5. Dian, Where Are You?

9 5 0
                                    

pagi kembali datang. dan waktu terus berjalan. ini adalah pagi yang tak bermakna bagiku karna setiap pagi tidak ada aktivitas yang berubah. bangun, bersiap, sarapan, lalu pergi ke sekolah. hanya itu, tidak ada hal yang spesial.

Aku keluar menjinjing satu pasang sepatu sekolah ditangan, diluar aku duduk diteras sambil memakai sepatu yang kubawa dari dalam. yang kusuka di pagi hari untuk saat ini hanya satu, yaitu melihat pertengkaran dan perebutan Julian, Denim, dan Vokan memasuki pagar rumahku. tingkah mereka mungkin  masih seperti anak SMP atau mungkin SD. kadang saking ingin jadi yang pertama mereka masuk dengan memanjat dan melompati pagar tersebut. dan inilah hasilnya.

" Hokeh! gue first, berarti gue yang boncengin Lailu, Denim second, jadi ntar  Denim boncengin Dian, DAN JULIAN, Oh No, DA-SAR-LO  JO-MBLO, hari ini julian jomblo, HIYAK HIYAK HIYAK! " tukas Vokan ngos ngosan disela sela tawanya.

" Jomblowati lewat, " ledek Denim saat Julian melewati nya. Julian meninjau perut Denim membuat vokan tertawa sangat kencang.

" Gian! " panggil Julian sedikit berteriak. Gian yang baru saja keluar dari rumahnya, menaiki motor, menoleh kearah Julian orang yang memanggilnya.

" Sini! " lanjut Julian bersamaan dengan isyarat tangannya, memanggil menyuruh Gian menghampirinya. Gian turun dari motor lalu berjalan santai menghampiri Julian dengan wajah datarnya.

" lo kedinginan ya, yan? " ledek Vokan saat Gian sudah didepan Julian. Gian mengerutkan dahinya bingung lalu menggeleng.

" kalo gak kedinginan kenapa muka lo dingin amat, datar pula, untung ganteng, coba kalo jelek, udah gue tabok lo, Yan, " ucap Vokan meledek sesukanya. Gian acuh hingga menjadi sebuah kegaringan.

" anjir, garing gue, ketawa dong! woii!! " tuding Vokan. Kami langsung tertawa lepas secara bersamaan, tapi bukan karna disuruh vokan melainkan karna ucapan vokan yang menyuruh tertawa dan menyadari sendiri bahwa candaannya garing dan tidak lucu.

" ayo Pok, keburu siang! " ajaku pada Vokan. Vokan mengangguk sembari mengeluarkan kunci motor dari dalam saku bajunya.

" Den, jangan lupa jemput Dian " teriakku pada Denim saat Vokan mulai menjalankan motornya. Denim mengacungkan jempol menanggapi.

" Dandi gak jemput lagi, Luk? kenapa? " tanya Vokan.

" gak tau, semalam katanya ada urusan jadi gak sempat jemput, " jawabku malas. aku menyandarkan kepala dipunggung vokan, tangan kiriku merangkul pinggang Vokan dan tangan kanan memegang handphone.

" jangan main HP Nyonya, nanti kalo jatoh gue gak mau tanggung ya, " omel Vokan setelah melihatku bermain handphone dari kaca spion. aku memberenguk sembari menyimpan handphone kedalam tas. tanganku sudah beralih memegang pundak Vokan.

akhirnya kami sampai disekolah setelah 15 menit perjalanan. aku turun setelah memberikan buku matematika pada Vokan. katanya dia belum membuat PR matematika.

sampai dikelas aku langsung duduk. Gian sampai lebih dulu dikelas, padahal tadi aku dan vokan duluan yang pergi. sudah pasti anak itu membawa motor dengan kecepatan tinggi.

jam pertama sudah dimulai, tapi Dian belum juga datang. apa Denim tidak menjeput Dian? tidak mungkin, karna Denim tidak pernah tidak menjemput Dian jika disuruh menjemput.

aku berdiri menghampiri Gian dipojokkan dan duduk disebelahnya.

" tadi pas lo berangkat, Denim sama Dian udah berangkat belum? " tanyaku pada Gian. anak itu hanya diam, ia membenamkan kepala dalam dekapan tangannya diatas meja dan earphone menyumpal telinga, sudah kebiasaan pria itulah sering tidur dikelas.

" Gian! " panggilku membentak karena mulai khawatir dengan Dian, ditambah pula dengan Gian yang membuatku kesal. tidak biasanya gadis itu tidak sekolah. Gian mengangkat kepalanya sedikit, menoleh kearahku dengan mata yang dipaksa terbuka.

" jawab pertanyaan gue, " ujarku sangat kesal dan lirih.

" berisik ya lo, MINGGIR SANA! " bentak Gian. bukannya menjawab, ia justru mengusirku.

" ada apa itu ribut ribut, Lailu, bangunkan Gian, " ucap bu Reva guru fisika Karna mendengar suara Gian barusan.

" gak mau bangun dia buk, " aduku.

" tarik aja telinga nya, " ketus bu Reva. Aku tersenyum licik dan menarik keras telinga Gian hingga pria itu terbangun kesakitan dan meringis. aku langsung kabur ke tempat dudukku sebelum dia membalas. aku menoleh kebelakang melihat Gian kedua kalinya. dibelakang Gian menatapku sinis sembari terus mengusap usap telinga nan merah dan sakit.

🚴🚴🚴

" gue mulai khawatir sama tu anak, gak biasanya loh dia gak sekolah, " tuangku pada anak anak. aku mengeluarkan rasa khawatir yang tak kunjung hilang, mengadukan nya pada anak anak, Julian Vokan dab Gian. kami berempat tengah duduk di kantin menunggu Denim datang.

" emang lo aja? gue juga sama kali, tapi gue lebih khawatir sama perut gue yang udah nahan lapar dari tadi nungguin kalian pesen makanan, " kesal Vokan dengan wajah memelas. aku mendeling kesal.

" Jul, ini giliran lo yang pesenin makanan, " ujarku lesu.

" Hah? " sahut Julian dengan bodohnya.

" gak usah banyak Hah hah, buruan, " celetuk Vokan ketus. Julian berdiri lalu pergi. dari jauh aku melihat Julian berselisihan dengan Denim. Julian menepuk bahu denim lalu menunjuk kearah kami duduk.

" Cudi kemana? " tembakku langsung bertanya pada Denim saat pria itu baru saja sampai beberapa detik.

" Gue gak tau, tapi tadi kata mamanya, Dian gak pulang dari semalam, " jawab Denim sembari menarik sedikit bangku disampingku lalu mendudukinya.

" Masa iya? semalam Dian terakhir sama siapa? Tino ya? apa jangan jangan__ "

" Huss, hati hati kalo ngomong, jangan sembarangan! " potong Julian menyela pembicaraanku dengan Denim. Julian meletakkan pesanan kami, setelah semua pesanan tertata diatas meja Julian duduk di samping Gian.

aku diam menatap lamat makanan didepan ku. rasa khawatir pada Dian menghilangkan napsu makanku. tapi apa daya, perutku sangat lapar jadi, se-stres apapun aku, makanan tak bisa dielakkan.

" Dian kemana sih? heran gue, pasti tante Rini khawatir banget, " ucapku sedikit menggumam. Julian, Denim, dan Gian, mereka hanya diam, entah mengacuhkan atau tidak mendengar. Vokan menepuk pelan pundakku menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menyuap makanan.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang