17

1.5K 57 0
                                    

Ellard memfokuskan pandangannya pada Zamora yang sibuk membuka tokonya. Tidak sulit untuknya mencari tahu tentang gadis itu, pria itu turun dari mobil lalu berjalan mendekati Zamora. Gadis cantik itu melihat ke arahnya dan juga sedikit terkejut.

"Aku ingin membeli bunga mawar untuk kekasihku," ucap Ellard tanpa melepaskan pandanganya dari Zamora.

Apa ini? Kenapa dari sekian banyaknya toko bunga. Dia harus membeli bunga di tempatku, batin Zamora.

"Kekasihmu?" tanya Zamora.

"Iya, kekasihku. Kenapa? Kau mengenalnya?"

Zamora merasa aneh dengan tatapan mengintimidasi yang Ellard berikan padanya, bukankah ini pertama kalinya pria itu bertemu dengannya?

"Tidak," balas Zamora singkat.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya, Nona Zamora?" tanya Ellard sambil menaikkan sudut bibirnya ke atas.

Zamora membulatkan matanya, berbagai macam pikiran buruk yang ada di kepalanya ia coba singkirkan jauh-jauh. Tidak mungkin Ellard mengenalnya.

"Sepertinya tidak, ini pertama kalinya aku melihatmu," jawab Zamora setenang mungkin sambil memberikan bunga mawar pada Ellard, namun pria itu tidak langsung menerimanya.

"Kau yakin? Mungkin kau pernah melihatku di suatu tempat?"

Zamora menelan salivanya lalu tersenyum. "Aku yakin tidak pernah melihatmu."

Ellard menganguk pelan. "Kalau begitu, kau mungkin pernah melihatku bersama kekasihku."

Deg

Zamora menggengam erat bunga mawar yang berada di tanganya. Jadi, selama ini ia salah. Ia pikir pria di depannya tidak mungkin mengkhianati adiknya sendiri, tapi ternyata pria itu telah mengkhianati Steven. Mata Zamora berkaca-kaca, ia tidak percaya semua ini terjadi pada pria sebaik Steven. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya pria itu saat mengetahui semua ini.

"Aku sarankan jangan terlalu ikut campur dengan urusanku, Nona Zamora," ucap Ellard tegas lalu memutar tubuhnya dan meninggalkan tempat itu

Zamora menutup mulutnya, ia menangis.

"Hiks..hiks."

Minzi yang baru saja datang menghampiri Zamora, ia ingin memamerkan tas baru yang ia beli. Namun saat melihat Zamora menangis, ia sangat terkejut.

"Zamora, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Minzi khawatir.

Zamora memeluk sahabatnya itu, ia tidak tahu kenapa merasa sesedih ini. Minzi menghapus air matanya. "Tenanglah, katakan ada apa?"

Zamora menarik napasnya dalam. Mencoba menenangkan dirinya lalu berkata, "Ellard datang kemari, dia mengatakan agar aku tidak ikut campur dengan urusannya."

"Jadi maksudmu, dia,-"

Zamora menganguk pelan, membenarkan apa yang akan dikatakan sahabatnya itu.

"Bajingan." itu yang langsung keluar dari mulut Minzi.

"Apa dia manusia? Bagaimana mungkin seorang kakak melakukan ini pada adiknya sendiri?"

Zamora hanya terdiam, ia bahkan tidak punya kata-kata untuk memaki.

"Kau harus memberitahu, Steven!" ucap Minzi yang membuat Zamora menatapnya. "Kau pasti bisa, kita tidak bisa membiarkan Steven terus dibodohi seperti ini."

"Bagaimana aku akan memberitahunya? Aku bahkan menangis saat mengetahui semua ini.  Bagaimana dengannya?" ucap Zamora kembali meneteskan air matanya.

***

Setelah selesai melakukan pemanasan, Steven langsung menceburkan tubuhnya ke dalam kolam renang. Ia menggerakan otot-ototnya begitu lincah, berenang adalah kegiatan yang ia sukai setelah balapan.

Seorang Wanita menghampirinya dengan membawa sesuatu di tangannya. Kinta berjongkok di pinggir kolam sambil tersenyum saat Steven mendekati dirinya.

"Ada apa?" tanya Steven langsung menanyakan maksud kedatangannya.

"Aku kemari untuk minta maaf, kau masih marah padaku?" balas Kinta terdengar merajuk.

Ini sudah beberapa hari setelah kejadian itu, tapi kenapa baru sekarang kekasihnya itu meminta maaf. Sejujurnya itu membuat Steven merasa sedikit kesal, ia tidak suka dengan sikap seenaknya Kinta padanya.

"Apa yang kau bawa?" tanyanya masih dengan wajah datar.

"Cake coklat kesukaanmu, aku membuatnya sendiri," ujar Kinta.

"Benarkah?"

Kinta menganguk sambil tersenyum. Steven langsung beranjak dari kolam lalu mengambil handuknya. "Tunggulah disana, aku akan mandi dulu," ucap Steven. Saat ia akan pergi Kinta mencekal tanganya. Pria itu menoleh pada Kinta dan ternyata wanita itu mengecup bibirnya.

"Mandilah dengan cepat."

"Iya," balas Steven. Ia langsung berjalan ke arah kamar mandi. Pria itu mengguyur tubuhnya di bawah shower sambil memejamkan matanya. Sementara itu, Kinta sedang memotong cake yang dibawanya dan ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang.

"Kau sudah selesai mandi?"

"Aku Ellard, baby."

Kinta langsung melepaskan pelukan Ellard dan menoleh ke belakang. "Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana jika ada yang melihat?"

Ellard kembali memeluk Kinta dengan erat. "Tenang saja, dirumah hanya ada Steven," bisiknya lalu mengecup pipi Kinta.

Kinta mendorong dada Ellard, bagaimana bisa pria itu memintanya untuk tenang. "Dia bisa curiga jika melihatmu disini!" geram Kinta.

"Kakak." panggil Steven.






STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang