15. Iya Vs Tidak

6 3 0
                                    

setapak dua tapak aku berjalan santai sembari menyerukan merdu salah satu lagu yang sering kunyanyikan jika sedang Sendiri. jari dan tanganku bergerak mengikuti irama.

aku berjalan menuju tempat pembuangan sampah yang cukup lumayan jaraknya dari rumahku. saat itu hari masih sore menjelang Maghrib, dan aku baru saja pulang bermain dari rumah Dian dan berkumpul dengan anak anak. baru saja menginjakkan kaki dipintu Mama langsung menyemburku dengan omelan dan disuruh membuang sampah kedepan.

Hap

Sampah berhasil kulempar masuk kedalam tempatnya, ya walaupun beberapa ada yang jatuh dari dalam kantong sampah yang kulempar, tapi tenang, aku bertanggungjawab kok dengan memungut sampah tersebut untuk dibuang ke tongnya.

" Woii sampah!! "

" APAA!! " protesku langsung berdiri dari jongkok, dan berbalik melihat siapa orang yang berani memanggilku sampah.

" GIAN! LO!! ARGHH!! MAKSUD LO APA BILANG GUE SAMPAH!! " berangku dengan wajah yang sudah merah padam.

Gian diam sejenak menatapku dengan wajah datarnya dan sikap santainya. ia duduk diatas motor Ninja nan besar menjulang, tangannya dilipat di dada.

" lo PMS? " Gian balik bertanya. aku menggerutu kesal mencoba menenangkan emosi, setelahnya aku menggeleng menjawab.

" terus kenapa lo emosi? " lagi lagi Gian berkata dengan santai.

" ya karna lo manggil gue sampah!! "

" lo merasa? "

" iya enggak, tapi kan lo tadi manggil gue sampah!! " jawabku mulai kehabisan jawaban. melawan Gian dalam berkata memang sulit, dia selalu membuatku mati kata, tidak bisa berbicara.

" gue gak manggil lo, gue manggil sampahnya, itu yang dibelakang lo sampah kan namanya? gue manggil dia, ya kalo lo ngerasa itu bukan tanggungan gue dong " jawab Gian.

aku memberengut marah sembari memungut kembali sampah yang sudah kupungut tapi Kubuang lagi karna marah dengan suara yang sudah memanggilku sampah.

" lo ngapain masih disini? " tanyaku karna Gian belum juga pergi. dia masih duduk diatas motornya memperhatikan gerak gerikku.

" lo mau ikut gak? " tanggap Gian dengan balik mengajukkan pertanyaan.

" bisa gak sih Yan, lo jawab dulu pertanyaan orang baru lo mengajukan pertanyaan, " kataku.

" gak bisa "

" YAUDAH MATI AJA LO SONO!! " lontarku kembali emosi.

" makanya jawab dulu pertanyaan gue, mau ikut gak? " Jawab Gian ketus.

" kemana? " tanyaku menyelidik. tiba tiba sebuah motor berhenti di tempatku dan Gian. aku sangat mengenali motor tersebut beserta pengemudinya.

" sayang " sapaku senang. dia adalah Dandi, orang yang baru saja datang bersama motornya. aku memeluk bahunya sangat senang, hingga melupakan Gian dan pertanyaannya.

" aku mau ngajak nonton tapi sebelum itu kamu temenin aku ke club musik dulu ya, mau ikut kan? " ucap Dandi sembari melepas pelukanku dan menatap mataku meminta jawaban. aku tersenyum binar mengangguk.

" tunggu!! " sela Gian turun dari motornya dan berdiri di tengah-tengah kami.

" kan gue ngajak lo duluan " protes Gian ketus.

" tapi Dandi pacar gue, lo cuma temen, mau lo yang pertama atau kedua yang ngajakin gue pasti tetep milih Dandi " jelasku enteng. raut Gian mulai kesal.

" lo yakin gak mau ikut? gue gak tanggung kalo lo nyesel nantinya, keputusan ada ditangan lo, " papar Gian santai.

" emang mau kemana? " tanyaku mengerutkan dahi penasaran juga bingung. Gian hanya diam sembari tersenyum percaya diri.

" penting gak? kalo gak penting gue pergi sama Dandi tapi kalo penting gue tetep pergi sama Dandi, sama lo lain kali aja, " jelasku meremehkan.

" gue gak menerima kata kesempatan kedua, apalagi memberikan kesempatan kedua "

" SUMPAH YA! LO BIKIN GUE PENASARAN! UDAH LANGSUNG BILANG AJA!! " bentaku kesal.

" udahlah sayang, nanti kamu perginya sama aku aja, nanti aku bawa kamu ketempat yang dia mau ngajak kamu, yuk pulang! " Dandi menengahi percakapanku dan Gian dengan raut kesal. aku mengangguk lalu naik ke motor Dandi.

kini motor sudah melaju menuju rumah. adzhan Maghrib berkumandang mengiringi jalan menuju rumah. tiba tiba Gian berkendara sejajar dengan motor Dandi.

" jangan lupa cek WhatsApp!! " teriak Gian dan langsung melajukan motor dengan kecepatan tinggi.

" dia chat apa? " tanya Dandi tidak suka.

" gak tau, " jawabku sedikit merasa kesal.

Diam diam aku membuka chat dari Gian karna penasaran dengan isi pesannya. aku terkejut dan terpaku membaca pesan yang dikirim oleh Gian. tapi setelah itu tidak peduli. jelasnya mencoba untuk tidak memperdulikan.

isi pesan

Basecamp Dabor's One
keputusan ditangan lo, kesempatan kedua gak ada dalam kamus gue

Aku turun dengan gontai dari motor Dandi.

" aku tunggu ya, kamu jangan lama siap siapnya " pesan Dandi. aku mengangguk lalu masuk kedalam, diikuti Dandi dibelakang.

dikamar aku tidak langsung bersiap tapi mengempaskan tubuh keatas kasur. aku memikirkan kembali pesan dari Gian. ini adalah kesempatan berharga buat aku bisa melihat lebih jauh tentang parkour. datang dan masuk ke basecamp Dabor's One adalah suatu keinginan yang tidak bisa ku wujudkan dari dulu.

tapi bagaimana dengan Dandi, gimana caranya aku menghadapi Dandi, aku sudah mengiyakan ajakan Dandi, bagaimana cara menolaknya. Dandi itu adalah pacarku, aku yakin dia pasti marah kalo aku menolak ajakannya, apalagi sebelumnya aku sudah mengiyakan.

Aahh sesulit ini kah jika ingin berkata iya dan tidak.

" Liluuk!! kamu tidur? " panggil Dandi mengetuk ngetuk pintu kamarku. suara Dandi menyadarkanku, dan parahnya aku tidak sadar sudah setengah jam aku melamun memikirkan pesan dari Gian dan ajakan dari Dandi.

karena bingung mencari alasan dan tidak mau jujur takut Dandi akan marah maka pilihanku adalah dengan mengacak ngacak rambut dan pakaian serta memasang tampang baru bangun tidur.

" Hoaamm iya sayang maaf aku ketiduran " sahutku membuka pintu.

" aku gak tau harus ngomong apa, tapi tolong kamu bergegas ya sekarang siap siap nya " jawab Dandi sedikit kesal. aku mengangguk ragu.

" eum Dandi!! " panggilku sedikit ragu. Dandi menghentikan langkahnya dan membalikkan badan.

" aku gak jadi ikut ya " tukasku ragu dan takut takut menolak. Dandi diam sejenak. jantungku berdegup sangat kencang menunggu jawaban dari Dandi.

" iya " jawab Dandi enteng.

aku langsung tercengang kaget karna tidak biasanya Dandi mengatakan iya dengan santainya. tapi cepat cepatku tepiskan karna yang penting Dandi tidak marah. karna tidak ada jawaban lagi dariku Dandi pergi menuju motor untuk pergi setelah pamit sama Mama.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang