33

1.7K 71 3
                                    

Zamora menatap kendaraan yang berlalu- lalang di depannya. Tokonya sedang sepi dan ia tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara.

Ponsel Zamora bergetar dan itu pesan masuk dari Steven.

Memikirkanku, honey?

Hm, dan aku akan mencium mu jika kau ada dihadapanku sekarang.

Steven yang sudah sedari tadi memperhatikan Zamora dari kejauhan tersenyum membaca balasan dari gadis itu. Ia kembali mengetikkan pesan.

Aku harap kau tidak berbohong.

Baru saja Zamora akan membalas pesan Steven, mobil kekasihnya itu sudah berada di depan toko bunganya. Steven keluar dari mobil. "Aku ada dihadapanmu sekarang, jadi cium aku."

Zamora melingkarkan kedua tangannya pada leher Steven. "Such a liar. Kau bilang sedang latihan balapan dan tidak bisa kesini."

Steven mencubit hidung Zamora. "Aku tidak bohong, aku tadi memang sedang latihan balapan. Tapi aku langsung menuju kemari dan memperhatikan wajah cantikmu darisana."

"Seperti penguntit?"

Steven membelai rambut Zamora. "Iya, menguntit pacarku."

"Mau berkencan?" tanya Zamora.

"Kau tidak sibuk?"

"Sibuk, aku harus mengantar pesanan bunga. Tapi kita masih bisa berkencan jika kau menemaniku."

"Tentu saja aku mau," jawab Steven tanpa keraguan.

"Okay, kalau begitu aku akan mengeluarkan sepeda milik Zaco."

Steven mengerutkan dahinya, untuk apa Zamora mengeluarkan sepeda milik Zaco. Ia membuka mulutnya saat mengerti maksud gadis itu. "Are you kidding me?

"No, i'm serious. Kau akan menemani aku mengantar pesanan bunga menggunakan sepeda Zaco."

"Zamora," panggil Steven lirih.

"Kau tidak mau?" tanya Zamora dengan wajah berpura-pura sedih.

"Aku mau." Steven mungkin akan mencoba kencan versi Zamora.

Zamora mengecup bibir Steven. "Tunggu disini sebentar, aku akan mengecek semua pesanan bunga."

***

Sambil menunggu Zamora, Steven menciumi wangi setiap bunga yang kekasihnya jual. Hanya beberapa bunga yang ia ketahui namanya.

"Kak," panggil Zaco yang datang bersama teman perempuannya. Penampilan pria itu terlihat sangat rapi.

"Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" tanya Steven sambil tersenyum.

"Kabarku baik, kenapa kakak sendiri? Dimana kak Zamora?"

"Kakakmu ada di dalam."

"Tampan sekali," gumam Cassie yang hanya di dengar oleh Zaco. "Boleh minta nomornya nggak kak?" tanyanya polos.

Steven tersenyum canggung, ia tidak tahu harus menjawab apa. Gadis di depannya terlihat masih sangat muda.

"Apa yang kau katakan? Jangan sampai kakakku mengetahuinya," sela Zaco.

"Aku sudah mengetahuinya." Zamora muncul sambil menatap gadis yang tadi meminta nomor Steven. "Kau kemari naik taksi? Ada apa?" tanyanya pada Zaco.

"Aku ingin meminjam mobil."

"Kau bisa memakai mobilku, hari ini aku tidak membutuhkannya." Steven memberikan kunci mobilnya pada Zaco.

"Woah." Cassie masih menunjukkan kekagumannya pada Steven membuat Zaco menginjak kaki gadis itu. Ia menyesal mengajak temannya itu kemari.

"Kenapa kau menginjak kakiku?" protes Cassie.

"Sebaiknya kau segera pergi, sebelum aku membuat wajah temanmu babak belur." Zamora mengusir Zaco. Sementara Cassie menelan ludahnya susah payah.

"Kakakku hanya bercanda, dia sering seperti itu."

Steven yang mendengar ucapan Zaco menahan senyumnya.

"Aku pergi dulu," ucap Zaco lagi. Ia tidak sabar mengendarai mobil mewah Steven.

"Iya, hati-hati," balas Steven.

Setelah kepergian Zaco, Zamora menatap Steven. "Apa itu tadi? Kau tebar pesona pada gadis kuliahan. Kenapa juga wajahmu sangat tampan sehingga membuat wanita tergila-gila," kesal Zamora.

Steven mengecup puncak kepala Zamora. "Kau lucu saat cemburu, menggemaskan."

"Tidak ada yang lucu, aku sedang kesal." Zamora sejujurnya tidak mengerti kenapa ia menjadi pacar yang sangat pencemburu. Mungkin itu karena ia memiliki kekasih setampan Steven.

Steven menempelkan bibinya pada bibir Zamora. Mengecup bibir kekasihnya berkali-kali. "I love you," lirih Steven.

"Huh? Aku tidak dengar."

Steven medekatkan bibirnya pada telinga Zamora lalu berbisik, "I love you."

"Sepertinya ada masalah dengan pendengaranku. Aku tidak bisa mendengarmu."

"I LOVE YOU, HONEY..." Steven mengucapkannya dengan keras. Ia tahu Zamora mengerjainya.

Zamora tertawa puas. "I love you more, Muachh."









STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang