14. " Iya "

9 4 0
                                    

sekarang adalah hari Minggu, dan aku sengaja harus bangun lebih awal karna anak anak mengajak bersepeda keliling kompleks.

" buruan Luk!! " teriak Vokan dari halaman. aku keluar dengan tampang masam karna sedari tadi mereka terus berteriak cepat.

" lama amat dandannya!! kayak cewe aja!! " omel Vokan.

" kan emang cewe goblok!! " jawab Julian menoyor kepala Vokan.

" oiya! Hadeeh! Dasar Cewe!! " ralat Vokan.

Aku tidak memperdulikan. aku justru pergi kebelakang mengambil sepeda. dan kembali ke halaman. sekarang baru jam setengah enam pagi, langit juga masih sedikit gelap, yang pentingnya adalah mataku masih sangat mengantuk.

" melek Luk!! ntar jatoh! " celetuk Vokan bergerak lebih dulu, memimpin didepan. aku mendengus kesal menanggapi. Julian, Denim dan Dian berlomba mensejajari Vokan. Gian melambatkan laju sepedanya hingga aku sampai melewatinya dan berposisi didepannya.

aku melambatkan sepeda dan sejajar dengan Gian.

" lo ngapain dibelakang!! duluan sana! " perintahku ketus karna aku merasa kalo dia sengaja melambat dan bersepeda dibelakangku.

" enggak! kalo lo mau, lo duluan aja sana!! " Gian balas ketus, justru lebih ketus dan datar dariku. melihat dan mendengar ucapannya membuatku kesal dan melajukan sepeda duluan. aku pikir Gian juga akan melajukan sepedanya ternyata dia masih seperti awal, tidak laju tidak lambat tapi santai. mungkin perkiraanku bahwa dia sengaja bersepeda dibelakangku untuk menjagaku ternyata salah.

" gak jadi duluan? " sahut Gian Santai karna melihatku berhenti.

" gue nungguin lo!! " ketusku.

" untuk? " tanyanya santai. pandangannya sangat tenang kearah depan. kakinya mengayuh dengan perlahan pedal sepeda.

" ya untuk, untuk ngomong!! gue pengen nanya sesuatu hal sama lo! " jawabku masih ketus. rasanya terlalu elok dan manis kalo berbicara sama Gian dengan ramah lemah lembut.

" silahkan "

kami bersepeda dengan sejajar, aku terus menarik napas dan membuangnya. aku bingung bagaimana cara mempertanyakannya pada Gian.

" eum anu, "

" Anu lagiiii, lagi lagi anu, to the point aja, gak usah kebanyakan anu, " potong Gian kesal. aku mendeling kesal menanggapi.

" Ok. tudep aja! sebenarnya lo itu siapa sih!! " tanyaku galak tapi lancar dan cepat.

" Gue? " tanya Gian memastikan. aku mengangguk percaya diri.

" Gue Gian " jawab Gian enteng. bibirku langsung bergerak naik mendengar jawaban Gian, rasanya ingin terus marah marah didepannya.

" GUE SERIUS!! " gemasku kesal.

" iya gue juga serius O'on! lo tadi nanya apa? " jawab Gian santai.

aku mengerutkan dahi bingung. " gue tadi nanya lo itu siapa " jawabku bingung seperti orang bloon yang sebenarnya.

" terus gue jawab apa? "

" Gian "

" terus salahnya dimana? pertanyaan lo gak mutu banget tau gak!! " ketus Gian dan mendahului jalan sepedaku.

" eits tunggu duluu!! bukan itu maksud gue!! " cegatku menarik lengan baju Gian.

" terus apaa? " tanya Gian mulai lelah dan malas menghadapiku. dia menghentikan sepedanya dan menatapku menungguku menjelaskan. aku ikut berhenti. aku benar benar mati kata. bener benar mentok.

Gian masih setia menungguku mengeluarkan suara dengan tangan yang dilipat didada tapi masih duduk diatas sepedanya.

" gue ngeliat foto Dabor's dikamar lo, foto yang pas kompetisi king parkour. gue ngeliat lo foto bareng mereka, kostum lo juga sama kayak mereka, apa lo ikut kompetisinya hari itu? tapi kok gue gak ngeliat lo ya? terus di foto gue gak ngeliat Dabus'd, apa lo sama Dabus'd itu orang yang sama? " tanyaku seperti seperti rel kereta api, takut takut dan ragu ragu aku mengajukan pertanyaan.

Gian masih menatapku dengan ekspresi yang sama sedari tadi, lalu merubah posisi nya menjadi tegap.

" iya " jawab Gian enteng. aku terkejut sekaligus bingung.

" iya maksudnya? " aku memastikan dengan sangat terkejut. Gian menepuk jidatnya dan membuang napas berat.

" tadi lo nanya Dabus'd sama gue itu orang yang sama kan? gue jawab iya. lo itu gak nyambung banget ya!! " jawab Gian ketus lalu kembali melanjukan sepedanya. aku diam terpaku masih tidak percaya hingga tak sadar kalo Gian sudah bersepeda jauh dari tempatku.

setelah cukup setengah sadar, aku melajukan sepeda menghampiri yang lainya.

" itu dia " sahut Gian menunjuk kearahku.

" lo dari mana aja Luk!! coba liat mata lo? udah melek kok, atau tadi lo belum melek terus nyasar? melek nya baru disini aja, iya? wah parah ni anak!! " sosor Vokan sembari memeriksa mataku. aku masih diam karna belum bisa menerima jawaban Gian tadi sepenuhnya. aku masih sangat terkejut.

" tau ah! Jul!! temen lo urusin ni!! " teriak Vokan memulai olahraga pagi nya.

" Kesambet mungkin, Kesambet setan pagi, " celetuk Julian sembari menarik Dian ikut berolahraga.

" kenapa Luk? " tanya Denim lembut mendatangiku.

" gak papa, ayo kita senam pagi kawan kawan!! " jawabku tersadar karena suara Denim.

Satu Dua
Satu Dua
Satu Dua Tiga delapan

" Luk! " panggil Gian pelan ketelingaku.

" hum! " sahutku santai menoleh kearah Gian dan tiba tiba menunduk setelah tahu siapa yang memanggil.

" gue pikir lo mungkin bisa diam atau ngelupain percakapan tadi, yang masalah Dabus'd " ujar Gian enteng sedikit mendekati telingaku tapi pandangan tetap kedepan dan badan bergerak melakukan pemanasan. aku membelalak terkejut. bingung harus menanggapi apa.

" lo bisa diam kan? cuma gue sama lo yang tau, paham kan? " lanjut Gian lagi. kali ini sangat mencekam karena seperti ada nada pengancaman disana. aku mengangguk tegang.

" Ok " balasnya dan kembali ke tempat semula menjauh dari tempatku.

' ya Allah gue masih gak nyangka ini! sungguh tidak terduga, kalo gue suka Dabus'd berarti selama ini gue sama aja suka sama Gian dong? OMG!! gak bisa ngebayangin gue, Oh Noo!! ' batinku meringis.

" Kuy pulang! udah jam setengah 8 " ajak Julian menyudahi aktivitas pagi. mendengar ajakan Julian aku langsung bergerak cepat dan bergegas.

" gue duluan pulang ya! dadah semua!! " pamitku melambaikan tangan cepat cepat lalu melajukan sepeda dengan bergegas, hingga menimbulkan raut bingung di wajah mereka.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang