27

1.6K 60 4
                                    

Pagi ini Ryan terbangun di apartemen Steven. Pria itu mengedarkan pandangannya dan menemukan Steven sedang berolahraga.

"Morning, Dude."

"Morning," balas Steven sambil melanjutkan gerakan push up-nya.

Ryan mengecek ponselnya yang bergetar lalu berkata, "Peter mengajak kita berkemah."

"Berkemah? Yang benar saja, apa kita anak pramuka." Steven menyudahi kegiatannya lalu berjalan menjauhi Ryan.

"Tapi menurutku berkemah tidak buruk. Kita bisa menikmati keindahan alam," ucap Ryan sambil memperhatikan Steven yang meneguk air mineralnya.

"Aku tidak ikut."

"Kenapa? Kita sudah melakukan acara seperti ini setiap tahun dan kau selalu ikut."

"Kau pasti tahu, setiap tahun mereka selalu membawa pasangan. Tapi sekarang aku tidak punya pasangan, aku tidak ingin terlihat menyedihkan saat kita berkumpul." Steven menjelaskan sambil mengelap keringat di wajahnya.

"Apa kau lupa, aku juga tidak punya pasangan. Tapi aku sudah mengajak Minzi dan dia setuju." Ryan menunjukkan layar ponselnya. Ia baru saja mengirimi Minzi pesan dan wanita itu langsung membalasnya. "Jika aku bisa mengajak Minzi lalu kenapa kau tidak mengajak Zamora."

Steven terdiam, entah kenapa ia tidak memikirkan hal itu. "Akan aku coba."

***

Setelah pembicaraanya dengan Ryan. Steven langsung menemui Zamora, namun gadis itu masih sibuk melayani pembeli. Ia bersandar di mobil miliknya, menunggu semua pembeli pergi. Sementara Zamora yang sudah mengetahui kedatangan Steven berpura-pura tidak melihat pria itu.

"Apa dia tidak melihatku? Aku seperti diabaikan." Steven berbicara pada dirinya sendiri.

Zamora akhirnya menatap Steven setelah semua pembeli sudah pergi. Steven tersenyum lalu mendekatinya. "Aku ingin mengajakmu berkemah bersama teman-temanku. Minzi juga ikut."

"Aku tidak tertarik."

Steven terlihat kecewa, Zamora masih berbicara ketus padanya.

"Aku benar-benar tidak mengerti sebenarnya kau kenapa? Apa ini karena ciuman kita, tapi kau sudah berbicara ketus bahkan sebelum itu," geram Steven.

"Aku tidak apa-apa, aku memang selalu berbicara seperti ini."

Steven menjentikan jarinya. "Ah aku ingat sekarang. Jadi kau seperti ini karena itu. Maafkan aku karena baru mengingatnya."

Zamora mengerutkan dahinya. "Apa maksudmu? Bicara yang jelas."

"Aku sudah ingat apa yang membuatmu kesal seperti ini padaku. Aku benar-benar tidak bermaksud seperti itu."

"Apa itu? Katakan padaku? Dasar pembohong," ujar Zamora yang masih tidak percaya.

"Aku tahu kau masih marah padaku, aku sungguh minta maaf. Aku tidak akan melakukan kesalahan itu lagi, aku memang bodoh."

"Apa kau sungguh mengingat ucapanmu saat itu?"

Ini yang Steven tunggu, Zamora terpancing dan memberitahu apa kesalahannya. Ia terpaksa berbohong karena sepertinya Zamora tidak akan memberitahu jika ia tidak berbohong seperti sekarang. "Iya ucapanku saat itu."

"Bagus jika kau mengingatnya, aku memang kesal karena itu. Bisa-bisanya kau mengatakan akan menghubungi teman wanita mu sedangkan aku ada dihadapan mu," cerca Zamora.

Steven tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Jadi kau cemburu Zamora?"

"Aku tidak cemburu, aku hanya merasa kau tidak mengangap aku sebagai teman wanita mu."

"Kau cemburu."

"AKU TIDAK CEMBURU," ucap Zamora penuh penekanan pada setiap katanya.

"Aku akan percaya hanya jika kau ikut bersamaku berkemah."

Zamora berdecih. "Aku tidak peduli kau percaya atau tidak."

"Okay, berarti aku akan menganggap kau cemburu." Steven memasuki mobilnya.

Zamora memejamkan matanya, berusaha menahan amarah. Ia yakin Steven mengerjainya. Gadis itu akhirnya menuju mobil Steven lalu membuka pintu mobil pria itu. "Aku ikut dan itu artinya aku tidak cemburu."

Steven berusaha menahan tawanya, Zamora terkadang sangat menggemaskan.

***

"Tempat ini sangat indah, terima kasih sudah mengajak aku kemari" Minzi terus memotret pemandangan disana terutama pada danau yang berada dihadapannya. Mereka berkemah di dekat danau.

"Sepertinya kau sangat menyukai tempat ini sampai lupa membantuku membangun tenda." sindir Ryan lalu menghampiri Minzi.

Minzi menunjukkan wajah bersalah. "Ngomong-ngomong mereka semua temanmu?" tanyanya sambil melihat ke arah pria-pria tampan yang sibuk membangun tenda bersama kekasih mereka.

"Iya, lebih tepatnya kita adalah tim balap."

"Apa semua pembalap setampan mereka, sayang sekali mereka sudah mempunyai pacar."

"Jadi kau lebih suka mereka daripada aku?"

Minzi terlihat terkejut dengan ucapan Ryan. "Tentu saja tidak, aku lebih menyukaimu. Kau adalah tipe ku." setelah mengatakan itu Minzi meninggalkan Ryan sendiri.

"Apa itu bisa disebut sebagai pernyataan cinta? Lirih pria itu lalu menyusul Minzi.






STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang