20

1.7K 57 3
                                    

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, dia pingsan karena suhu tubuhnya yang tinggi. Dia akan sadar setelah demamnya mulai turun," jelas dokter pada Steven.

"Syukurlah, terima kasih dok," sahut Steven dan dibalas senyuman oleh dokter tersebut.

Steven mendekati ranjang rumah sakit dimana Zamora sedang terbaring. Ia menatap gadis itu lekat, wajahnya terlihat sangat lugu saat terlelap dan itu membuat Steven ingin menyentuh kulit wajah Zamora, namun rasanya itu terlalu lancang untuknya.

Ponselnya berbunyi, ia segera keluar dari ruangan itu untuk menjawab telepon.

"Honey, datanglah ke apartemen ku. Aku membutuhkan mu," ucap Kinta di seberang sana.

Sambungan terputus saat Steven akan mengatakan sesuatu. Ia mencoba menguhungi Kinta, tapi wanita itu tidak menjawabnya. Pria itu mengetikkan sesuatu di layar ponselnya untuk Ryan, meminta sahabatnya itu untuk menemani Zamora sampai ia kembali. Dan ia juga tidak lupa menghubungi Zaco agar Ibu Zamora tidak mengakhawatirkan keberadaan putrinya.

***

Kinta berbaring di sofa sambil memijit pelipisnya, ia sangat mabuk. Wanita itu terlalu banyak minum saat berada di pesta pertunangan temannya. Ia berharap agar Ellard cepat datang ke apartemennya karena ia begitu mengingingkan pria itu. Namun tanpa ia sadari, pria yang baru saja ia hubungi bukanlah Ellard melainkan Steven.

"Sepertinya aku sangat mabuk, bahkan kepalaku sampai berputar-putar," ucap Kinta sambil memegang kepalanya.

Wanita itu berjalan sempoyongan menuju pantry. Ia ingin menuangkan air putih ke dalam gelas, namun karena penglihatannya yang memburam Kinta tidak menuangkannya ke dalam gelas dan justru membuat meja pantrynya basah terkena air.

"Shit!" umpatnya.

Bel apartemennya berbunyi, wanita itu tersenyum lalu segera membukakan pintu dan langsung mencium bibir Steven. Melumatnya begitu dalam dan penuh gairah.

Steven mencoba menghentikan kekasihnya, pria itu memegang lengan Kinta lalu mendorongnya pelan agar ciuman mereka terlepas.

"Kau mabuk?"

Kinta memejamkan matanya, menganguk pelan dan setelahnya wanita itu kembali mencium bibir Steven, kali ini Steven membalas ciuman Kinta, pria itu menekan tengkuk Kinta untuk memperdalam ciumannya. Lidah mereka saling membelit dan menikmati satu sama lain, sedangkan jari- jari Kinta meremas rambut pria itu. Steven menurunkan ciumannya pada leher Kinta, mengecup dan menghisapnya.

"Eughh.." lenguhan keluar dari mulut Kinta. Steven yang sudah dikuasai gairah menuntun tubuh kekasihnya menuju kamar tanpa melepaskan ciuman mereka.

"I want you," bisik Steven. Kinta yang mendengar itu segera melepaskan kaos yang dipakai Steven melewati kepalanya. Ia juga begitu menginginkan pria itu.

Kinta membalikkan tubuhnya, meminta bantuan Steven untuk membuka resleting gaun yang dikenakanya. Tidak membutuhkan waktu lama gaun itu sudah terlepas, menyisakan bra berwarna merah yang di pakai Kinta. Steven mendorong tubuh Kinta agar berbaring di ranjang, ia menindih tubuh wanita itu, lalu pria tersebut melepaskan semua yang dipakainya hingga ia benar-benar naked.

Kinta melepaskan underware-nya, ia sudah tidak sabar merasakan pria itu di dalamnya. Steven yang melihat itu semakin bergairah, ia meremas payudara wanita itu dan menjilati perutnya.

"Ahh.. Aku sudah tidak tahan," ucap Kinta di sela-sela desahannya. Steven merobek bungkus pengamannya, bagaimana pun ia harus mengontrol dirinya.

"Aahhh.." desahan keduanya saling bersahutan. Steven membenamkan dirinya jauh ke dalam tubuh Kinta. Wanita itu mencengkram punggung Steven sangat kuat saat ia mencapai pelepasannya.

"Aku mencintaimu." Kinta menjeda ucapannya, ia menangkup pipi Steven menggunakan satu tangan. "Ellard," lirihnya lalu terlelap.

Saat itu juga jantung Steven seperti berhenti berdetak, apa ia salah dengar? Tapi ia jelas mendengar bahwa kekasihnya menyebut nama Ellard dan bukan dirinya.

"Apa maksud semua ini? Kau mencintai kakak ku?" Pria itu mengepalkan tangannya begitu kuat.




STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang