44

1.2K 51 0
                                    

Kinta membawa satu botol wine yang akan ia berikan kepada Ellard sembari memegangi perutnya yang sudah membesar, usia kandungannya sekarang sudah memasuki bulan ketujuh.

"Terima kasih."

Ellard tersenyum, lalu meminta wanita itu untuk duduk di sampingnya.

"Kapan kita akan menikah? Apa kita akan menikah saat anak ini sudah lahir?"

Kinta menatap Ellard serius, sementara Ellard terlihat bingung harus menjawab apa pertanyaan dari kekasihnya itu.

"Aku tidak tahu, tapi jika memang seperti itu maka biarkanlah."

"Jadi kita akan terus seperti ini? Apa begitu maksudmu?" Kinta terlihat kesal.

Ellard menggengam kedua tangan Kinta. "Tolong mengertilah kalau saat ini bukan waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. Keluargaku sedang dalam keadaan tidak baik, Steven pergi entah ke mana. Kita tidak bisa hanya memikirkan diri kita sendiri."

Kinta melepaskan genggaman tangan Ellard dari tangannya. "Kenapa juga Steven harus pergi, dia selalu menambah masalah."

Ellard menunjukkan ketidaksukaannya saat mendengar ucapan Kinta. "Kau bilang apa? Dia menambah masalah? Apa kau sudah gila?!" bentak pria itu.

"Kenapa kau membentakku?" tanya Kinta terkejut."

"Jika bukan karena Steven kita bahkan tidak bisa bermimpi tentang pernikahan dan dengan mudahnya kau mengatakan dia menambah masalah. You're sick."

"Iya aku tahu, tapi karena dia juga pernikahan kita dibatalkan. Aku bahkan tidak berani keluar apartemen karena takut mendapat pertanyaan tentang kehamilanku ini. Aku merasa tertekan!" Kinta berucap dengan penuh emosi.

"Hanya kau yang merasa tertekan? Bagaimana dengan aku? Setiap saat aku merasa bersalah, kesalahan terbesar yang aku lakukan dalam hidupku adalah mencintaimu!"

Kinta tidak percaya kalimat seperti itu akan keluar dari mulut Ellard. Matanya seketika berkaca-kaca. "Kalau begitu jangan mencintaiku, jangan menikahiku agar kau tidak merasa bersalah lagi!"

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku akan pergi sekarang."

Tidak seperti yang Kinta harapkan, jawaban dari Ellard membuatnya terpaku.

"Ellard," lirih Kinta.

Ellard tidak mempedulikan panggilan Kinta. Ia melangkahkan kaki, sementara Kinta menghalangi langkah pria itu.

"Ellard, maafkan aku."

"Aku rasa ini yang terbaik, tenangkan pikiran dan hatimu dulu. Jangan hanya mempentingkan dirimu sendiri. Aku tidak bisa hanya memikirkan tentang kita, banyak hal yang aku pikirkan dan yang paling penting saat ini adalah keluargaku. Aku harap kau bisa mengerti akan hal itu."

"Tapi jangan tinggalkan aku."

Ellard mengelus perut Kinta, kemudian pergi dari sana.

****

Pandangan Zamora kosong, entah apa yang sedang dipikirkan wanita itu sampai tidak menyadari kehadiran Millen yang saat ini berada di dekatnya.

"Nak." Millen memanggil Zamora lembut.

"Bibi," balas Zamora sedikit terkejut dengan kehadiran Millen. "Silakan duduk, Bi. Maaf aku tidak menyadari jika Bibi datang kemari."

"Tidak apa-apa, Zamora. Kau melamunkan apa?"

"Tidak ada, tunggu sebentar, Bi. Aku siapkan minum dulu."

"Iya, terima kasih."

Tidak sampai satu menit Zamora sudah membawa minuman segar yang ia siapkan untuk Millen. Wajah Millen tampak sedikit pucat, membuat Zamora merasa khawatir.

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang