40

1.4K 63 2
                                    

Zamora mengikuti mobil Steven yang melaju dengan sangat cepat. Untuk pertama kalinya, Zamora tidak merasa takut mengemudikan mobil sekencang ini.

Ia berusaha menghubungi Steven, wanita itu tahu usahanya akan sia-sia, karena di saat seperti ini Steven tidak mungkin menjawab panggilan darinya.

"Steven, aku mohon jangan seperti ini." Zamora sangat mengkhawatirkan keadaan kekasihnya.

Di sisi lain, Steven tidak bisa fokus mengemudikan mobilnya. Ucapan Millen terus berputar dalam memori ingatannya. Kenapa semua ini terjadinya padanya? Kenapa dunia ini sangat kejam?

Rasa sesak dalam dadanya membuat Steven tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi ia coba tahan. Ia tidak ingin menjadi pria lemah. Tetapi, untuk hari ini ia tidak peduli tentang semua itu.

Sebuah mobil yang ada di depan Steven berhenti secara mendadak, Steven berhasil  menghindari mobil tersebut, namun hal itu  justru membuatnya menabrak pohon besar.

Zamora yang mengetahui hal itu segera turun dari mobil dan mendekati mobil Steven. Kening Steven berdarah, pandangan pria itu mulai kabur dan ia pun tidak sadarkan diri.

Zamora sangat panik, ia meminta tolong kepada beberapa orang yang berada di sana dan membawa Steven ke rumah sakit terdekat.

"Dia akan baik-baik saja, Nona. Benturan di kepalanya tidak parah. Kalau begitu saya permisi dulu."

"Terima kasih, Dok." Zamora mengucapkan terima kasih, lantas menyentuh pipi Steven.

"Steven," panggilnya lembut.

Kedua mata Steven perlahan terbuka, ia menggengam tangan Zamora yang berada di pipinya. "Kenapa aku masih hidup? Bukankah lebih baik jika aku tiada."

Zamora memeluk Steven. "Jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan membiarkanmu tiada, Steven."

"Kau meninggalkan acara pernikahannya?"

"Iya, aku tidak peduli dengan acara pernikahan itu. Keadaanmu sekarang jauh lebih penting bagiku."

Hening sesaat, tidak ada yang berbicara setelah itu sampai bunyi ponsel Steven terdengar. Steven mengambil ponselnya dan langsung menjawab panggilan dari Ryan.

"Iya, Dude."

"Kau darimana saja? Apa yang terjadi? Kenapa kau dan Zamora meninggalkan acara pernikahnnya. Kau tahu, pernikahan Kinta dan Ellard dibatalkan."

"Apa?!"

"Kau terkejut, aku juga sama. Ibumu yang membatalkannya. Ada apa sebenarnya? Aku tidak mengerti dengan keluargamu."

"Terima kasih sudah memberitahu aku."

Steven mengakhiri panggilan itu secara sepihak dan menonaktifkan ponsel miliknya. Ia tidak ingin terganggu dengan panggilan telepon lagi. Pria itu kemudian menatap Zamora lekat. "Pernikahan Kinta dan Ellard dibatalkan."

"Iya, terus?" tanya Zamora santai. "Itu sama sekali bukan urusan kita."

"Kau benar, fakta yang aku ketahui hari ini sudah sangat menggangu pikiranku. Aku tidak ingin memikirkan hal lain lagi."

Zamora mengecup punggung tangan Steven. "Aku ada di sini bersamamu, kau tidak sendiri," ucap Zamora tulus. Ia tahu Steven belum memaafkannya, tetapi wanita itu tetap merasa bersyukur, setidaknya Steven tidak sedingin sebelumnya.

"Terima kasih," balas Steven sembari tersenyum tipis.

"Sekarang tidurlah," pinta Zamora.

Steven memejamkan matanya, ia tidak yakin apakah ia bisa tidur sekarang.

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang