08

1.8K 67 1
                                    

Ryan memasukan buah anggur ke dalam mulutnya dan memperhatikan Steven yang sibuk dengan ponselnya.

"Kau menghubungi siapa, dude?"

"Kinta."

"Kalian bertengkar lagi?" Ryan memberikan buah apel untuk Steven. "Makanlah, ini terlalu banyak untukku." Ryan menunjuk buah-buahan yang dibawakan oleh teman-temannya yang datang berkunjung.

Steven mengambil buah apel yang diberikan Ryan lalu menggigitnya. "Dia pasti sangat kesal."

"Kesal kenapa?"

"Aku tidak bisa menceritakannya, itu privasi."

"Baiklah."

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku benar-benar minta maaf untuk Ayahku."

"Aku baik, kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Tapi apa kau tahu, dude? Zamora memukul kepala ketiga Bodyguard ayahmu hingga mereka pingsan. Dia sangat keren kan?"

"Dia benar-benar tidak terduga." ucap Steven sambil tersenyum.

"Kau sudah menginap semalaman, sekarang pulanglah. Ibuku sebentar lagi datang."

"Kau mengusirku?"

"Kau terlihat lelah."

"Kau benar, aku juga belum mandi."

"Jangan khawatir, walaupun belum mandi lima hari aku rasa kau tetap tampan."

Steven mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum. "Aku tahu."

***

Zamora menggayung sepedanya dengan santai, sesekali ia akan bersenandung. Terlihat gadis cantik itu begitu menikmati kegiatannya.

Tiba-tiba mobil yang sangat di kenalinya menghalangi jalannya.

"Kau akan mengantar pesanan bunga?"

Zamora menganguk pelan.

"Kemana kau akan mengantar pesanan bunga itu?"

"Di rumah seberang sana."

Steven turun dari dalam mobil. "Kau yakin?"

"Iya, ada apa?"

"Itu rumahku."

Zamora membelakkan matanya, kebetulan macam apa ini?

***

Setelah memakirkan mobilnya, Steven menunggu kedatangan Zamora yang masih jauh. Ia masih tidak mengerti kenapa gadis itu mengantarkan pesanan bunga menggunakan sepeda. Apakah ia tidak kelelahan menggayung sepeda seperti itu.

Sesampainya Zamora di halaman rumah Steven, ia tidak terkejut lagi melihat rumah pria itu yang begitu luas.

"Kau pasti lelah, minumlah dulu." Zamora menatap botol minuman di tangan Steven lalu menaikkan pandangannya pada wajah pria itu.

"Terima kasih." Zamora menerima botol minuman itu lalu meneguknya sedikit.

Tanpa izin Steven membersihkan keringat di dahi Zamora membuat gadis itu sangat terkejut bahkan hampir menyemburkan air yang diminumnya. "Kita harus masuk ke dalam, disini panas."

"Itu tidak perlu. Kau hanya perlu tanda tangani ini, ambil bunganya dan aku akan pergi."

"Bukankah tidak ada pesanan bunga lagi, kenapa terburu-buru. Masuklah dulu."

"Baiklah, jika kau memaksa."

Zamora berjalan di belakang Steven dan memasuki rumah mewah itu.

"Ika." panggil Steven pada salah satu pembantu rumah tangga.

"Duduklah." Steven mempersilakan Zamora duduk.

"Iya, Tuan." Ika menundukan kepalanya menunjukkan bahwa ia sangat menghormati tuannya.

"Tidak perlu menundukkan kepalamu seperti itu, Ika. Tolong buatkan minuman untuk temanku."

"Baik, Tuan."

Zamora memperhatikan hal itu dengan kagum. Apakah di jaman sekarang masih ada pria tampan, kaya dan juga sangat baik seperti pria di depannya ini. Terlihat sangat sempurna untuknya. Tidak Zamora! Buang jauh-jauh kekaguman itu.

"Kenapa melihatku seperti itu?"

Zamora bangkit dari sofa lalu berjalan menuju foto keluarga. "Aku tidak melihatmu, aku melihat foto ini."

Bodoh, aku seharusnya tidak menatapnya seperti itu.

"Zaco memberitahu aku kalau kau itu pembalap, apa kakakmu pembalap juga?"

Steven mendekati Zamora lalu ikut menatap foto keluarganya. "Kakakku bukan pembalap seperti aku. Dia seorang pengusaha." Steven terdiam sebentar lalu melanjutkan kalimatnya dengan sangat lirih. "Karena itulah Daddy sangat menyayanginya."

Lagi dan lagi Zamora melihat kesedihan di mata indah itu. Entah perasaanya saja atau memang pria itu sedang bersedih dan mencoba menutupinya.

"Nona, silakan." Ika memberikan minuman untuk Zamora sambil tersenyum.

"Terima kasih," sahutnya.

"Apa Mommy sedang keluar?" tanya Steven pada Ika.

"Iya, Tuan. Mungkin sebentar lagi Nyonya pulang."

Ika berlalu setelah tidak dibutuhkan lagi.

"Sepertinya aku harus pulang, terima kasih untuk minumannya."

"Kau tidak bisa pulang."

"Kenapa?"

"Di luar sedang hujan deras sekarang."

Zamora melihat ke luar dengan kecewa, kenapa tiba-tiba turun hujan.

"Aku akan mengantarmu pulang." tawar Steven.

"Aku tidak ingin merepotkanmu, aku akan menunggu sampai hujannya reda."





STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang