35. Manis Induk Gula

5 3 0
                                    

"maksud lo apa ngomong gitu!?" berangku. Aku tidak terkendali.

"Ya lo lihat aja sendiri, tadi itu terkesan main-main! Gue ngikut aja permainan lo" jawab Gian, suaranya ikut meninggi.

"Oh yaa? Ok. Fine!" hardiku sangat marah.

"Minggir!"

Aku mendorong tubuh Gian kasar sampai Lala terbangun dari pundak Gian lalu menangis. memangnya Lala saja yang bisa menangis! hatiku juga bisa menangis, apa si brengsek itu mau balas dendam karena aku sering membuat Lala nangis jadi dia membalas membuat aku menangis. Aku menutup pintu dengan menggebrak pintu kuat-kuat.

Aku menerima Gian memang atas dasar keegoisanku tidak mau mama nikah sama Om jeff. tapi aku menyukai Gian dan aku rasa itu kebenaran yang valid. aku jatuh hati pada Gian, dan aku sadar itu hari ini saat sakit ini menusuk dan mengoyak-ngoyak kulit hatiku.

Jalanku penuh hentakan memasuki rumah. pintu kamar aku buka kasar dan menutupnya pun juga kasar. Mama marah-marah dari dalam kamarnya, aku tidak peduli.

hah! Aku tidak mau menangis supaya si brengsek itu tidak merasa besar kepala karena berhasil balas dendam demi ponakannya si Lala.

Ok. Aku bohong. Aku sekarang sedang menangis, itu karena Aku tidak kuat lagi aku ingin menangis. Aku yang memulai kenapa aku yang merasa termaini?. Sakit rasanya.

"Siapa?" tanyaku serak saat suara pintu mengalihkan sejenak pikiranku.

"Dian"

"Mau apa!?"

"Mau masuk"

"Gabole!"

"Sama Gian"

"ITU LEBIH GABOLE LAGI!!" nadaku keras dan meninggi. tanpa harus berpikir terlebih dahulu.

Dian tekikik geli. Kepalaku Celingak-celinguk mencari sosok Gian. karena tidak terlihat aku membuka pintu lebih lebar dan tubuhku seutuhnya keluar dari balik pintu.

"mana Gian!?" tanyaku ketus.

"Gak ada" jawab Dian santai sembari menerobos masuk.

Wajahku memberengut menatap Dian. gadis itu sudah duduk manis di atas kasur bersiap untuk rebahan.

"tutup pintunya" perintah Dian setelah dapat posisi nyaman.

Aku menutup pintu lalu ikut menghambur ke atas kasur dan kembali melamun lalu menangis lagi. Rasanya gak afdhol kalo aku tidak menangis.

"Geser pembohong!"

Dian menggeser ke tepi kasur dan membiarkan aku memakan banyak tempat. Karena di saat-saat seperti ini aku butuh tempat luwes.

"Bukan pembohong, beb. tapi kalo gak gue gituin pintunya gak akan lo buka-buka. karena gue tau, semarah apapun lo dan sekeras apa pun lo bilang gak boleh pasti ujung-ujungnya lo buka juga, bener kan gue?" terang Dian, dia tertawa.

"berisik lo!"

Dian kembali tertawa, mengubah posisinya menjadi menyamping lalu memelukku. Aku diam saja, gara-gara kesal sama Dian tangis yang tadi nyaris membuatku larut dalam kemelowan kini sudah menjadi kekesalan.

"sebenarnya lo nangis kenapa sih?" tanya Dian berbisik tepat di telingaku.

Aku terdiam. Iya juga ya, kenapa aku nangis? sakit hati? Kenapa aku sakit hati, kalo aku sakit hati berarti aku menganggap serius hubungan kilat itu. atau jangan-jangan Gian emang ngerasa tadi itu hanya permainan semata? Astaga! aku udah mempermalukan diri sendiri.

"Lah malah bengong si taik ni, Woii!"

Aku menatap Dian yakin. Dian bergidik ngeri sembari melepas pelukannya dan menjauh.

"lo serem tau, Luk. kayak gitu" canda Dian.

"Cudii" panggilku pelan. Dian menyahut dengan bilang, "Hm."

Tring!

Aku urungkan sejenak apa yang ingin aku bicarakan dengan Dian karena suara notifikasi pesan dari Gian berhasil mengalihkan pandanganku.

Gian
lo kenapa tadi? Btw bisa kerumah gk? ada yg mau gue omongin. Urgent!

Aku mengernyit selepas membaca pesan tersebut.

"tunggu apalagi!? buruan sana!"

"Astaga kaget!"

Plak! Aaww!

"Lo ngapain disitu!? udah ngintip, ngagetin lagi!" kesalku setelah memukul bahu Dian. Gadis itu tadi membungkuk di belakangku ikut melihat isi pesan.

"sakittt tauu, gue mau pulang aja deh!"

Dian ikut kesal sembari berlalu pergi. dia memegang bahu kananya tempat dimana aku memukul. Buru-buru aku bersiap karena aku penasaran apa yang ingin dikatakan Gian. entah kenapa jantungku rasanya berdebar sangat hebat.

"Apa!? buruan! " ketusku langsung ke intinya, saat aku sudah berdiri di depan Gian.

ekspresi dan nada ketus ini sudah aku latih sebelumnya agar Gian tidak tahu isi perasaanku yang sebenarnya, dan agar dia peka bahwa aku tengah marah padanya.

"kenapa lo? sakit? aneh!" Gian tak kalah ketus. malah dahinya mengernyit mengartikan ketidakpahaman.

Jleb.

rasanya malu. tapi tidak terlalu lah sebab dia tidak tahu. Aku masih pada pendirianku dan wajah super ketusku.

"Gian"

"hm?"

"lo itu manis ya!"

"Hah?"

"tapi sayangnya manis lo itu manis induk gula bukan manis madu"

"maksudnya?"

"sebab, manis lo itu manis yang menyakitkan bukan menyehatkan"

"Makasih Liluk"

"Sama-sama Gian"

Sontak kami berdua tiba-tiba tertawa setelah dialog itu. Aku merasa konyol sendiri entah kalo di Gian kenapa dia tertawa merasa konyol juga kah atau menertawai aku. Biarlah.

"Stop! buruan lo mau ngomong apa!?" Aku menyudahi. Gian berubah gugup. Dia tampak seperti sedang memikirkan kalimat apa yang akan iya lontarkan untuk menjelaskan.

"Anu"

"Anu apaa! buruaaan kenapa sih, lama bangettt sumpah!" desakku.

Gian maju satu langkah. kini jarak aku dan Gian 100% dipastikan sangat dekat. Gian kembali menempelkan jari telunjuknya ke keningku persis seperti tadi saat aku menyuruh Gian untuk menembakku. Jari telunjuk dan jempolnya membentuk pistol dan aku siap mati di tembak oleh pistol tersebut.

Gian menatapku sangat lekat dan dalam. Aku merasa terlena seperti ada hipnotis yang melekatkan tatapan kami. Gian gugup. Aku bisa merasakan degug jantungku tengah berdendang ria. Ah aku suka tatapan Gian yang satu ini, rasanya seperti ada cinta yang menyeruak masuk ke dalam jantungku dan ikut berdendang disana.

"Lo deg-degan gak, Luk?" tanya Gian sangat terdengar polos.

Shit.

Aku mendengus kesal. kenapa aku kesal rasanya saat Gian mengeluarkan suaranya. dia merusak momen romantis ini. apalagi pertanyaan dia tidak ada romantis-romantisnya malah terdengar bego di telingaku.

"Kok gue deg-degan ya?" Lagi-lagi terdengar polos seperti bocah.

Oh ya Tuhan, aku rasanya ingin meleleh. Kesal tadi tak lagi aku rasakan saat mendengar pertanyaan polos Gian.

________________________________

See You Next Page Everyone 👋
Vote dan komen nya lho jangan lupa lho🤭 makasih lho, di tunggu yaa ...

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang