21

1.7K 65 2
                                    

Ellard memasuki ruangannya setelah rapat selesai. Ia menyusun dengan rapi berkas-berkas yang sudah ia tanda tangani, lalu mengambil ponselnya. Ia harus minta maaf  karena tidak bisa menemani Kinta menghadari pesta pertunangan temannya.

Panggilan terhubung, namun tidak ada jawaban. "Apa dia marah?" ucapnya lalu melihat layar ponselnya.

Ellard menghela napas, sepertinya ia harus menemui Kinta. Jika sudah marah Kinta tidak akan menjawab teleponnya. Pria itu keluar dari ruangan, karyawan menyapanya dengan sopan dan ia membalas dengan senyuman.

Saat sudah berada di dalam mobil ia masih berusaha menghubungi Kinta. Namun nihil, tidak ada jawaban.

"Tidak bisakah dia menjawab telepon dariku sebentar. Wanita itu membuat ku gila," kata Ellard. Ia memukul stir kemudinya, lalu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***

Ellard turun dari mobil lalu berlari kecil menuju lift. Ia menekan angka 13 dan berdiri dengan gelisah di dalam lift.

Ting

Pria itu kembali berlari kecil, lantas menatap pintu apartemen Kinta. Menekan beberapa digit angka dan akhirnya pintu itu pun terbuka.

Ellard mengedarkan pandangannya mencari Kinta, ia berjalan ke arah kamar wanita itu. Namun langkahnya berhenti saat melihat Steven berdiri di ambang pintu.

Steven melangkah mendekati Ellard sambil menggenggam erat parfum yang berada di tangannya. Jarak mereka sangat dekat, Ellard menatap mata Steven yang seperti ingin membunuhnya.

"Surprised," ujar Steven datar.

Steven tersenyum pahit lalu menunjukkan parfum yang di genggamnya pada Ellard. "Kau ingat saat aku mengatakan aku mengenali wangi yang tercium dari kemeja mu, jadi wangi itu berasal dari sini." Steven melempar parfum itu dengan penuh emosi hingga suara pecahan parfum itu berhasil membangunkan Kinta yang tadinya terlelap.

Kinta membelakkan mata saat melihat kedua pria yang berada di apartemennya. Ia memakai pakaian seadanya.

"Steven," panggil Kinta. Namun Steven tidak mempedulikannya. Pria itu masih menatap Ellard.

"Kau tahu apa yang aku rasakan sekarang, aku merasa dunia ku runtuh. Jika dia berselingkuh dengan orang lain aku tidak akan merasa sesakit ini. Tapi nyatanya dia berselingkuh denganmu."

Pria itu menarik napasnya dalam- dalam, sungguh ia merasa begitu sesak. "Aku sangat menghormatimu, aku tidak pernah menganggap kau sainganku walaupun Daddy selalu memperlakukan kita sangat berbeda. Karena kau adalah kakakku."

Steven berusaha menahan air matanya, akan tetapi ia dapat merasakan air mata perlahan jatuh mengenai pipinya. Siapa yang mengira bahwa kakak yang sangat ia sayangi dan percayai telah mengkhinatinya. Pria itu segera menghapus air matanya, lalu terkekeh.

"Aku yang bodoh atau kalian yang terlalu pintar menyembuyikan ini dariku. Aku tidak menemukan bukti apapun di sini, kecuali parfum sialan itu."

"Steven."

BUGH

Steven melayangkan pukulannya dengan keras dan membuat Ellard tersungkur ke lantai.

"Jangan memanggil namaku dengan mulut menjijikan mu itu!" ucap Steven. Ia menarik kerah kemeja Ellard dan kembali memukulnya.

"Steven, hentikan." ucap Kinta merasa ketakutan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pukul aku. Pukul aku terus. Aku tidak akan meminta maaf, aku mencintainya." Ellard mencoba berdiri lalu mendekati Steven.

Steven memukul Ellard lagi, namun Ellard justru tertawa. Ia tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. "Kau seharusnya bertanya pada dirimu sendiri, kenapa dia berselingkuh denganku. Itu karena kau membosankan untuknya. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa kali aku sudah bercinta dengannya."

"Bajingan, gila!" Steven terus memukul Ellard hingga wajah pria itu babak belur.

Kinta mencoba menyentuh bahu Steven dengan tubuh gemetar, ia tidak pernah melihat pria itu semarah ini.

"Don't touch me, bitch!" bentak Steven.

"Aku yang salah. Berhenti memukulnya, kau bisa membunuhnya," balas Kinta sambil menangis.

Steven memandangi Ellard yang sudah tidak berdaya, lalu beralih pada Kinta.

"Kau takut aku membunuhnya karena kau mencintainya."

Kinta menggelengkan kepalanya tanpa berkata apapun.

"Berhenti menangis dan jawab aku, sialan!" bentak pria itu.

"Maafkan aku, maaf," ucap Kinta meluruhkan tubuhnya di lantai.

"Jika yang kau lakukan hanya pengkhinatan, mungkin aku masih bisa memaafkanmu. Tapi kau sudah menghancurkan hubungan antara aku dan kakakku. Aku tidak akan melupakan itu." Tepat setelah mengatakan itu Steven memutar tubuhnya meninggalkan tempat itu dengan begitu banyak luka di hatinya. Ia sangat berharap bahwa semua ini hanya mimpi buruk.

♡♡♡♡



STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang