36. Ada tujuan tertentu

6 3 0
                                    

Dor Dor!

"untuk kesekian kalinya gue utarain ini. gue sayang banget sama lo, sekarang sayang itu udah lengkap karena adanya cinta. lo mau gak jadi pacar gue?"

OMG. sekarang aku yakin kalo aku benar menyukai Gian. Aku tak bisa bagaimana mengungkapkannya tapi yang jelas aku sungguh baper dan bahagia. apa ini main-main? Oh tentu tidak! Ini NYATA! dan FAKTA!! aku akan segera jadian sama Gian. Ah dimana Lailu yang keras itu. Kenapa aku jadi Lailu yang mewek sih sekarang dan baperan.

"coba ulangi, Gii" ucapku penuh haru. Gian menggeleng.

"mau sekali dua kali dan berkali-kali pun gue ulangi percuma, Luk. karena maknanya dan perasaan gue gak akan berubah. Jadi buruan lo jawab karena tangan gue udah pegel" jawab Gian santai.

Gian mengulum senyum dan menatapku penuh harapan. Ah gemas sekali melihatnya seperti itu. Aku tertawa geli, pasti wajahku bersemu merah.

"Iya, aku mau Gii" jawabku malu-malu. Astaga kenapa aku menjadi Lailu yang penuh manja gini dan malu-malu.

"iya apa!?" Dahi Gian berkerut bingung, nadanya sedikit ketus.

Aku terdiam dan terbelalak. tengok kanan tengok kiri tidak ada bling bling cinta. Aku menelan ludahku malu sendiri. Dimana? dimana suasana romantis tadi. Aku meraba keningku tidak ada pistol jari Gian, lalu aku melihat tangan Gian yang melipat di dadanya, untuk memastikan. Aku meringis saat itu juga. Apa aku baru saja menghayal, atau mimpi. kenapa semuanya sirna begitu saja. Aku jadi merasa ter-php untuk kedua kalinya. Aarghh! Sial.

"kenapa lo? lagi waras gak nih? kalo engga gue skip dulu ngomong nya!" ujar Gian dengan suara berat-berat seksinya. maklum lah udah mimpi basah.

"lanjut" jawabku ketus membuang muka. sebal rasanya.

Huh! Aku masih kesal dan merasa belum bisa menerima kenyataan bahwa tadi itu hanya hayalanku saja. Apa aku sedang mabuk cinta sampai menghayal.

"Anu, Luk" mulai Gian.

"Stop! gak usah anu-anuan! gue benci kata itu langsung tudep aja udah!" potongku kesal. Gian terkekeh.

karena tadi sebelum aku menghayal kata itu juga yang mengawali dan membuatku akhirnya menghayal sembari menerka apa yang ingin dikatakan Gian. aku malu sendiri jika harus menceritakan ulang.

"ya udah, kita tunggu yang lain dulu" usai Gian sedikit kesal.

"hah? yang lain!? Maksudnya?" Fix aku seperti orang bego sekarang.

Julian masuk dengan wajah ketusnya. Dia menoyor kepala Gian karena kesal, dari wajahnya terlihat kalau dia baru saja bangun tidur. muka bantal soalnya.

"nambah kerjaan gue aja lo, Bro!" ketusnya. Gian nyengir kuda.

"tau tuh! tadi bukannya sekalian" Dian menimpali kesal.

"ya ya maaf. tadi kan Vokan pergi gitu aja, jadi gue gak sempat ngomong" terang Gian mengambil duduk di kursi belajarnya.

"karena sekarang udah pada ngumpul jadi gue mau ngomong in sebuah hal yang penting. Pertama gue mau minta maaf dulu teruntuk Vokan. selo Man gue sama Lailu tadi itu bukan hal yang benar kok hanya dialog semata. dimaafin gak nih?"

Vokan mengangkat kepalanya mengeluarkan tampang tak acuh dan tidak peduli, Pura-pura merasa tidak terkait. Dia tersenyum tipis menanggapi. tulus engganya hanya dia dan Tuhan yang tahu.

"Jadi gini, gue mau kita bikin tim parkour. maksudnya kita melanjutkan dan membuka kembali Oceanons. tapi kali ini permanen bukan hanya untuk perlombaan semata dan namanya pun kita ganti. kita harus menyamai Dabor's One—"

"tunggu-tunggu, tujuan lo bikin itu apa? bukanya lo anggota Dabor's!?" potong Denim dan aku rasa sepertinya pertanyaan itu menusuk Gian.

Aku lupa bilang kalo Denim baru saja pulang dari latihan Karatenya. Dia latihan seharian dan baru ikut nimbrung bersama kami sekarang. Padahal dia bukan orang yang suka Karate. Gian gugup.

"iya gue dikeluarin, dan gue mau kita bikin team sendiri. kita punya hobi yang sama, gak salah kan kalo kita kembangkan" jelas Gian datar.

"dikeluarin? jadi maksud tujuan lo, lo mau bales dendam gitu sama Dabor's dengan memperalat kami!?" timpal Vokan ketus. Gian tertegun.

"maksud lo apa!? gue gak serendah itu, Man! asal lo tau aja, gue paling dibutuhin disana dan gue dikeluarin itu emang maunya gue. gue sengaja bikin kesalahan biar di keluarin!" solot Gian. nadanya meninggi karena naik pitam. Vokan mendengkus remeh.

"Halah! paling alasan doang tuh biar gak di sangka rendah" balas Vokan tanpa berpikir terlebih dahulu.

Gian berdiri marah. Dia mendekat dan berdiri tepat di depan Vokan yang duduk di lantai. Vokan mendongak dengan wajah nyeleneh.

"gak usah Ababil lo cuma masalah cewe! Profesional dikit!" Rutuk Gian dingin. Vokan terbelalak.

BRAK!

"MAKSUD LO GUE LABIL!?" Vokan menatap Gian murka.

dia bahkan membanting buku tebal di sampingnya sebelum berdiri.

"Bagus kalo lo nyadar" ujar Gian santai sembari berbalik kembali ke duduknya.

Julian dan Denim sudah berdiri siap siaga dari tadi. Mereka menghampiri Vokan untuk menahan supaya tidak ada momen baku hantam disini. Aku meneguk ludah. seketika aku merasa menjadi orang paling bodoh.

"udah udah, Pok. duduk lagi yuk!" Julian berusaha menenangkan. Vokan menurut tapi matanya masih merah menatap Gian.

"lanjut besok aja deh, kita pulang dulu aja yuk, suasananya lagi agak panas"  Denim mengajak Vokan berdiri untuk ikut pulang denganya.

Saat persatu keluar Gian mencekal pergelangan tanganku. Dia menatapku intens. Aku meneguk ludah dan jantungku dag dig dug dor.

"gue ada sesuatu buat lo" ucapnya pelan, melepaskan lalu berlalu pergi mengambil sesuatu tersebut.

Gian kembali, tidak ada sesuatu yang di dekatnya hanya tanganya yang mengepal. Dia lalu memberikan sesuatu d tangannya itu ke tanganku. Aku mengerut bingung.

"buat gue?" aku memastikan. Gian mengangguk.

"di pake ya jangan di diemin" pesan Gian. Aku terkekeh.

langsung aku memakai gelang yang diberikan Gian. Aku tidak tau kenapa dia memberiku gelang aku tak peduli yang penting adalah aku dapat gelang dari Gian.

________________________________

See You Next Page👋
Vote dan komen jangan lupa😁

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang