Plan B【8.5】

166 21 16
                                    

Author's p.o.v

"hyunjin tahan! Polisi belum datang." Bangchan menahan tangan hyunjin, wajah hyunjin sudah begitu dingin dan kaku,

bangchan paham betul bahwa hyunjin ingin segera bertemu dan melihat keadaan kelsha. Apalagi ditambah kabar dari piere bahwa bahu kelsha terluka dan terlihat diperban. Hyunjin bersumpah akan membunuh woojin jika pria itu melakukan sesuatu pada kelsha.

Ellen menghembuskan napas pelan melirik sepupu bodohnya itu. "sebentar lagi. Sebentar lagi polisi akan datang." Ujarnya seraya memantau cctv lewat laptop di pangkuan salah satu hackernya, shadow. Hacker itu memakai masker full di wajahnya dan pakaian hitam, sama sekali tidak membukanya di hadapan orang lain. Ini memang kali pertamanya bekerja diluar dan menampakkan diri seperti ini. Jika ellen tidak memaksanya atau membayarnya sangat mahal, shadow tentu saja akan menolak.

Emir dan ella sedang mempersiapkan peralatan masing-masing, mereka kunci utama untuk mempermudah misi penyelamatan ini. Semuanya bergantung dari apakah emir dan ella bisa melumpuhkan asassin01 atau tidak. Keduanya saling berbicara dengan bahasa rusia yang tidak bisa siapapun kecuali bangchan pahami.

"kita akan bertemu dengannya lagi." Kata ella menatap emir.

Emir mengangguk, tatapannya datar dan eskpresi wajahnya tidak terbaca, "biar aku yang melawannya, kau selamatkan nona saja."

"kau mana bisa sendiri. Ah nona.. semua ini terjadi karena kita kan?" Suara ella terdengar lemas.

Emir terdiam dan memandang keluar jendela dengan sorot datar, "will adalah jatahku." Ia tidak merespon kalimat terakhir adiknya, namun wajahnya meredup. Emir diam-diam mungkin menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada nona muda yang selalu mereka jaga sejak kecil. Ella tahu itu meski emir jarang berbicara. Emir dan ella sudah menyaksikan pertumbuhan kelsha sejak kecil, bertahun-tahun lamanya tidak mungkin mereka tidak menyayangi gadis itu.

"bersama-sama. Terakhir menghadapinya sendirian, kau nyaris mati." Ella masih keukeuh, berusaha menyadarkan emir bahwa ia tidak mampu menghadapi will sendirian.

"terakhir aku menghadapinya sudah lama sekali, aku sudah jauh lebih kuat dibanding dulu." Kata emir masih berusaha meyakinkan adiknya.

"begitupun will." Ella agak kesal, karena emir terlihat begitu percaya diri dan seolah siap berkorban untuk mati hari ini. "kau kira dalam kurun waktu bertahun-tahun ini dia hanya leha-leha saja? Kau ingat kan di akademi dulu begitu gilanya will bekerja keras?"

"itu dulu. Apapun yang terjadi, ella.. ingat nona muda adalah prioritas kita." Ujar emir tegas, menutup pembicaraan mereka.

Ella hanya menghela napas pelan dan berdoa bahwa kakaknya tidak bertindak bodoh dan sok heroik kali ini.

"piere bilang tidak sebanyak ini." Gumam Changbin sedikit khawatir begitu matanya menangkap titik-titik merah yang tersebar di beberapa penjuru villa besar itu. titik-titik merah itu dari pistol yang orang-orang woojin pakai. Shadow, dengan mudah bisa melacaknya.

"woojin seperti, sudah memprediksi kedatangan kita." Ucap sagara sembari menatap tajam layar laptop di pangkuan shadow.

Jisung berdecak seraya mendengus. "atau dia hanya menunggu dan bersiap menyambut kita." Sahutnya malas.

Seungmin, Felicia dan felix tidak ikut. Seungmin ditahan jeongin dan pria itu juga tidak bisa bela diri, Felicia ditahan felix sampai keduanya bertengkar hebat dan berakhir felix menjaga kembarannya agar tidak kabur dan ikut pada tim penyelamatan kelsha.

"woojin, harusnya aku membunuhnya sejak lama." Lino mengetatkan rahangnya, tangannya terkepal di sisi tubuhnya.

Kecemasannya memuncak ketika mendengar kabar dari piere, ia takut jika mengulur waktu lebih lama, kelsha akan tambah terluka.

•MINE•║ Hwang Hyunjin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang