udah sana pulang!"
Brak!
Aku tersenyum diam masih di tempat. Pintu tertutup tanpa perasaan. ya aku akui aku memang salah waktu, aku memang salah disini dan apa yang dibilang Gian benar. tapi aku apa daya, entah kenapa aku ingin bertemu pria berengsek itu, Oh no no no aku ada keperluan denganya meski esokpun bisa tapi aku ingin saja segera menyampaikannya. Oke baiklah aku bukan orang yang pandai mengelak dan jujur itu hanya alasan, faktanya adalah aku ingin bertemu Gian, padahal kan aku sangat membenci pria itu. Aku membalikkan badan hendak pergi.
"Luk, tunggu!"
Kembali aku membalikkan badan dengan wajah super ketus agar dia tahu bahwa aku marah. Gian ke luar dari garis pintu dan berdiri di depanku. dia tersenyum bodoh menurutku cool menurutnya.
"Lo kesini, ada apa?" tanya Gian. aku menyeringai kesal.
"Najis! kepo juga kan lo!?" ketusku. Gian garuk-garuk kepala.
Aku tak menjawab tapi aku berbalik badan untuk pergi. Gian Menarik-nariku tidak mengizinkan sebelum pertanyaannya terjawab. Oh tidak semudah itu Ferguso, Gian pasrah setelah berteriak-teriak memanggil namaku saat aku berhasil melarikan diri.
Aku menahan tawa, aku ingin tertawa sekencang-kencangnya hingga terbungkuk-bungkuk menahan perut dan mulut agar tawa tidak bersuara.
GUBRUGH!
"aduh liluukkkk! lo ngapain siih! sumpah gue emosi banget sama lo ... " gerutu seseorang yang baru saja aku tabrak.
"Gigit yaa gigit yaa!!" gemas orang itu mencengangkan lenganku ingin mengigit.
"Lawak lo badut" sahutku tertawa kecil. Orang itu tersenyum pasrah.
"Lagian, Luk. lo ngapain coba malam-malam disini?"
"lah lo sendiri ngapain?"
"malah nanya balik ni bocah, gue mau begadang makanya belum tidur" jawabnya.
"gue gak nanya lo kenapa belum tidur tuh"
Aku tertawa melihat ekspresi yang dikeluarkan Julian. ia dia adat Julian. pria itu mengelus dadanya untuk sabar lalu memelukku tiba-tiba. Aku terdiam.
"jangan ngeselin ya adik kecilku" bisiknya dalam pelukan. Aku terbelalak kesal.
"kalian ngapain!?" ketus seseorang.
Refleks aku mendorong tubuh Julian hingga pria itu terpental ke belakang. Aku berubah gugup dan gelagapan. Seseorang itu menatap kesal, terlihat dari remang-remang malam. tanpa mengucapkan sepatah katapun aku bergegas pergi. Malu rasanya malu.
samar-samar aku mendengar suara Gian di tengah aku bersiap untuk lari.
"gue harap ini terakhir kalinya gue liat, Jul" ujar Gian dingin dan amat ketus.
_______________________________
See You Next Page👋
Vote komen nya tinggalin dong bro n sis 😆😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Dabus'd & You (END)
Teen FictionCerita Ke-lima Ini tentang 6 manusia tengil yang masih duduk di bangku SMA. Lailu, Dian, Vokan, Denim, Julian dan Gian. Lailu adalah tipe cewe yang bukan feminim bukan juga Tomboy, dia sedikit pembangkang dan keras kepala bukan tak jarang dia berte...