29

1.5K 66 0
                                    

Minzi menatap lekat wajah Zamora yang masih terlelap, ia mengguncang tubuh Zamora agar gadis itu terbangun. "Zamora, bangun."

Zamora membuka matanya dan merasakan kepalanya begitu pening. "Kenapa kepalaku pusing?

"Kemarin kau mabuk, kau tidak ingat?"

"Iya, aku ingat."

"Semua ini gara-gara wanita sialan itu, untuk apa kau mendengarkan ocehannya. Tapi apa kau ingat, Steven yang menemani mu di tenda kemarin. Dia terlihat khawatir padahal kau hanya mabuk."

Zamora langsung terbangun dengan wajah panik. "Dimana Steven?"

"Di luar, sebentar lagi kita akan pulang jadi lebih baik kau siap-siap sekarang."

Gadis cantik itu keluar tenda lalu mengedarkan pandangannya mencari Steven. "Apa kau melihat Steven?" tanyanya pada Jack.

"Itu Steven di belakangmu."

"Ada apa Zamora?" Steven mendekati Zamora lalu kembali bertanya. "Apa kepalamu masih pusing?"

"Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh saat mabuk?"

Steven menganguk pelan.

"Apa yang aku katakan?"

"Kau tidak ingin menjadi temanku lagi."

Zamora ingin sekali memukul kepalanya saat ini. Ternyata semua itu bukan mimpi. Tapi ia juga merasa sedikit lega karena tidak sampai mengatakan perasaanya pada Steven. "Aku tidak bermaksud seperti itu. Kau tahu saat mengatakan itu aku mabuk."

Steven terkekeh. "Kau tidak perlu memikirkan itu, aku juga tidak menganggap ucapanmu serius. Lebih baik sekarang kau siap-siap."

***

Zamora sesekali melirik Steven yang sedang fokus menyetir. Entah kenapa ia merasa sangat canggung seperti sekarang.

"Kenapa hari ini kau menjadi pendiam? Kepalamu Masih pusing?" tanya Steven tiba-tiba.

"Masih, tapi tidak separah sebelumnya."

Tidak lama setelah Zamora mengatakan itu, mobil Steven berhenti di dekat supermaket.

"Tunggu sebentar," ucapnya lalu turun dari mobil.

"Dia sangat perhatian. Aku bisa gila jika seperti ini."

Zamora tersenyum sambil memperhatikan Steven yang berjalan memasuki supermaket. Namun ia tiba-tiba merasa terganggu saat mendengar suara ponsel milik pria itu. Ia tahu bahwa ini lancang, tapi Zamora tetap memeriksa panggilan itu dan seketika senyum dibibirnya menghilang saat melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.

Tidak hanya itu, Zamora juga membaca pesan masuk yang dikirim oleh Kinta.
Wanita itu meminta Steven untuk menemuinya di tempat biasa.

"Minumlah! Ini akan membuat pusingmu hilang." Steven yang sudah kembali mengenyitkan dahinya saat Zamora menatapnya dengan ekspresinya yang tidak dapat ia mengerti. "Ada apa?" tanyanya bingung.

"Kau masih berhubungan dengan Kinta?"  Zamora memberikan ponsel Steven.

Steven menatap layar ponselnya dan ia pun tidak mengerti kenapa Kinta menghubunginya. "Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

Mata Zamora berkaca-kaca, ia tahu merasa cemburu tidaklah pantas karena hubungan mereka hanya sebatas teman. Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya. "Lalu kenapa dia menghubungimu lagi?! Kau bahkan tidak menghapus atau memblokir nomornya. Kau masih berharap untuk kembali padanya, Steven?"

Steven memegang kedua tangan Zamora dan meminta gadis itu untuk menatapnya. "Aku tidak tahu kenapa dia menghubungi aku lagi dan aku tidak pernah sekalipun berharap untuk kembali padanya. Kau harus percaya padaku, Zamora."

Air mata Zamora menetes mengenai pipinya lalu ia segera menghapusnya. "Kenapa aku harus percaya?"

Steven membelai pipi Zamora dan menatap mata gadis itu lekat. "Because i love you."

DEG

Zamora terdiam begitu lama, kalimat yang keluar dari mulut Steven sungguh berputar di kepalanya. Apa ini mimpi?

Steven tersenyum tipis melihat wajah terkejut Zamora. "I love you, Zamora. Trust me."

"Sejak kapan kau,." Sebelum Zamora menyelesaikan ucapannya, Steven langsung mengecup bibirnya.

"Aku tahu ini sangat tiba-tiba. Aku memang berencana mengatakan perasaanku padamu, tapi ini di luar dari rencanaku. Ini sangat tidak romantis." Steven membawa Zamora kepelukannya. Zamora rasanya ingin berteriak sangat kencang. Ia sangat senang karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Steven.

"Memangnya aku harus mengatakan apa?"

"Katakan kalau kau juga mencintaiku."

"Tidak semudah itu, kau sudah membuat aku menangis." Jawaban yang diberikan Zamora berbanding terbalik dengan pelukan eratnya pada Steven.

"Kalau begitu jangan katakan, cukup peluk dan cium aku," sahut Steven lalu mencium pundak Zamora.

♡♡♡

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang