20. Cara satu satunya

5 3 0
                                    

dengan style simple yaitu Hoodie Hitam dipadukan dengan jeans dengan model robekan di bagian dengkul dan Paha. rambutku yang sepinggang sengaja aku geraikan supaya masih terlihat feminimnya.

aku duduk bersila diatas lantai rooftop di bangunan yang pernah aku datangi dulu untuk melepas rindu akan parkour, dan merehatkan sejenak masalah real life, dan lain sebagainya.

"Liluk!! Cirsss "

jepret

gambar berhasil diambil dengan sempurna 👇👇👇

gambar berhasil diambil dengan sempurna 👇👇👇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" gak kerasa kalo cuma satu, Pok " celetuku. Vokan bukan menjawab dia justru menunjukkan lubang hidungnya. parah gak tuh.

aku hanya berdua dengan Vokan di rooftop, karna cuma Aku dan Vokan kecuali Gian yang berani datang kesini dan tau cara masuknya. aku tidak tahu untuk Gian, bagaimana bisa datang ke rooftop hari itu.

" HOII!! SIAPA DISANA!! " teriak penjaga gedung melihat kami duduk di tooftop tanpa izin.

gawat

" Mampus!! ketahuan, Pok, ayo kabur!! aku menarik tangan Vokan bergegas. petugas tersebut berlari mengejar aku dan Vokan. karna kesempatan ini gak sering terjadi, aku memanfaatkan situasi kabur melewati dalam gedung, seperti yang pernah aku lakukan hari itu.

aku dan Vokan berlari, melompat, hingga memanjat. kami tertawa sangat puas sembari kabur. aku berpencar dengan vokan untuk menyulitkan si penjaga. aku melewati eskalator, dan meluncur begitu saja. hampir saja aku terpeleset di eskalator tapi segera aku menyeimbangkan badan.

Gedebugh

Aaish Aah! maaf maaf, Om " ujarku cepat meminta maaf. aku tidak tahu siapa yang aku tabrak. aku berdiri sembari merapikan penampilanku

" iya gak papa, dek! eh Lailu! kamu? " sahut Om Jefry, orang yang aku tabrak saat akan melompat mendarat dari eskalator.

" Om Jefry " balasku sedikit ketus dengan raut masam.

" maaf pak, ini anak brandal itu, yang sering masuk semena-mena, lompat lompat gak jelas itu! " lapor penjaga itu ngos ngosan menghampiri Om Jefry.

What!! berandal!!

" bukan, bukan dia " sanggah Om Jefry halus.

" iya, dia orangnya pak!! " kekeh penjaga tersebut dengan polosnya.

" saya bilang bukan dia!! " tekan Om Jefry memelototi penjaga itu. sontak penjaga tersebut tertunduk dan pamit kembali ke tempatnya.

" kamu mau kemana? " tanya Om jefry sembari merangkulku caper cari perhatian. aku melepas tidak suka rangkulan tersebut.

" Lo gak usah sok asik deh, Om " ketusku sembari berjalan santai, pergi begitu saja.

" eh tunggu dulu, Lai!! " cegat Om Jefry mengejarku dan menarik pergelangan tanganku.

" apasih Om!! " bentaku menepis kasar pegangannya.

" Ok. damai, Om cuma mau nanya, Mama kamu kok handphone nya gak aktif? kenapa? Mama kamu gak ada kabar, "

" bukan urusan saya!! permisi!! "

Aku berlari sembari melompati meja meja kosong para karyawan perusahaan. aku tidak peduli dengan kerusakan fasilitas di perusahaan ini, karna, pemilik perusahaan tidak akan berani menuntutku. enak kan. maka dari itu, aku harus memanfaatkan kesempatan itu.

" Vokan!! " panggilku berteriak lalu merangkul bahu Vokan, berjalan bersisian disampingnya.

" ketemu Om Jef ya Luk? rusak dong mood lo? ciahh!!  " tebak Vokan tertawa mengejek.

" kok bener sih!! "

Tring

Aku menghentikan jalan karna mendengar notifikasi pesan dari handphoneku.

" Julian? " gumanku bingung membaca nama si pengirim pesan.

gue pnya stu jalan keluar luk!
jalan satu-satunya ya itu,
lo ikut diam-diam, jangan sampe Mak mu tau, gimana?

Aku diam memikirkan pesan yang dikirim Julian.

" kenapa Luk? " tanya Vokan bingung karena aku belum juga melanjutkan jalan. mendengar pertanyaan Vokan aku tidak menjawab tapi menyodorkan handphoneku pada Vokan,lalu melanjutkan jalan. Vokan menyusul dibelakangku.

" Liluk! " Mama terkejut. aku dan Mama berselisih dipintu utama kantor.

" Mama " balasku sedikit ketus.

" kamu ngapain disini, sayang? ketemu Om Jefry ya? di dalam ada Om jef kan? " ujar Mama lembut. aku menggeleng dengan raut super masam.

" Mama kedalam dulu ya, mau ketemu Om Jef, " pamit Mama menepuk pelan bahuku.

" Om Jef gak ada di dalam Mah! " bohongku untuk mencegat Mama.

" masa iya? Vokan, Om Jef gak ada didalam? " Mama memastikan dengan bertanya dengan Vokan. aku membelalak terkejut dengan ucapan Mama. Vokan nyengir bingung mau menjawab.

" sebegitu gak percaya nya ya Mama sama anak sendiri, sampe harus nanya orang lain, " todongku langsung.

" bukan gitu, sayang. jangan salah paham dong, sekarang kamu pulang ya, Mama udah siapin makanan, "

" kalo Mama percaya sama aku, pastinya Mama gak akan kekeh masuk ke dalam kan? Mama ikut pulang sama aku kan? "

" enggak sayang, Mama masih ada urusan, kamu duluan ya, "

" tapi kan Om Jef gak ada di dalam! "

" iya Mama mau liat dulu kedalam, "

" Ok. fix Mama emang gak percaya sama omongan aku, yuk Pok pulang, gue CAPE!! " aku memegang tangan Vokan hendak pergi.

" Mama bisa apa kalo Lailu Falita Adilopa udah pasang muka gitu, Ayuk Pulang! " Mama pasrah dan menggandeng lenganku, pulang. dalam hati aku tersenyum merasa menang.

Tring

aku menatap bingung pada Vokan yang berjalan dibelakangku. jarak kami tidak cukup jauh, hanya saja aku bingung, kenapa dia harus mengirim pesan, kenapa tidak langsung bicara denganku secara langsung sekarang.

Luk, lo yakin ngerahasiain ini
dari nyokap lo?

" kita bicarain dirumah aja deh Pok, " balasku langsung pada Vokan yang sudah berjalan disampingku. Vokan mengangguk mengerti.

" bicarain apasih? masih kecil kok udah main rahasia-rahasiaan sih? " celetuk Mama menanggapi balasanku pada Vokan.

" biasa tan, masalah anak muda, " jawab Vokan ngeles.

" terus maksud kamu tante udah tua gitu? "

" tante kan udah Mak-mak " jawab Vokan dengan polosnya.

" Heh! " Mama memukul pelan bahu Vokan di sela sela tertawanya. aku ingin tertawa lepas rasanya mendengar jawaban Vokan, tapi malu karena aku masih ditempat umum.

Taxi

Salam Hangat
Lumut_Hijau

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang