11. Perlakuan kecil

8 5 0
                                    

" SIAP SEDIA!!! " Vokan memberi aba aba. kami bersiap-siap disepeda masing masing. pandangan fokus di depan.

"MULAI!! " lanjut Vokan memberi aba aba saat anak itu sudah melajukan sepedanya lebih dulu. Dian sibuk berteriak meneriaki Vokan Curang. Aku tertawa tapi tetap fokus mengejar Vokan dibelakang, yang lain juga tidak mau kalah.

kami sengaja membawa sepeda kesekolah hari ini, karna kami ingin berkeliling dengan bersepeda. aku sangat takjub melihat Denim dan Gian justru berlomba menampilkan penampilan aksi bersepeda mereka. aku baru tau kalau Gian ahli dalam membuat gaya saat bersepeda, sama seperti Denim.

Aku lebih tertarik pada aksi mereka berdua daripada mengejar Vokan. biarlah anak itu merasa menang sendiri karna berada didepan. aku yakin jika saat sadar dia pasti akan mengocehi kami.

prok prok prok

aku dan Dian menepuk tangan memberi apresiasi pada mereka berdua. aku yakin dalam 15 detik Vokan ada datang untuk mengomel. hitung saja.

" keren juga lo, Bro " puji Denim sembari membalas  salam Gian menggunakan kepalan tangannya. Gian menyodorkan kepalan tangannya pada Denim untuk diadu. (🤜🏼🤛🏼)

" KALIAN NGAPAIN DISINI!! GUE SENDIRIAN DISANA! SENANG SENDIRI! YIHA SENDIRI! KAYAK ORANG GILA!! TAPI KALIAN MALAH DISINI!! TEGA YAA!! KALO KATA DIAN GAK ASIK!! " omel Vokan datang datang dengan wajah merengutnya.

" gue malu tauu, diliatin!!! " sambungnya. kami tertawa senang dan puas. siapa suruh dia bermain curang. kami melanjutkan bersepeda ke taman Ceri. taman itu banyak ditumbuhi pohon ceri yang dialas dengan rumput hijau yang tebal tebal dan runcing. itulah kenapa disebut Taman Ceri karna banyak pohon ceri. yang kusuka adalah, pemerintah menyediakan tempat untuk berlatih bermain parkour juga disana.

itulah kenapa dari dulu hingga sekarang kami sering berkumpul disana. disana pula aku dan anak anak mulai menyukai parkour. entahlah kalo Gian. aku tidak tau apa dia suka parkour atau tidak? bisa bermain parkour atau tidak. aku tidak tahu. aku belum mengetahui banyak tentang dia dan aku juga tidak ingin mencaritahu.

" gue mau tanya, foto bertiga yang sedang parkour itu, apa yang satunya Lailu? " tanya Gian tiba tiba saat kami baru saja sampai di taman Ceri.

aku menatap sinis pada Gian. lagi lagi anak itu acuh. Vokan dan Julian menatap takut takut kearahku. mereka belum menjawab pertanyaan Gian. aku sehari setelah kejadian foto lama itu, mengirimi mereka bertiga pesan untuk tidak berbicara apa apa tentang aku. apalagi masalah foto tersebut.

" gak papa sih kalo kalian gak mau jawab, lagian gue juga udah tau kok kalo Liluk jago parkour, gak banyak cewe yang bisa parkour, " ujar Gian sembari berlari kecil dan menggelantung didahan ceri. ia melakukan Pull Up disana.

" tau dari mana? " tanya Vokan. ia menstandarkan sepeda dan menghampiri Gian.

" dari orangnya langsung, " jawab Gian enteng. dia terus bergerak kesan kemari, bergelantungan. aku membelalak kaget. sejak kapan aku memberitahunya.

" maksudnya? Luk!! kurang asem!! lo larang kami tapi lo sendiri cerita ke Gian, memang asem!! " celoteh Julian. aku menggaruk telinga bingung. memutar mutar otak mengingat kapan aku memberitahu Gian.

" udah udah ah!! mumet gue!! " pungkasku menyudahi percakapan. aku berlari lalu langsung memanjat pohon ceri. dan rebahan disana sambil bermain handphone. jika duduk diatas pohon ceri, jaringan internetku menjadi sangat laju, itu yang kusuka salah satunya.

" LILUK!! ULARR!! "

Baam!!

" Aitss!! Aahhh!! Dian!! lo ngagetin gue!! aah sakitttt!! " eramku meringis kesakitan sehabis jatuh dari pohon ceri dan kakiku terkilir.

" Awas! awas!! minggir!! kok bisa ada ular sih! Hush hush!! " Julian datang membawa ranting panjang untuk mengusir ular diatas pohon ceri.

" lo gak papa? " tanya Gian sedikit khawatir. dia berjongkok disampingku hendak membantu.

" masih mau lo manjat manjat kayak monyet lagi? tobat woii!! " omel Vokan sembari langsung mengangkat tubuhku membawanya ke kursi panjang dari kayu menjauhi area.

aku melihat Gian dengan perasaan tidak enak karna dia ingin membantu tapi sudah keduluan oleh Vokan.

" Idiot!! mana air nya? " pinta Julian pada Dian. Dian memasang tampang kesal memberikan air.

kami sudah terbiasa memanggil Dian dengan idiot. Julian, Vokan dan Denim justru repot repot membuatkannya nama dengan nama Cudi kepanjangan dari Culun idiot. kini nama itu sudah menjadi nama panggilan untuk Dian.

Gian melepas jaketnya, membentangnya diatas rumput tebal nan tajam lalu duduk bersila disana, tepatnya disamping kakiku. aku duduk diatas kursi panjang dari kayu.

aku terkejut karna Gian tiba tiba menjangkau kakiku. dia memegang kakiku yang terkilir dan meletakkannya diatas pahanya. kini kakiku terasa lebih nyaman dan tidak terlalu sakit karna menjuntai tadi. aku sengaja membuatnya menjuntai karna sakit ditusuk tusuk rumput tajam. aku baru tau kalo Gian punya sifat yang peka.

" eh eum gak, gak usah, gak papa, " tolakku, tapi Gian tidak menanggapi, dia hanya menatapku sekilas tidak peduli.

" makasih " gumamku pelan pada Gian akhirnya. dia menanggapi dengan anggukan wajah dinginnya.

" nanti pulang nya gimana Luk? " tanya Denim yang duduk disebelahku. aku baru teringat. bagaimana caraku pulang tidak terpikirkan olehku.

" gini aja deh, Den, tugas lo antar Dian pulang, Vokan bonceng Liluk pulang pake sepedanya, nah sepeda lo biar gue sama Gian yang bawa, fix yee!! " solusi Julian memberi saran. kami semua mengangguk.

" sini biar gue gendong, " tawar Gian pada Vokan hendak menggendongku untuk dinaikkan keatas sepeda. Vokan mengangguk lalu berjalan menuju sepedaku untuk dinaiki. Gian menyusul dibelakang sembari menggendongku. aku bisa merasakan deru napas nya karna jarak yang begitu dekat. wajah nya sangat tenang, dan wajahku sangat merah, jantungku berdegup kencang. sangat keras aku mencoba membawa tenang tapi susah.

" Hati-hati " pesan Gian datar pada Vokan. Vokan mengangguk lalu mulai mengayuh sepeda. aku memeluk erat pinggang Vokan agar tidak jatuh untuk kedua kalinya. jangan sampai kedua kakiku terkilir dihari yang sama.

Salam Hangat
Lintasan_Bintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang