23. O C E A N O N ' S

10 3 0
                                    

Hap hap hap

terlalu sayang rasanya melewatkan satu menit pun untuk tidak bergerak lincah, melompat kesana kemari. aku sengaja membawa baju ganti atau baju yang biasa kupakai pada saat bermain parkour, jadi pulang sekolah aku tidak perlu pulang lagi hanya untuk mengganti pakaian.

aku mengenakan

" gaiss kumpul-kumpul!! " intruksi Julian berlari kecil menuju pohon ceri tempat kami beristirahat sehabis latihan.

" liat nih. keren gak tuh formasi yang di bikin si Dian, memang cocok lah dia jadi manager kita, " jelas Julian memperlihatkan kertas dengan banyak titik-titik membentuk sebuah formasi gambar yang sangat bagus dan unik. formasi ini akan kami bawakan nanti saat kompetisi untuk melengkapi.

" Dian nya mana? " tanyaku celingak-celinguk mencari karna Julian datang sendirian

" lagi beli camilan sama minuman, " jawab Julian entri.

" eh btw udah nemu nama untuk tim kita? " Denim membuka suara.

" ah iya lupa! "

kami serentak menepuk jidat baru teringat hal kecil namun penting itu.

Denim melirik kearah Gian. Gian mengerutkan dahi, lalu menghembuskan napas dalam. wajahnya dikupelkan rasanya inginku jitak kepalanya. kini semuanya melihat kearahnya. dia mulai risih, lalu mendengus kesal.

dengan santai dia menarik tas untuk dibuka, mengambil buku tulis kosong dan mencabut Kertas kosong bagian tengahnya, lalu tangannya bergerak menuliskan satu kata diatas kertas tersebut, setelah selesai ia menaruh kertas di tengah lingkaran. tapi wajahnya tetap songong. dasar manusia pelit and dingin.

kami serentak mengubah titik fokus pada kertas membaca tulisannya.

O C E A N O N ' S

kami beradu pandang setelah membaca tulisan tersebut.

" SETUJU!! " pancing Denim mengangkat jari menyetujui lebih dulu. dia seperti sudah mengetahui lebih awal. Julian dan Vokan menyusul menyetujui. terpaksa mau tidak mau aku juga harus mengiyakan.

" kenapa gak Draxler aja sih, " sahutku tiba-tiba. karna aku masih belum bisa menerima dengan sepenuh hati nama Oceanon's.

" No, gak setuju " lagi lagi Denim yang memulai. kayaknya tuh anak sengaja.

" Luk, jangan lihat dari arti katanya dong, Oceanon's artinya samudra, jangan lihat arti katanya, tapi keunikan dari nama kata tersebut, unik aja gitu nama Oceanon's, " lanjut Denim menjelaskan.

" kenapa sih, Den! gak suka banget sama gue, " ketusku mendeling kesal menaiki pohon ceri.

" bukan gitu, tapi gak srek aja, " ngeles Denim.

" bacot " tanggapku. aku menutup mata menenangkan pikiran di atas pohon ceri. lenganku satu menutup wajah karena silau oleh matahari satu lagi menjadi bantal.

" Ayo Luk, latihan! " ajak Vokan mulai melatih kemampuan dimulai dari hal hal dasar yang biasa sebelum latihan menyusun formasi.

" kita gak punya banyak waktu, Luk! "

" iya, tau tau. " aku belun juga bergerak.

" dah lah! lupain aja tuh anak! " Julian pasrah. bisa jadi dia sedang tidak ingin mencari masalah.

Aku melompat turun dari pohon dan berlari melompat menaiki punggung Denim yang tengah berlatih. dia terkejut lalu meringis karena badanku terlalu berat untuk seukuran badannya yang standar. dipunggungnya aku berpegang dengan melingkarkan tanganku dilehernya dibelakang. wajahku dari samping menghadap wajahnya. menatap polos.

" apasih, Luk!! berat tau!! buruan bilang lo mau apa? " ujarnya paham seperti orang hidup segan mati tak mau.

" gak sadar diri apa badan kayak GAJAH!! " gumam Denim. aku masih menggendong dipunggungnya.

" ganti aja yah? Denim ini paling baik tau diantara 3 tikus bobrok itu, " rayuku membujuk.

" mending Sekarang turun dulu deh, Luk! " ringis Denim mulai tidak kuat menanggung beban berat badanku. aku turun dengan wajah memberangut

" nanggung berat badan gue aja gak kuat lo, Den. gimana nanggung hidup anak gadis orang! " candaku.

" weits!! siapa yang mau kawin? Denim? Den, serius? ternyata lo diam diam melepuh ya Den, udah berani nanggung hidup anak gadis orang!! " ejek Vokan entah nongol dari mana tiba-tiba.

kali ini aku tertawa dengan lelucon Vokan. Denim berubah panik. berpikir kami berkata serius dan terjadi kesalahpahaman.

"

Den, ganti yah, jangan Oceanon's, ya? " aku belum menyerah untuk mebujuk Denim. tapi Denim tetap menggeleng.

" btw Dian mana? kok gak datang-datang? Jul, dia beneran ke Alfamart kan? " Denim mengabaikanku dan mengubah topik berbicara dengan Julian.

" gak tau gue, kok lama amat ya? gue susul dulu ya! " balas Julian dan berlari pergi menyusul Dian ke Alfamart.

kini aku menyerah merayu dan membujuk Denim. selagi menunggu kabar dari Julian tentang Dian aku mulai latihan.

selang 20 menit berlalu Julian datang dengan wajah panas dan marah bersama Dian disampingnya menunduk, sesekali dia menyedot cairan bening yang keluar dari lubang hidungnya.

" Nih! temen lo jagain, Luk! tulul amat sih jadi orang!! " emosi Julian mengerahkan Dian hingga menyenggol bahu depanku, lalu menangislah gadis itu dipundakku.

" kenapa sih? " tanyaku ketus dan khawatir.

" nih anak! tulul banget pokoknya, masa dia diam aja digangguin sama si Tino and the geng. diolok-olok, dimaki-maki juga malah!! dan dia cuma diam aja nangis dengan tololnya di kelilingi bedebah itu!! uh gue yang gemes jadinya. Aarghh!! " jelas Julian menggebu-gebu sembari melempar kasar sapu tangan Dian yang dipinjamkan Dian untuk membersihkan darah luka diwajahnya sehabis beradu tinju dengan Tino.

" sabar Bro " Vokan menenangkan Julian. Julian duduk untuk meredakan emosinya. berkali-kali ia menarik napas dalam-dalam lalu buang.

aku mengusap-usap pelan punggung Dian. dia mulai mangis sesenggukan. aku kini berpikir jauh. rasanya tidak bisa berdiri diam begitu saja.

" pulang yuk! cukup deh latihan kita hari ini, gak mood juga gue mau lanjutin latihan, " ujarku pelan merangkul Dian.

" gak usah cengeng! lain kali dilawan jangan nangis!! " oceh Julian kesal meraih tangan Dian menuju motor untuk dibawa pulang.

Salam Hangat
Limut_Hijau

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang