18

1.5K 55 0
                                    

Kinta mendorong dada Ellard, bagaimana bisa pria itu memintanya untuk tenang. "Dia bisa curiga jika melihatmu disini!" geram Kinta.

"Kakak." panggil Steven.

***

Steven menatap dua orang di depannya saling bergantian. "Kau sudah pulang? Kenapa kau ada disini?" tanya Steven.

"Aku sudah memotong cakenya, cobalah," ujar Kinta mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Aku sedang berbicara dengan kakakku," balas Steven. Kinta langsung terdiam, menatap Ellard yang tak kunjung berbicara.

Ellard tersenyum tenang. "Aku pulang untuk mengambil berkas ku yang tertinggal dan aku melihat wanita cantik disini. Aku menyapanya, dia kekasihmu?"

"Iya," sahut Steven lalu membalikkan tubuhnya berjalan ke arah ruang tamu.

Kinta akhirnya menghela napas lega, ia tersenyum penuh arti pada Ellard lalu menghampiri Steven.

Kinta duduk di sebelah Steven, memperhatikan pria itu yang sedang menonton televisi. "Kau tidak ingin mencobanya?" tanya Kinta.

Steven mengambil cake coklatnya dan langsung memakannya. "Enak." hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"Itu saja? Kau sangat dingin hari ini. Kau masih marah padaku?"

"Lalu kau ingin aku seperti apa?" tanya Steven tanpa menoleh pada Kinta.

Kinta berdiri, namun Steven masih tidak mengacuhkannya. Pandangan wanita itu turun pada piring yang berada di tangannya lalu melemparnya hingga kepingannya menyebar ke segala arah.

Steven memandang Kinta lalu bersiap beranjak dari sana, namun Kinta segera mengahalanginya. "Kau mengabaikan aku?" tanyanya.

"Kau tidak suka diabaikan?" tanya Steven balik.

"Menurutmu siapa yang suka diabaikan?" balas Kinta penuh emosi.

Steven menyugar rambutnya dan melihat Ellard menghampiri mereka karena mendengar keributan. Pria itu menarik tangan Kinta, membawa wanita itu keluar bersamanya.

"Lepas!" Kinta berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Steven.

Steven melepaskan tangan Kinta lalu mendekatkan tubuhnya hingga Kinta merasa terpojok. "Aku sangat mencintaimu, kau tahu itu kan? Aku menunggu telepon dan pesan darimu, tapi kau tidak pernah mengabari aku lebih dulu. Hari ini kau tiba- tiba datang dan minta maaf setelah mengabaikan aku selama beberapa hari. Kau selalu berbuat sesuka hatimu. Jika aku yang seperti itu, apa kau akan memaafkan aku?"

Kinta tidak mengucapkan apapun dan ia menundukkan kepalanya, Steven yang tidak bisa melihat kekasihnya seperti itu membawa Kinta ke dalam pelukannya. Sedangkan Ellard yang melihat itu mengepalkan tangannya, tentu saja ia merasa cemburu.

***

Waktu berlalu dengan cepat dan malam pun tiba. Minzi mendorong trolley ke arah kasir setelah ia selesai memilih belanjaanya. Saat ia akan membayar belanjaanya. Wanita itu tidak menemukan dompetnya di dalam tas. Dompetnya pasti ketinggagalan. Ia terlihat bingung.

"Maaf, dompetku ketinggalan. Aku akan mengambilnya dan kembali lagi kesini," ucap Minzi. Perempuan yang berada di tempat kasir pun hanya mengangguk.

"Terima kasih," balasnya.

Minzi keluar dari supermaket. Ia baru ingat jika ia tidak membawa mobil karena Zamora yang mengantarnya ke supermaket.

"Kau bodoh, Minzi," ucapnya ada diri sendiri.

Seseorang menepuk bahunya, Minzi menoleh dan Ia mengerutkan dahinya.

"Ini belanjaanmu," ucap pria itu sambil tersenyum.

"Terima kasih, tapi kau siapa?"

"Kau tidak mengingat aku."

"Tunggu, tunggu. Aku akan mencoba mengingat," ujar Minzi sambil menutup matanya.

"Ah, iya. Iya aku mengingatnya. Kau Ryan, kan. Bagaimana mungkin aku bisa lupa," ucap Minzi dengan senang setelah berhasil mengingat.

Ryan terkekeh pelan. "Kau menunggu seseorang?"

"Tidak, tapi aku butuh tumpangan. Kau bisa mengantarku?"

"Tentu saja," sahut Ryan.

***

Selama di perjalanan Minzi menatap Ryan yang fokus menyetir, sesekali pria itu akan menoleh ke arahnya dan tersenyum.

Apakah aku harus memberitahunya? Tidak! Sebaiknya aku tidak memberitahunya.

"Ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Ryan.

"Tidak, tidak ada," balas Minzi cepat.

"Benarkah?

Minzi menganguk. "Iya, tidak ada. Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Sejak tadi kau terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu."

Woah, ternyata dia sangat peka. Minzi membatin.

Tak terasa mereka sudah sampai, Minzi turun dari mobil lalu berkata, "Terima kasih banyak, aku akan membalas kebaikanmu."

Ryan hanya membalasnya dengan senyuman dan berlalu dari sana.


STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang