34

1.4K 57 4
                                    

Minzi merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Saat ini ia berada di taman dekat rumah Ryan. Wanita itu sudah memutuskan bahwa malam ini ia akan mengungkapkan perasaanya pada Ryan.

"Maaf membuatmu menunggu." Ryan datang dan duduk di sebelah wanita itu.

"Tidak masalah," ujar Minzi.

Ryan tersenyum. "Apa yang ingin kau bicarakan padaku? Sepertinya itu sangat penting."

Minzi menggigit bibir bawahnya. "Aku, Aku men,-" Entah kenapa Minzi merasa susah sekali menyelesaikan kalimat yang ingin ia ucapkan.

"Ada apa? Kau tidak seperti biasanya." tanya Ryan.

"Aku menyukaimu dan aku ingin hubungan kita lebih dari sekedar teman." Minzi melihat reaksi Ryan. Pria itu langsung memalingkan wajahnya saat Minzi selesai berbicara.

"Ada apa? Kau juga menyukai aku 'kan? Kenapa reaksimu seperti ini."

Ryan menoleh ke arah Minzi. Wanita itu terlihat kecewa dengan reaksi yang ia berikan. Ia menyukai Minzi. Tidak, ia justru sudah mencintai wanita itu. Tapi mereka terlalu jauh berbeda. Ryan berasal dari keluarga yang sederhana. Ia tidak sekaya Minzi. Ia merasa dirinya tidak pantas untuk Minzi.

"Aku rasa kau salah paham, aku tidak pernah memiliki perasaan seperti itu untukmu. Maaf, Minzi."

"Itu tidak mungkin. Aku bisa melihatnya dengan jelas bahwa kau juga menyukaiku. Ada apa? Katakan yang sejujurnya. Aku tahu kau berbohong." Minzi menggengam tangan Ryan.

Ryan melepaskan gengaman tangan Minzi dari tangannya. "Maaf, tapi kau bisa menemukan pria yang lebih baik dari aku. Aku tidak pantas untukmu. Percayalah ini yang terbaik."

Minzi berdiri lalu menatap Ryan tajam. "Apa maksudmu tidak pantas? Apa yang pantas dan tidak untuk diriku hanya aku yang bisa menentukannya. Bukan dirimu atau pun orang lain. Jika kau memang tidak memiliki perasaan padaku katakan itu dengan keras dan tatap mataku."

Ryan menundukkan kepalanya. Minzi memintanya untuk melakukan hal yang menurutnya sangat sulit untuk dilakukan. Tapi ia harus bisa melakukannya agar Minzi percaya bahwa ia tidak memiliki perasaan apapun pada wanita itu.

Minzi sangat berharap bahwa Ryan tidak menuruti apa yang ia katakan, Namun nyatanya Ryan sudah menatap matanya. "Aku tidak memiliki perasaan apapun padamu, kita hanya teman."

Air mata Minzi menetes mengenai pipinya. "Kau pengecut! Aku tidak tahu apa yang membuatmu mengatakan bahwa kau tidak pantas untukku. Tapi setidaknya aku tahu bahwa sekarang kau sedang berbohong." Setelah mengatakan semua itu Minzi pergi darisana dan menghubungi Zamora.

"Halo, bagaimana? Kalian sudah berpacaran?"

Minzi semakin merasa sedih setelah mendengar suara Zamora.

"Dia pengecut, aku membencinya. Bisakah kau menjemputku. Aku tidak membawa mobil."

Zamora merasa khawatir mendengar suara isakan Minzi.

"Aku akan kesana sekarang."

***

Zamora memeluk Minzi yang masih terlihat sedih. Minzi sudah menceritakan semuanya saat mereka dalam perjalanan menuju apartemen wanita itu. 

"Menurutmu apa yang membuat Ryan menganggap bahwa dia tidak pantas untukku?"

"Aku tidak tahu, tapi mungkin Steven bisa mencari tahu. Apa aku boleh memberitahu Steven?

Minzi mengangguk pelan. "Aku harap Steven bisa membantuku."

"Dia pasti bisa membantu mu. Steven dan Ryan sangat dekat. Aku akan menghubunginya sekarang," ucap Zamora lalu berjalan menjauh untuk menghubungi kekasihnya.

"Steven, aku butuh bantuanmu."

"Kau baik-baik saja? Kenapa suaramu terdengar sangat serius?"

"Aku baik, apa aku menganggumu?"

"Tidak, aku malah ingin menciummu sekarang."

Zamora tersenyum. "Dasar kau ini, lupakan tentang menciumku. Ada hal yang lebih penting."

"Hal apa yang lebih penting?" tanya Steven mulai penasaran.

"Minzi baru saja menyatakan perasaanya pada Ryan. Tapi Ryan mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun untuk Minzi dan dia juga mengangap dirinya tidak pantas untuk Minzi. Bisakah kau mencari tahu kenapa dia seperti itu."

"Ryan berbohong, aku tahu dia mencintai Minzi. Aku akan menemuinya besok. Sekarang tidurlah ini sudah malam."

"Kau juga harus tidur. Aku mencintaimu." Zamora langsung mengakhiri panggilannya ketika melihat Minzi memukul bantal sofa untuk melampiaskan kekesalannya.

Zamora merampas bantal sofa itu dari tangan Minzi. "Kau benar, Ryan berbohong. Steven mengatakan dia mencintaimu."

"Dia mencintaiku? Apa lagi yang Steven katakan?"

"Dia akan menemui Ryan besok."

Minzi tidak mengatakan apapun lagi. Ia semakin penasaran dengan apa yang membuat Ryan berbohong padahal sebenarnya pria itu mencintainya.

Makasi buat yang udah nungguin cerita ini. Love you guyss....





STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang