19. Poster

3 3 0
                                    

" bagi ya "

" dari tadi bagi bagi terus! ini nih malasnya gue kalo bawa bekal deh " rungut Dian karena aku berkali kali menyumpit lauk makanannya. tidak hanya lauk makanan Dian tapi aku juga mencuil lauk yang lain. aku menyengir sembari menyumpit lagi lauk Dian.

" kenapa sih ya, sekolah kita ini makan aja pake sistem, selasa bawa bekal dari rumah,  rabu jumat disediakan oleh sekolah, senin and jumat aja yg free makan di kantin, kalo sekolah negeri senin sampe jumat  free jajan di kantin " oceh Dian membanding-bandingkan.

" kalo gitu kenapa lo gak ambil negeri, dulu? " ketusku.

" gak mauuuu, maunya SMABU, sekolah elite nan favorit, "

" kalo gitu diem!! gak usah banyak mulut!! " ketusku memukul kepala Dian dengan sumpit.

" Jorok iih!! " berang Dian. aku memeletkan lidah tidak peduli.

Denim menghambat sumpitku saat aku akan menyumpit makanan Vokan. dia menatapku tidak habis pikir, lalu mendorong makanannya kearahku.

" kalo lo emang masih laper, nih lo habisin aja makanan gue, kasian gue liat lo gitu, ngemis ngemis " ujar Denim santai.

" Aaa bang Denim udah mulai dewasa ya, " ejek Vokan menyenggol bahu Denim. denim membalas dengan mesem mesem malu.

" pantes gendut nih anak, makannya aja banyak banget!! " celetuk Julian selesai menghabiskan makannya dan berdiri untuk membersihkan tangan serta mulut ke toilet. aku membelalak kesal karena dibilang gendut.

" Denn, gak mau kacangnyaa "

" yaudah siniin "

aku menyumpitkan kacang goreng dan menyuapkannya kemulut Denim. dia sedang belajar bermain game online diajari oleh Vokan.

" gue juga suka kacang kok, " Gian tiba tiba menyahut menatap dingin kearahku.

" Oh lo juga suka kacang ya? yaudah ambil aja gak papa, masih banyak kok ini " tanggapku sembari menyisihkan kacangnya.

" gak jadi!! " balas Gian sedikit dengan nada kesal

" loh? kenapa? " aku mengerutkan dahi bingung.

" gue gak suka kacang, "

" tadi lo bilang suka!! gimana sih! " kesalku.

" itu tadi!! sekarang gue gak jadi suka kacang! " ketus Gian. aku menggarukkan kepala bingung.

" baru tau gue kalo suka kacang itu juga bisa di cancel, " celetuk Vokan, dia tertawa meledek. aku ikut tertawa mendengar celetukan Vokan.

" itu Si Gian minta disuapi juga maksudnya! gak peka banget sih lo Luk, " sela Denim menengahi. Gian langsung gelagapan menggeleng-gelengkan kepala.

" Anjim sembarang ya lo! " sahut Gian gugup, juga menahan tawanya.

" Oalah! ngomong dong, ngapain coba pake kode kode segala, Aaa' buka mulut lo " selaku menyodorkan satu sendok kacang goreng untuk disuapkan ke Gian.

" apaan sih Luk!! " ketus Gian sedikit gugup sembari mendorong pelan sendok menjauhi mulutnya.

" buka mulutnya! pegel ini tangan gue, mana jarak lo jauh lagi! "

" gue gak mau Luk!! "

mereka tertawa melihat apa yang kulakukan pada Gian.

" buruan!! "

" gue bilang gak mau anjing!! " bentak Gian mendorong kasar sendok berisi kacang hingga kacang berserakan dilantai. Gian, aku dan lainya seketika menjadi terdiam dan saling pandang.

" WOII!! GUE PUNYA KABAR OKE NIH!! "

" weits! kacang apanih berserakan? siapa yang serakin? " tanya Julian tiba-tiba karna menginjak salah satu kacangnya. sontak kami langsung menunjuk Gian bersamaan. Gian diam.

" beresin!! " perintah Julian sembari menarik bangku belajarnya untuk duduk. Gian bangun dari duduknya dan pergi ketempat ruang alat kebersihan untuk mengambil sapu dan serokan.

" kabar apa? " tanyaku membuka suara.

" Ah iya, nih, tadi gue sempet baca poster ini di papan pengumuman, terus gue cabut gue bawa kesini buat ditunjukin ke kalian " jelas Julian meletakkan poster diatas meja ditengah tengah. kami langsung mengalihkan pandangan ke poster. juga Gian, disaat sibuk sibuknya membersihkan ia sempatkan untuk mengintip menyelip diantara kepala kepala kami yang menghalangi.

" gila ya lo main cabut gitu aja " celetuk Dian. Julian nyengir kuda.

" lomba parkour tingkat kota antar sekolah? " aku memastikan pada Julian, Julian mengangguk percaya diri.

" lumayan tuh. " Vokan menyelaku mengangguk.

" Aah pas banget! Gian kan jago parkour " ujarku keceplosan. mereka sontak mengalihkan pandangan penuh kearah Gian.

" iya juga ya "

" eeheum gue mau kebelakang dulu ya, naro sapu, " ujar Gian dengan tujuan sebenarnya untuk kabur dari situasi yang tidak mengenakan.

" Haa gak sabar deh gue, " titahku menatap binar poster ditanganku.

" iya "

" Lailu Falita Adilopa " panggil Julian.

" yess " sahutku menoleh dengan wajah super manisku.

" lo ikut? "

" PASTINYA DONG!! keinginan gue banget ini masa lupa sih " jawabku sangat semangat.

" lo tuh yang lupa, lo yakin? lo gak ngelupain sesuatu kan? " Julian memberi kode pengingat.

" ngelupain sesuatu? apa? gak ada deh kayaknya " balasku bingung sembari mengutak atik memori ingatanku.

" kenapa sih! " tanyaku semakin bingung.

Tok

" Aaah! sakit taik!! " ringisku. marah karena Vokan memukul kepalaku dengan sumpit tiba-tiba.

" belum sadar juga dia Gan!!  " tawa Vokan karna setelah dipukul aku belum juga mengingat.

" sekali lagi ya, Luk. gue tanya, Yakin! lo mau ikut? " tanya Julian lagi di sela sela tawanya.  Aku diam dengan raut yang tidak sebahagia dan sesemangat tadi.

" kok diam, Luk? jawab atuh Nyaa!! "

" nih gue kembaliin poster lo, Jul. karna percuma juga gue ngarepin nih event kalo gue gak bisa ikut, " jawabku pelan. sekarang aku sudah ingat apa yang ingin mereka ingatkan padaku.  jujur jika boleh, aku ingin tidak akan pernah ingat. karna jika aku mengingatnya hanya akam menghalangi jalanku dan membuatku sedih seketika.

" yaah, jangan sad dong Luk, lo masih bisa ikut kok, tapi cara ini sangat beresiko Luk. " hibur Julian karna melihat raut wajahku yang berubah 180⁰ menjadi layu dan diam.

" pada ngomong apaan sih!! Si Liluk kenapa? " Gian buka suara setelah diam kebingungan dengan percakapan kami beberapa saat lalu.

" Oh itu, si Liluk__ "

aku membelalangi Julian, Julian menghentikan ucapannya takut.

" kenapa? " desak Gian penasaran.

" gak papa, angin lalu tadi. " Julian ngasal.

Aku berdiri dari duduk, pergi ke toilet ingin mencuci wajah karena hati nan panas ini. soalnya kalo hati gak bisa dicuci maka diwakilkan dengan wajah.

" kemana dia? " tanya Gian menyenggol sikut Dian.

" Aah, paling ke Wc, dia emang gitu, kalo lagi Sad suka cuci muka ke Toilet " jawab Dian tanpa menoleh kearah Gian karena dia terlalu fokus melihat layar handphone Denim yang menampilkan game online, beserta empunya yang memainkan game.

Salam Hangat
Lumut_Hijau

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang