4. Foto Lama

8 6 0
                                    

" kok gak ngomong dulu sih? gue kan juga punya hak buat milih temen " ketusku tidak terima.

" hoii, Nyonya, yang namanya berteman, gak boleh pilih pilih, kita harus welkam, ya gak gais " sela Julian.

" setuju! " sahut Vokan penuh bangga.

" tauk ah! "

" eh bocah, kasih ni ke ibu, itu dari mama " ucapku teringat. aku menyodorkan kue kukus yang diberikan mama tadi pada Denim. Denim mengangguk.

Aku berdiri dan naik keatas kasur, berbaring disana sembari membaca novel novel yang ku simpan di rak buku kamar Denim. Aku larut dalam buku bacaan, sesekali aku melirik ke anak anak, melihat tingkah konyol mereka. kadang kefokusanku hilang hanya karena tidak bisa menahan tawa melihat kekonyolan mereka.

penat berbaring aku mengubah posisi, pindah duduk dilantai dengan kedua kaki ditekukan, tangan memegang Buku bacaan.

" Yaaa!! " berangku karna Vokan iseng mendorong punggungku dengan kakinya disaat aku sedang serius membaca buku. tanpa ragu aku membanting buku dan memukuli Vokan. orang yang dipukuli mengaduh tapi juga tertawa senang melihatku marah. yang lain juga tertawa, membuatku semakin tidak tahan menahan kesal dan emosi.

Aku tidak tahu pasti, tapi aku sempat melihat Gian tersenyum tipis melihat apa yang aku lakukan pada Vokan.

" Ini foto kalian? " tanya Gian tiba tiba, menghentikan semua titik fokus anak anak menjadi fokus padanya. ia berdiri didepan meja belajar Denim, melihat salah satu bingkai dengan foto 3 sosok anak laki-laki berlari gesit melompati atap atap bangunan, melakukan aksi parkour, wajah dalam foto tidak terlihat karena membelakangi. aku sempat kaget saat Gian bertanya tapi setelah itu tidak peduli dan bersikap santai.

" iya, itu foto lama sih, dulu gue sering banget parkour, rasanya bebas, tapi sekarang udah jarang, pokoknya itu foto udah lama banget, liat deh, badannya aja disitu masih kecil-kecil banget, " jelas Julian sembari mengambil foto tersebut dan memandang nya penuh kerinduan.

" kalian suka parkour ternyata, jago berarti aksi nya, " tanggap Gian bergurau.

" ya gak juga, btw lo suka main parkour juga? " Julian balik bertanya.

" enggak " jawab Gian enteng. ia menelusuri ke foto foto lainya. di kamar Denim dipenuhi foto foto kami ber-5. Aku, Dian, Julian, Vokan, dan Denim. paling banyak terpajang adalah fotoku dan Dian, karna dikamar Denim aku perlakukan seperti kamarku sendiri, anak anak hanya bisa maklum jika aku seperti penguasa kamar ini.

" ini siapa? " tanya Gian bercanda pada foto yang menampilkan wajahku tengah menguyah penuh makanan berjenis kebab ala Indonesia. mereka cekikikan saat Gian bertanya.

" Kenapa!! " tukasku penuh bentakan dan songong.

" gak papa, cuma Jelek aja " balas Gian. seketika suhu emosi dalam tubuhku terasa ingin meledak.

" Oya, itu foto lama yang bertiga tadi, siapa aja? " Gian lagi lagi bertanya pada foto yang sempat ditanya pertama kali.

" banyak nanya lo, " celetukku ketus. Gian hanya melirik sekilas dan fokus pada Julian.

" itu tuh, yang disebelah kanan, itu gue, yang sebelah kiri si Julian, terus yang ditengah itu___ "

" Pok, gue pulang ya, udah ngantuk, " pamit ku memotong pembicaraan Vokan yang tengah menjawab pertanyaan Gian. Vokan menggangguk cepat lalu kembali mengarahkan pandangan kearah Gian.

Aku berdiri berjalan menuju pintu, saat Vokan hendak melanjutkan ucapannya aku memotong dengan berkata, " Pok, gak semua hal bisa diceritain sama orang asing, mendingan lo diam aja, gak usah ember. " Aku menutup pintu kesal, menyisakan raut bingung pada anak anak.

" Luk!! " panggil Julian menyusul dibelakangku. aku menoleh dengan raut kesal, kening berkerut.

" Apa! " ketusku menyahut saat Julian sudah berdiri didepan mata.

" mau kemana? lagi PMS? atau Badmood? sensitif amat hari ini, kenapa? " todong Julian langsung dengan pertanyaan.

" Kepo " balasku ketus, berbalik melanjutkan jalan, tapi Julian mencegat dengan memegang pergelangan tanganku.

" apalagi? " tanyaku kesal sembari menampis pegangan Julian.

" foto nya jangan dibawa, " ujar Julian tertawa kecil. Aku menahan emosi dan gerutu memberikan foto tersebut. ternyata percuma aku mengambil foto tersebut diam diam tapi tetap saja ketahuan.

" udah sana pergi, apalagi, liat liat! " usir Julian senang. kini aku benar benar pergi tapi tiba-tiba saja Julian merangkul dari belakang.

" Bercanda kali, Luk, gue itu udah paham banget sama sifat lo, jadi gue tau mau lo, duduk disini aja, " ujar Julian dan duduk diatas dipan yang dibuat khusus untuk duduk santai bersama. Aku menurut untuk duduk diatas dipan. wajahku masih cemberut.

" Nih, gue tau, lo itu suka banget sama foto ini, Su jelas dong, orang ada lo nya, haha, canda, jelas karena ini foto kali terakhir lo parkour, gue juga tau seberapa besar lo suka sama parkour hingga menjadi sebuah hobi, " ucap Julian sembari menggosok gosok kaca foto yang berdebu dengan telapak tangan.

aku diam, mengambil foto dari tangan julian, dan menatap lekat foto tersebut.foto tersebut benar benar sebuah foto lama yang berkenang, yang memiliki cerita. seperti memori Cerita dalam bentuk media foto.

" Julian, ayo pulang " ajak ibu Riani dengan tergesa-gesa, karna beliau baru saja pulang dari kerja nya. ibu Riani adalah mama dari Anjulian Gifosda , beliau adalah seorang manajer disebuah perusahaan ternama.

Julian mengangguk menanggapi ajakakan mamanya sembari menepuk nepuk pahaku untuk tenang. " jangan lupa dibalikin lagi fotonya, " ujar Julian mengingatkan setelah mengusap lembut puncak kepalaku.

Aku mendeling kesal karena tidak suka diperlakukan seperti anak kecil. contohnya memegang dan mengusap kepala. anak anak terutama Julian dan vokan selalu mengusap kepalaku seperti anak kecil.

Salam Hangat
LintasanBintang

Dabus'd & You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang