6. Turun Tangan

9 5 0
                                    

" Pokan!! " sapaku sembari melompat kecil dan merangkul bahunya. Vokan menoleh, menatapku kesal, lalu acuh.

" kenapa lo? kumat gila nya? iya? mau gue bikinin jamu lendir cacing lagi gak? " tanyaku bercanda.

Vokan melepas kesal rangkulanku, mengubah arah badan menghadapku dan berkata, " sekali lagi lo nawarin gue lendir cacing, gue bakal gendong lo terus gue buang ke laut!! berani?. "

" berani " jawabku mencemooh dan berlalu mendului jalan Vokan. tanpa disangka sangka anak itu justru benar benar menggendongku dan langsung berlari membawaku ke tepi laut yang tidak jauh dari sekolah.

" iya-iya, ampun-ampun!! turunin guee nyett, pliss!!! " rengekku kesal karena tidak suka.

Vokan berhenti tiba-tiba dan menjatuhkahku diatas pasir dengan beberapa batu kerikil serta batu apung sedikit terbenam dalam pasir. pria itu berdiri diam tidak bergerak, titik fokus matanya tertuju pada satu arah. aku mengusap usap punggung dan membersihkan pasir pasir menempel ditangan.

" Luk luk, liat kesana, itu Dian kan? " ucap Vokan masih menatap tak percaya pada sebuah objek seorang gadis remaja tengah duduk bersila menghadap laut. rambut pendek nya bergerak gerak mengikuti arah angin menyapu. gadis itu membelakangi kami, ia tidak tahu bahwa kami tengah menatap bingung padanya.

aku berdiri perlahan dengan mata tetap berfokus pada objek yang dilihat dengan sangat serius, sembari membersihkan pasir yang menempel di sikutku.

" Woiii!! " Panggil Julian meneriaki aku dan Vokan tengah menatap lamat pada Dian yang sedang menyendiri.

" berduaan aja!! liatin apaan sih sampe serius amat? " tanya Julian setelah sampai menghampiri kami berdua. disusul dengan Denim dam Gian. pertanyaan Julian dengan suara khasnya membuyarkan dan menyadarkan kami dari sebuah hipnotis yang bernama lamunan.

" itu Cudii, " aduku pada anak anak, Julian, denim dan Gian.

" lah iya, itu Dian, gue samperin ya, " jawab Julian bergegas hendak menghampiri.

" JANGAN!! " larangku cepat menarik kerah baju belakang Julian.

" Aahh, Kenapa? " kesal Julian.

" biar gue aja "

" kenapa harus lo? "

" karna kami sama sama perempuan, "

" gak ada hubungannya Lailu. "

aku tidak memperdulikan balasan Julian berikutnya dan langsung menghampiri Dian dengan berjalan perlahan. sebelum itu aku membalikkan badan kearah anak anak. menatap kelakuan mereka satu satu.

" dia emang gitu orang nya, Yan, " jelas Julian pada Gian. padahal tidak ada yang meminta penjelasan atau pemakluman. aku menggerutu kesal dengan ucapan Julian.

" apa hubungannya sama gue? " cuek Gian. ia melepas headset ditelinga lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku. mata nya menatap sekeliling laut pantai. tampak dari wajahnya bahwa ia menikmati pemandangan tersebut. apalagi hembusan angin seakan akan membuat nyata  udara dengan oksigen yang masih bersih dan segar.

" gak ada sih, tapi kan lo anak baru tuh jadi belum terbiasa dengan sikap Si Liluk, " jawab Julian dengan cengiran.

" Jul, Sehat? " celetuk Vokan.

" Alhamdulillah sehat bang, " balas Julian dengan tawa santai nya.

" coba gitu ya pok ya, satuu hariiiii aja lu kalem, diem, gak banyak omong kayak si Denim ya gak Den? atau cool, kalem, dingin, ngomong sekata dua kata kayak si Gian, ya gak Yan? bisa gak? "

" Berisik ya kalian!! " celetukku kesal, aku belum juga mendatangi Dian.

" eh ni bocah kapret!! lo ngapain masih disitu? buruan sono!! malah nontonin kita,dasar kapret!!! " teriak Vokan mengomel.

" udahlah, gak usah dipeleset pelesetin, kalo mau bilang kampret yaudah bilang aja kampret, lagian tu bocah gak akan berani berontak, " celetuk Julian. Vokan tidak membalas ia hanya menendang bagian lutut belakang julian membuat pria itu sontak terjatuh dengan tiba tiba. aku langsung tertawa kencang melihat itu, barulah aku menghampiri Dian disela sela tawaku.

" Cudi, lo ngapain disini sendirian? " tanyaku langsung.

" Liluk? " kaget Dian saat melihatku.

" iya, ini gue, lo ngapain? "lanjutku sembari ikut duduk disebelahnya.

" Tino " jawab Dian lirih. ia kembali larut dalam perasaan emosi entah emosi apa yang dirasakannya.

" dia kenapa? dia gangguin lo lagi? " tanyaku sedikit cemas.

Dian diam menatapku lamat, sangat dalam ia menatapku lalu memelukku erat sembari menangis begitu terisaknya, sampai sampai dia sesenggukan saat berbicara.

" kok tangan lo memar? tulang pipi lo juga memar, kenapa? " tanyaku khawatir karna baru menyadarinya. aku memeriksa bagian tubuh lainnya, siapa tau ada luka lain selain yang aku sebutkan tadi. Dian semakin menangis.

" jawab guee Cud!! kenapa? apa dari semalam sampe Sekarang lo gak pulang karena ini? " aku terus melontarkan pertanyaan pertanyaan.tapi belum satupun pertanyaan dijawab oleh Dian.

" masa, semalam Tino mukulin terus nyakitin gue cuma gara gara gue nampar pipi mantannya, " adu Dian ditengah tengah tangisnya yang sesenggukan.

" MAKSUD LO APA?!! " Julian menatap marah dan kesal kearah Dian. begitupun dengan Vokan dan Denim. tiga pria itu tampak sangat murka menahan emosi.

" HARUSNYA LO BILANG SAMA KITA!! JANGAN DIAM AJA TERUS NGILANG GADA KABAR!! " Marah Julian lagi. emosi nya begitu menggebu saat berbicara.

" Gue bakal temuin Tino sekarang!! " gumam Vokan, tampak ucapannya tenang tapi tajam. ia berbalik dan langsung berlari akan menemui Tino.

" Vokan!! Vokan!! Jul, Den, Yan, kejar Vokan, jangan sampe dia bikin masalah!! " gemasku khawatir.

" enggak, gue bakal nyusul Vokan dan ngabisin si Anji*g itu!! Denim, ayo!! " tanggap Julian penuh emosi.

" Aarghh!!  lo ngapain diam aja!! kejar!! halangin mereka!! " suruhku sangat gemas pada Gian yang berdiri santai.

" gue antar kalian berdua pulang, Ayo! " jawab Gian. aku menggerutu kesal karena balasan Gian yang justru menawarkan diri mengantar kami pulang.

" GUE PULANG SENDIRI AJA SAMA DIAN!! GUE MINTA TOLONG SAMA LO HENTIIN BUDAK 3 ITU!! LO GAK USAH SOK PEDULI SAMA GUE!! " bentakku penuh kesal.

" Ayo! " Gian menarik tanganku dan Dian. aku langsung menepis kasar pegangan tangan Gian.

" GUE ANTAR LO PULANG SEKARANG!! PAHAM GAK!! " bentak Gian sangat emosi. bentakan nya membuatku sangat terkejut karna aku tidak pernah sekalipun melihatnya membentak.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang