13. Jangan-jangan

8 4 0
                                    

" luukk!! " panggil Mama berteriak dari arah dapur. aku menyahut dengan loyo lalu pergi ke dapur menghampiri Mama.

" kenapa Ma? " tanyaku malas sesampai di dapur. Mama melihatku kesal karna baru bangun, padahal sudah jam delapan.

" ini tolong kamu kasih ke Mama Gian ya, " perintah Mama. aku mendengus kesal. rasanya malas untuk bergerak dan keluar melewati pintu. apalagi semalam sempat hujan pastinya dingin diluar.

" Mama gak suka ya liat kamu malas malas pake ekspresi wajah kamu yang itu, gak suka Mama, buruan antar!! " marah Mama melihat wajahku yang memberengut sangat jelek.

kalo mama udah bilang gak suka, aku apa daya, terpaksa harus pergi ke rumah Gian. karna keputusan Mama sudah tidak bisa diubah.

" et et tunggu!! kamu mau pergi dengan wajah kayak gitu!! ke kamar mandi dulu sana!! cuci mukanya!! bersihin!! anak gadis jorok amat, iler masih nempel diwajah main pergi aja! gak ada sedikit pun inisiatif buat bersihin dulu____ " Oceh Mama menghentikan langkahku. aku berlalu ke kamar mandi mencuci muka selagi Mama masih mengomel. hari ini moodku lagi malas mendengar mama mengomel dengan suaranya yang sedikit cempreng itu kalo lagi ngomel.

" anak gadis jorok banget, itu ikut siapasih! pasti bapaknya itu, iya gak salah lagi, pasti itu, aku waktu gadis gak gitu gitu amat tuh. " Mama masih terus mengoceh sendiri selepas aku keluar dari kamar mandi karna sudah selesai mencuci muka.

" Mah, Mah, Mah!! " panggilku ketus dan kesal.

" APA!! " sahut Mama.

" udah dong Ma!! gak capek apa ngoceeehhhhh mulu! ini aku udah siap cuci muka loh, jadi mama gak perlu buang buang energi nerusin ocehannya, doyan amat!! " kesalku sembari mengambil Sup dalam mangkuk yang harus dikasih ke Mama Gian.

Mama hanya menanggapiku dengan tatapan kesalnya maka aku kembali melanjutkan langkah menuju rumah tetangga sebelah, rumah Gian.

" Assalamualaikum, Mama Giannn " salamku sedikit berirama.

" Wa'alaikumussalam, sayang ... " jawab Tante Luti menjawab salamku.

" ayo Luk masuk, ikut sarapan sini, " ajak tante Luti menuju meja makan sembari membawa sup yang kubawakan dari Mama. aku mengangguk cepat sembari bergegas melepas sandal. aku langsung mencomot brownis kukus diatas meja makan.

" Hai Luk, " sapa Om Dery papa Gian.

" hai juga Om " balasku menyapa sembari sedikit menarik kursi kebelakang lalu duduk.

" Lala, mam apa? " tanyaku basa basi pada Lala, keponakan perempuan Gian yang diasuh oleh tante Luti.

" mam loti " jawab Lala. gemas rasanya jika mendengar Lala berbicara. Lala masih berumur 3 tahun kurang lebih, anaknya sangat cantik, cute, dan manis banget. enak banget kalo diliatin, aku suka banget ganggu Lala, apalagi kalo dia udah nangis gara gara kuganggu, makin gemas rasanya.

" Minta dikit ya La! " pintaku mencomot roti coklat ditangannya. saat aku mencomot roti itu dia langsung terdiam dan menangis. aku hanya tertawa sembari memakan roti yang kuminta pada Lala tadi. jahat banget ya aku, tapi gak papa bentar lagi tu anak diam, soalnya bentar aja nangisnya, palingan ntar ngadu ke Gian.

" Oya, tante! " panggilku pada tante luti karna teringat sesuatu.

