Gian keluar dari ruangan yang dimasukinya bersama Reyna tadi dengan wajah kesal.
" Kita pulang Luk!! " ajaknya sedikit ketus dan menarik tanganku keluar dari ruangan untuk pergi.
" kok pulang? " tanyaku sedih.
" gak usah banyak nanya lo "
" tapi Yan. " Aku melepas pegangan Gian kasar dan berhenti. Gian membalikkan badannya kesal dan menatapku sinis.
" plis, gue pengen banget parkour disana, bentar aja, gak papa kan, masa iya jauh jauh gue dari rumah, nolak pacar gue jalan, tapi gue cuma bisa liat doang, gak ngapa-ngapain, " cicitku sedikit sedih. Gian diam menatapku bingung. tampak bahwa ia tengah berpikir. lama dia berpikir, juga sedikit gelisah.
" Ok. bentar aja kan? " Gian menyetujui. aku mengangguk girang
kayaknya gue harus siapin mental lebih dan terima resikonya
guman Gian pelan. aku baru akan ingin berlari tapi terhenti karna mendengar gumaman Gian. aku membalikkan tubuh menghadap Gian bingung. Gian mengerutkan dahinya juga bingung melihatku berhenti.
" kenapa? gue gak mau nunggu lama, jadi lo harus cepet, gue kasih waktu cuma 5 menit " ketus Gian datar. aku masih menatap Gian ragu juga sedikit kasian, entah kasian atas dasar apa.
aku melanjutkan lari ketempat latihan parkour, dan langsung bermain disana. aku kerahkan semua kepandaian yang kupunya dalam parkour. orang orang yang juga latihan disana menatap heran kearahku, tapi aku tidak peduli.
" udah puas kan? "
" sebenarnya sih belum tapi karena lo cuma ngasih sedikit waktu, gue apa daya, " jawabku sembari mengambil minuman ditangan Gian dan menenggak habis minuman itu.
" langsung pulang ya, gue masih ada urusan disini, jadi gue antar lo pulang dulu, nanti kalo Mama nanyain bilang gue di basecamp, " ujar Gian menggiringku ke parkiran. aku mengangguk saja. rasanya lega, bahagia, dan enteng setelah parkour.
kami sampai dirumahku. aku menatap Gian sangat senang dan penuh binar. ingin rasanya ke basecamp setiap hari.
" kenapa lo? " tanya Gian ketus, heran melihat tingkahku.
" yah gak peka, yaudah deh, makasih ya "
Gian mengangguk dan melajukan motornya sangat laju menembus malam. sepertinya dia buru buru. sebelum masuk kerumah aku sempatkan mampir ke rumah Gian untuk menyampaikan pesannya tadi, mengabari Tante Luti kalo Gian bermalam di Basecamp.
🚵🚵🚵
Senin oh Senin
" Mie mie apa yang jelek Den? " tanya Vokan bermain tebak tebakan bersama Denim. mereka para anak anak sedang menemaniku menunggu Dandi menjemputku.
" Mie oyeng " jawab Denim menjawab tebakanya.
" salah "
" jadi? "
" Mie mie apa yang jelek? ya Mierip Diii-aann " jawab Vokan tertawa sendiri karna leluconnya garing, tidak lucu.
aku tersenyum simpul mendengar mereka bermain lelucon. dari jauh aku melihat Dandi memasuki gang. tiba tiba Gian menyelip paksa motor Dandi, dia mengendarai motornya sangat ngebut. jadi Gian sampai lebih dulu. dia memarkir motornya dan membuka sebentar handphone sebelum turun dari motor.
sebelum naik ke atas jok belakang motor Dandi aku melihat Gian dengan raut bingung.
" lo dari mana Yan? jam segini baru pulang, gak sekolah? " cakap Julian mendatangi Gian saat pria itu akan segera memasuki rumah. Gian menggeleng menjawab pertanyaan Julian sembari melepas jaket dan menyampirkannya dibahu.
" muka lo kenapa woi? " Vokan datang sembari meninju pelan bahu Gian.
" Aits Aah!! sakit anjing " ringis Gian.
" Oops maaf, kenapa lo? berantem? " balas Vokan enteng. Gian menggeleng. Julian menghadang jalan Gian saat Gian akan melangkahkan kakinya masuk kedalam. aku turun dari motor Dandi ikut menghampiri Gian. disusul Denim dan Dian. Dandi hanya duduk di motor menatap kami kesal.
" muka lo kok babak belur, Om? " tanyaku menyelidik.
" kenapa pada kepo sih! urus aja urusan kalian masing masing! " ketus Gian lalu mendorong bahu Julian menyuruh minggir. kami memandang satu sama lain karena bingung.
" Sayang, buruan! " ketus Dandi dimotorya. aku menepuk jidat tersadar bahwa ada Dandi yang menungguku untuk berangkat kesekolah. aku pamit pergi duluan pada anak anak.
" Sayang, aku gak suka ya kamu terlalu mengikut campuri urusan temen-temen kamu itu! terutama Gian! " cicit Dandi diperjalanan. aku mengerutkan dahi heran.
" kamu kenapa? gak biasanya kamu kayak gini, mereka sahabat aku loh, Ndi " jawabku lebih ketus, karna tidak suka dengan ucapan Dandi.
" iya aku tau, tapi kamu terlalu berlebihan sama Gian, aku gak suka! pokoknya aku mau kamu jauh jauh dari temen temen kamu itu, kamu nanti main sama temen temen aku aja, paham! "
" turunin aku sekarang!! " pintaku sangat ketus dan kesal. sekarang aku benar benar sangat muak.
" belum sampe loh "
" aku bilang turunin!! ya turunin!! " bentaku.
Dandi menghentikan motornya. aku langsung turun dan naik angkutan umum meninggalkan Dandi yang terdiam bingung juga kesal.
sampai disekolah aku cepat cepat berlari ke dalam kelas karna aku sampai disekolah bersamaan dengan Dandi juga sampai disekolah, sepertinya dia mengikuti jalan angkot yang aku naiki.
Dikelas aku meminta tolong Dian untuk tidak mengizinkan Dandi menemuiku. aku mengeluarkan handphone mengetikkan pesan singkat untuk dikirim ke Gian.
Lo kenapa Yan?
lo gak kena masalah gara gara gue kan?
semalam lo gak papa gue liat tapi tadi pagi kok lo bisa babak belur? lo gak dipukulin atau kena masalah gara gara gue kan?Bisa diem gak!!
knpa sih!
diem anjg!!
aku tidak membalas lagi pesan Gian karna semakin aku membalas pesannya semakin aku kesal.
selama jam sekolah aku hanya dikelas karna tidak ingin bertemu Dandi. Vokan, Denim, dan Julian juga tidak terlalu sering dan lama menemuiku atau berkumpul denganku. masalahku dan Dandi juga tidak aku ceritakan pada mereka.
Salam Hangat
Lumut_Hijau
KAMU SEDANG MEMBACA
Dabus'd & You (END)
Teen FictionCerita Ke-lima Ini tentang 6 manusia tengil yang masih duduk di bangku SMA. Lailu, Dian, Vokan, Denim, Julian dan Gian. Lailu adalah tipe cewe yang bukan feminim bukan juga Tomboy, dia sedikit pembangkang dan keras kepala bukan tak jarang dia berte...