Mulut dan hidung Jake dipasangkan Nebulizer (alat bantu pernapasan) oleh suster dengan tangan kanan memegang gagang pompa untuk menghantarkan oksigen yang langsung dihirup ke paru-paru.
"tekanan darah menurun."
Setelahnya pakaian Jake digunting dan diolesi dengan gel.
Nebulizer dijauhkan dari mulut dan hidung Jake, kemudian alat kejut jantung ditempelkan didadanya."150 joule, clear, mulai."
Setelah alat kejut ditembakkan, Dokter kembali melihat alat ekg disamping brankar.
"tekanan darahnya tidak kembali normal."
"200 joule, clear, mulai."
Tekanan darah Jake kembali turun dan sang Dokter merangkak naik ke atas brangkar.
berdiri, dengan lutut dikedua sisi kanan-kiri tubuh Jake, sementara tangannya bergerak memberikan tekanan didada untuk memompa kerja jantung Jake yang detakannya semakin melemah.Dokter tersebut terus memberikan pompaan pada dadanya, supaya detak jantung juga tekanannya kembali normal, namun sampai dimenit ke 10, terus dibawah normal.
Kesadaran Jake pun telah hilang sejak ia ditaruh diatas brangkar tadi."..ssa-kkhiiit ssekhali.." ujar Jake begitu lirih, dengan kesadaran yang kembali muncul walau tak sepenuhnya, yang seketika membuat lega.
"lakukan operasi darurat!"
Salah satu kepala suster melakukan pemeriksaan Mdct (multidetector row computed tomography) pada tubuh Jake.
Supaya Dokter bisa mengidentifikasi pendarahan, peluru, fragmen-fragmen tulang, udara, hemotoraks, lesi pada syaraf, lesi pada muskuloskeletal dan trauma pada pembuluh darah.Ia menghampiri Minho yang duduk diruang tunggu dengan penampilan yang sangat berantakan, tatapannya benar-benar kosong, seakan jiwanya menghilang.
"permisi Pak, apa benar Bapak wali dari Lee Jaeyun?"
Mendengar nama Jake disebutkan, kepala Minho mendongak cepat.
"ya.. Saya, saya Ayahnya."
Suster tersebut memberikan papan berisi kertas pernyataan untuk ditanda tangani.
"kami membutuhkan persetujuan bapak untuk pasien Lee Jaeyun melakukan operasi darurat.
dan Bapak harus bersedia dengan keadaan Pasien setelah operasi nanti."Minho meraih papan kertas tersebut, nampak melamun sebelum membubuhkan tanda tangannya, Minho menatap penuh permohonan pada suster tersebut.
"pastikan putra-ku selamat."
"akan kami usahakan yang terbaik untuk Putra Bapak, selebihnya Bapak hanya perlu berdoa pada Tuhan.
Karna keberhasilan kami tergantung takdir Tuhan dan keinginan Pasien untuk tetap hidup."