" kenapa Luk? " jawab Tante Luti tanpa menoleh.

" Gian mana? " tanyaku.

" belum pulang dari semalem, katanya sih ada acara siaran gitu, gak tau deh siaran apa, eh siaran atau pesta ya, duh lupa Tante, " jawab Tante Luti. aku mengangguk mengerti.

" itu Gian! " tunjuk Om Dery kearah Gian yang baru masuk dari pintu, ranselnya disandang dibahu kiri, tangan menjinjing jaket hitam kulit. wajah lelahnya menatap bingung pada kami dimeja makan, karna kami pandangan kami mengarah padanya, jadi dia bingung, sepertinya.

" kenapa? " tanya Gian mengerutkan dahi. kami menanggapi serentak dengan menggeleng.

Gian mendeling lalu pergi memasuki kamarnya. Aku bangun dari duduk untuk pamit pulang. karna kamar Gian dekat dengan pintu jadi aku melewati pintu kamarnya. pintunya tidak ditutup full jadi aku iseng mengintip ke kamarnya.

dalam kamar aku melihat Gian langsung merebahkan badan keatas kasur dengan tengkurap/telungkup. mataku mengelilingi setiap sudut kamarnya. ada banyak tempelan, juga ada foto dengan bingkai besar, kalo dari foto aku yakin banget itu lokasi di tempat kompetisi king parkour dahulu, dalam foto terdapat tujuh orang yang saling merangkul. aku yakin banget kalo itu adalah komunitas Dabor's one parkour. tapi dimana Dabus'd? harusnya ada Dabus'd disana, bukanya Dabus'd tapi justru aku melihat Gian yang disana.

" NGAPAIN LO!! " teriak Gian membentak. aku terkejut dan sangat kaget karena kemunculan suara Gian tiba tiba. aku berubah gelagapan karna bingung bagaimana menghadapi kenyataan bahwa aku sudah tertangkap basah tengah mengintip kamar seseorang tanpa izin.

" eum anu, " gugupku bingung.

" ANU APA!! " potong Gian mendatangiku.

" KEPO YA LO!! SUKA SUKA GUE DONG GUE MAU NGAPAIN!! IKUT CAMPUR AJA JADI ORANG!! " jawabku membentak balik dan langsung pergi dengan terburu buru.

berkali kali aku melirik kebelakang sembari terus berlari keluar. Gian menatapku dengan raut bingung. " Kok jadi dia yang marah? " guman Gian bingung sendiri.

" Huh! Gilak ya lo Luk!! bloon banget bisa sampe ketauan!! lagian ngapain coba lo kepo banget ngintip kamar orang, kayak gak ada kerjaan lain aja!! Argh dasar bego banget gue, dahlah gak tau lagi deh gue, sumpah ini panik banget!! " gumamku mengoceh sendiri diluar pintu rumahku setelah bernapas lega.

" wait wait deh, gue baru ingat, kenapa Gian punya foto Dabor's pas kompetisi? harusnya itu menjadi foto pribadi komunitas, terus dimana Dabus'd? harusnya difoto , Dabus'd lah yang paling mencolok karna dia pake topeng sendiri, tapi kenapa gak ada Dabus'd nya? yang ada malah Gian, sebenarnya Gian itu siapa sih? atau jangan-jangan Dabus'd dan Gian itu ... " pikirku menerka-nerka dengan terus berjalan masuk ke kamar.

" OMG!! gak gak!! gak mungkin!! gak mungkin banget!!! " gumamku keras tidak mau melanjutkan terkaan atau tebakanku lagi tentang Dabus'd.

" kenapa sih Luk? " tanya Dian disela sela matanya yang masih terpejam karna mengantuk. sepertinya Dian terbangun karna teriakanku tadi.

" enggak, gak papa " jawabku. Gian menyelidik memaksa matanya terbuka lalu kembali tidur.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang