9. Merasa Bebas

6 5 0
                                    

Pulang sekolah aku berjalan lesu melewati koridor kelas menuju majelis guru, untuk mengantar buku latihan Fisika anak anak kelasku. karna aku selesai lebih lambat kali ini jadi mereka yg sudah selesai menitipkan bukunya padaku untuk dikumpulkan. apa boleh buat, aku tidak bisa menolak karna aku memang sekalian mengumpulkan nanti.

D I A N

Cudii, gimana kabar lo? udah enakan?

kumatikan layar handphone setelah mengirimi Dian pesan singkat. lalu aku memasukkan handphone kedalam saku baju Osis.

" Gian, lo ngapain disini? gak pulang? perasaan tadi lo keluar lebih awal? sekolah udah sepi loh, ada keperluan? " tanyaku bingung pada Gian karna melihat nya tengah berdiri didepan ruang majelis guru. dia bersandar disana sembari memainkan kuku tangannya. entah sudah berapa lama anak itu berdiri disana.

" gue ..., gue mau ketemu bu Jenni, iya bu Jenni " jawab Gian gelagapan.

" Ooh, gak masuk? " tanyaku lagi.

" iya ini juga mau masuk. " Ragu ragu Gian memasuki ruang majelis guru.

Aku melihat Gian sangat aneh hari ini. dia bertingkah seperti tidak tahu. buktinya, mau masuk saja kebingungan dan gelagapan. kadang wajahnya masam, mau berbohong saja tak pandai. Gian berhenti di depan meja Bu Jenni, dan aku ikut berhenti karna tujuan kami sama.

" eum buk, saya mau tanya, nilai nilai saya yang kosong apa aja ya? " tanya Gian ragu-ragu pada bu Jenifer.

" tobat ya? " celetukku meledek pada Gian. dia menanggapi dengan wajah senyum yang disengaja namun ketus.

" loh Nak, kan tadi ibu sudah beritahukan dikelas, kamu gak nyimak ya? kamu yang tidur itu ya? " jawab bu Jenni halus. Gian mengangguk. berkali kali dia melihat kearahku dengan wajah bingungnya. aku berdiri disampingnya menertawakan dengan masih memegang buku latihan yang harus dikumpulkan ke bu Jenni, walikelas XII IPA 2.

" terus kamu? Lailu, mau ngapain? " tanyak Bu Jenni kearahku.

" mau antar buku latihan bu, " jawabku percaya diri.

" berikan, " pinta Bu Jenni. aku memberikan 1 tumpuk buku dengan isi 7 buah buku ke Bu Jenni lalu Bu Jenni meletakkan diatas mejanya.

" Gian! gini aja, kamu bawa ini, besok kembalikan lagi, kamu catat semua tugas tugas yang belum kamu kerjakan, paham? " ucap bu Jenni. Gian mengangguk. aku dan Gian berbalik untuk pergi.

Aku melihat Gian mengeluarkan coklat kacang almon dari dalam sakunya. ragu ragu ia memegang coklat itu, wajahnya tampak bingung dan tengah berpikir.

" eum Luk! " panggil Gian pelan. " Hm? " jawabku menoleh kearahnya.

" tunggu bentar ya!! " ujar Gian akhirnya. dia berbalik dan berlari untuk kembali ke majelis guru dengan wajah kesal dan pasrah. aku hanya maklum. mungkin ada yang tertinggal. selang 2 menit Gian sudah berdiri disampingku.

" udah? " tanyaku. Gian mengangguk datar dan berlalu pergi lebih dulu meninggalkanku berjalan dibelakang. dengan kesal aku menggerutu karna dia pergi seenaknya setelah membuatku menunggu tadi. tapi yang aneh adalah, coklat ditangan nya sudah tidak ada lagi, apa dia memberikannya pada bu Jenni, atau menyimpan nya dalan tas.

baru 3 menit aku melamun sambil tetap berjalan Gian sudah tidak ada didepanku. cepat sekali anak itu pergi dan menghilang.

🚵🚵🚵

Aku menatap lama bangunan tinggi dengan rooftop terbaik diatasnya. ia memiliki atap yang bisa digunakan untuk bermain dan ber-aksi. karna terlalu lama mendongak leherku menjadi sakit. harusnya aku tidak mendongak terlalu lama dan berpikir terlalu lama.

dengan tekad dan pikiran yang matang aku melepas jaket, mengikatnya di pinggang, menguncir acak rambut panjangku dan mengangkat sedikit rok sekolah, dan

Bushh

Aku berlari sangat kencang memasuki bangunan itu menuju rooftop nya. berlari saja tidak cukup maka aku menambah kecepatan dan melompat, melompati apa saja yang bisa kulompati, misal plang untuk masuk kedalam atau meja besar di dalam sana. aku juga melompati dan berdiri di atas eskalator turun. aku merentangkan tangan menjaga keseimbangan saat sepatuku menggesek turun, dan

Hap!!

aku melompat dan mendarat dengan baik dari eskalator. aku langsung kembali berlari menaiki anak tangga menuju atap. kalian tau apa yang aku rasakan saat aku melakukan parkour? kebebasan, kelegaan, kebahagiaan, ketenangan dan pelepasan semua beban. apalagi jika dilakukan beriringan dengan angin. seketika angin menyejukkan semua organ, beban pikiran, hingga menyapu semuanya, seakan akan tengah melayang bebas tanpa beban.

aku berhenti dan berdiri ditepi atap. merentangkan kedua tangan, menghirup udara diatas sana dan hembuskan. aku menghembuskan udara yang sudah ku hirup.

karna belum merasa puas aku melepaskan dan melempar tasku kesembarang arah. pikiranku sudah melayang jauh entah kemana. tanpa sadar aku bergerak kesana kemari, berlari, melompat, memanjat atap bangunan yang satunya.

kulakukan secara berulang, keringat sudah mengkujuri seluruh tubuhku hingga kedalam dalam.

" Arghh!!! " Teriakku penuh emosi saat akan mendarati atap pertama yang kusinggahi tadi. aku terduduk lemas karena kelelahan dan masalah yang sudah kucoba hilangkan muncul kembali dalam ingatanku.

" jago juga lo ternyata? " ujar Gian tiba tiba datang membawa air mineral ditangannya. tas ia sampirkan disebelah kanan.

aku terkesiap kaget karna melihat Gian tiba tiba saja muncul. bagaimana dia bisa masuk ke area ini. kening semakin berkerut melihat kedatangan Gian. dia menghampiriku dengan santai.

" Nih!! " sodor Gian memberiku air mineral yang dibawanya. aku menerima mineralnya, meneguk habis isinya. barulah hilang dahaga dalam kerongkongaku. kembali aku memberikan botol kosong air mineral pada Gian. dia mengambilnya dan melemparkannya pada titik tong sampah yang cukup berjarak jauh. dia melakukannya tanpa membidik ataupun melihat, tampak bahwa ia telah ahli melakukannya.

" ngapain lo disini? atau ... " aku menghentikan ucapanku sembari menyelidik kearahnya dengan sinis.

" atau jangan-jangan ..., LO PENGUNTIT YA!! " tuduhku dengan mengangkat jariku menunjuk langsung ke wajahnya. dia mengerutkan dahi tidak suka. melihat ekspresi nya itu aku menurunkan jariku perlahan dan kembali menghadap ke depan.

Gian mengikuti posisiku, berselonjor kaki, dan tangan menopang badan dibelakang. pandangan fokus didepan. melihat bangunan bangunan rumah yang tampak kecil jika dilihat dari disini.

" gue baru tau kalo lo ternyata jago parkour, " buka Gian selang beberapa menit hening diantara kami.

aku menoleh kearah Gian dengan wajah acuh lalu berdiri.

" udah mau Maghrib, gue harus pulang, " jawabku sembari mengambil tas, memakainya, dan melepas jaket dipinggang untuk kembali dikenakan dibadan.

" Oh gitu, hayuk!! " tanggap Gian ikut berdiri dan bersiap. lagi lagi dia berjalan lebih dulu meninggalkanku di belakang.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang