26. Mengapa Maa?

9 3 0
                                    

" aku kecewa sama Tante, harusnya tante gak perlu mukul dia tan, disini aku yang salah. aku yang nyaranin ide itu aku yang bilang sama anak-anak tentang kompetensi itu  aku tan aku. kalo tante mau pukul, pukul aja aku. " Julian berdiri berkacak pinggang panas di depan Mama.

Mama mendongak lalu menyodorkan hanger pada Julian. Julian belum mengambil hanger itu ia justru menatap bingung.

" kalo emang kamu merasa kamu yang salah. kamu pukul dia! berani? " ucap Mama. suaranya serak karna menahan tangis. Julian diam lalu mundur. Mama berdiri dan memberikan hanger pada Vokan tapi Vokan menolak begitupun dengan yang lain, Denim dan Dian. tiba di giliran Gian, Gian diam.

" kamu berani! " ancam Mama meremehkan. Gian diam, bibirnya bergetar.

" gada yang berani kan? kalo gitu kenapa kalian berani ngajak Liluk Hah! " suara mama meninggi marah.

" aku berani! " Gian maju dan mengambil kasar hanger dari tangan Mama. Mama terkejut takut karna Gian mengambil Hanger dari tangannya tiba-tiba. Gian tersenyum sinis lalu berjalan santai kearahku. mata merahku menatap Gian takut. kepalaku menggeleng-geleng untuk isyarat agar Dian jangan memukulku. tapi Gian tidak peduli, dia justru mengangkat Hanger dan.

Plaak!!

Aaaaaa'

Liiluukk!!

Mama berlari bergegas mendatangi tempatku dan merebut kasar hanger dari tangan Gian lalu melempar hanger itu kesembarang arah. Mama menjatuhkan badannya ke lantai dan memeluku sangat erat. semua orang berteriak terkejut karna Gian memukulku sangat kuat.

" sakit gak sayang ? yang mana yang sakit? yang ini sakit? mama gak akan maafin Gian, nak. " panik Mama ketakutan meraba dan mengecek badanku. Mama berdiri marah dan mendorong Gian marah.

" BERANI KAMU MUKUL ANAK SAYA!! " bentak Mama sangat marah.

" Tante kenapa? marah? kenapa Tante marah? kan tante yang suruh, " jawab Gian santai.

" JELAS SAYA MARAH! KARNA KAMU MUKUL ANAK SAYA! SAYA TIDAK TERIMA! "

" kan tante yang suruh "

" TAPI BUKAN BERARTI KAMU BENAR-BENAR MEMUKULNYA! "

" sebenarnya Tante marah karna apasih! "

" KARNA KAMU MUKUL LILUK, GIAN!! "

" KALO GITU TANTE JUGA HARUS MARAH SAMA DIRI TANTE SENDIRI! TANTE JUGA HARUS MERASA TIDAK TERIMA SAMA DIRI TANTE SENDIRI.  KARNA TANTE UDAH MUKUL LILUK DAN MELAKUKAN KEKERASAN!! " Mata marah Gian menatap tajam tepat di depan mata mama. emosi Gian kini memuncak. Mama diam lalu menatapku menyesal.

dengan rasa kesal aku mengalihkan pandangan kearah jendela, sepertinya orang-orang luar berusaha untuk mengintip tapi tidak bisa karena rumah tertutup rapat. aku menangis sesengguk.

" Tante marah kan? gak gini tan, gak bisa pake kekerasan caranya tan, kalo tante mau tante bisa lampiasin ke benda mati bukan pada Liluk nte, tante mau Liluk nyimpan dendam cuma karna ini? " Suara Gian memelan.

" coba Tante tanya sama Liluk, sakit yang mana, kaki yang terluka atau hati nya yang terluka? jawabannya pasti hatinya. "

" dan coba Tante tanya lagi lebih sakit temannya yang memukul atau ibunya sendiri? jawabannya pasti Ibunya. "

Gian mengubah posisinya menjadi duduk dan lelah melihat Mama terdiam di posisinya. Mama berbalik lalu jongkoknya didepanku.

" Maafin mama ya Luk. pasti mama udah gila ini. harusnya mama dirumah sakit jiwa, bukan disini. itu pasti sakit kan, Nak? ini sakit kan? coba mama liat punggung kamu? ada luka gak? " tanya Mama lirih dan khawatir sembari menyimbak kaus belakangku. Mama mengelus pelan luka bekas libasan dari hangernya.

" Mama kan udah pernah bilang sama kamu, mama gak suka kamu bohong, apalagi mama udah larang kamu untuk gak latihan lagi tapi kamu nya gitu. buka bajunya biar mama obatin yang di badan kamu "

" eum, Mah! " aku menepis pelan tangan Mama yang hendak membantu membuka bajuku sembari menggeleng menolak.

" kenapa Luk? " tanya Mama bingung dan memaksa untuk membantu. aku menggeleng menolak keras.

" malu, Mah " sahutku pelan sembari melihat keseliling. Mama terkejut lalu tersenyum menggoda.

" maaf " ujar Mama lalu berdiri.

" gak papa kok Tan buka aja, kami ikhlas kok " celetuk Vokan. Mama, Tante Luti, Tante Riani dan Tante Dini membelalak kaget. Vokan cengengesan.

" mau Tante usir atau kalian keluar sendiri? "
" keluar sendiri aja tan " sahut mereka serentak lalu membuka pintu dan keluar. saat dibuka ramai orang dihalaman. Tante Dini mengusir mereka.

" Gian? kamu gak ikut keluar? mau diusir? "

" enggak tan, aku disini aja "

" kenapa? "

" nungguin Liluk buka baju. " Canda Gian

" Heh!! "

Aku tertawa lepas mendengar balasan Gian dan ekspresi terkejut Mama.

" Gak usah mancing mama ,Yan. kamu mau mama taruh di penggorengan? gatel banget jadi anak! " Tante Luti datang lagi dan menjewer Gian membawanya pergi.

" apa Mah? mama gatel? sini Mah aku bantu garuk " canda Gian. Tante Luti tertawa sembari mengeraskan jewerannya hingga Gian meringis kesakitan.

Mama memapahku duduk di sofa lalu membantu melepas kaus tapi aku tetap menolak alhasil Mama hanya menyimbak kaus dibagian lukanya saja.

" badan kamu merah-merah sampe kaki, Luk " gumam Mama sembari mengobatiku.

" Mah, aku pengen parkour " aku mengubah topik. mama Diam belum memberi respon. mungkin terlalu sibuk mengobati luka merah dibadanku.

" mungkin mama udah maafin kamu Luk, tapi bukan berarti Mama ngizinin kamu ikut kompetisi nya " ketus Mama. aku diam.

" mengapa, Mah? " tanyaku akhirnya.

" Mama masih trauma "

" tapi kan itu udah lama mah, insiden itu udah tergolong masa lalu yang udah basi! "

" jaga mulut kamu, Luk! mama gak suka kamu Ngomong gitu! "

" tapi itu hanya insiden kecil bagi aku mah "

" Liluk! jangan sembarangan kamu! apa kamu lupa kalo papa juga larang kamu! gak cuma mama, mama tetep kekeh karna mama ingin jaga pesan papa "

" tapi papa udah mati mah "

Praak!!

Mama melempar marah P3K hingga bersererakan dilantai. aku menunduk diam dan takut kejadian sebelumnya terjadi lagi.

" aku nyerah Mah! " tunduku lesu.

" kamu harusnya tau ini. kalo mama bilang gak berarti enggak. dan jangan coba-coba membantahnya. mama gak suka! sekali mama marah, mama gak bisa ngendaliin, pahamkan kamu? " ketus mama tajam lalu pergi ke dapur.

Salam Hangat
Limut_Hijau

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang