15

1.8K 63 3
                                    

Ellard menuangkan wine ke dalam gelasnya, pria itu mengirup aroma winenya terlebih dahulu sebelum meminumnya. Menunjukkan betapa besar kecintaanya terhadap wine. Ia juga menuangkan untuk Kinta yang sedang menatapnya lekat.

"Ellard aku serius, gadis itu mengetahui tentang hubungan kita. Bagaimana bisa kau sesantai ini?"

"Tapi sampai sekarang tidak ada yang terjadi berarti dia hanya menggertakmu."

Kinta mengambil botol wine dan langsung meminum dari botolnya. Ia terlihat frustasi dan itu membuat Ellard terkekeh.

"Calm down, baby." Ellard membersihkan sisa wine di sekitar bibir Kinta.

"Aku tidak bisa," Kinta menatap Ellard serius.

"Bukankah sudah ku katakan untuk mengakhiri hubunganmu dengan Steven. Lihat sekarang, kau menjadi gelisah seperti ini." Ellard bangkit dari duduknya lalu melepaskan dua kancing kemeja putihnya.

"Kau tidak masalah jika Steven mengetahui hubungan kita?"

Ellard menoleh pada Kinta lalu tersenyum tipis. "Apa menurutmu aku berani jatuh cinta pada kekasih adikku sendiri tapi tidak berani menerima konsekuensinya?"

Kinta mendekati Ellard lalu memeluknya erat. Ellard membalas pelukan itu lalu mencium ceruk leher Kinta. "Aku tahu kau belum siap jika Steven mengetahui hubungan kita. Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Gadis itu mempunyai bukti, menurutmu bukti apa yang dia punya?"

"Dia pasti melihat kita di suatu tempat lalu mengabadikan momen itu," jawab Ellard sambil memainkan rambut Kinta.

"Kalau begitu hancurkan bukti itu."

"Sepertinya itu tidak akan mudah. Siapa nama gadis itu?"

"Zamora."

"Aku akan melakukan yang aku bisa," ucapnya lalu membelai rambut Kinta. Kinta mengecup bibir Ellard lalu kembali memeluknya. Ini yang ia suka dari Ellard, pria itu selalu mengerti dirinya dan mengetahui apa keinginanya dengan baik.

***

"Aku tidak ingin mencampuri urusanmu karena aku tidak tahu apa permasalahannya, tapi setidaknya pulanglah untuk menemui ibumu. Dia terlihat khawatir dan juga merindukanmu."

Steven kembali mengingat ucapan Zamora dan apa yang dikatakan gadis itu berhasil mempengaruhinya. Ia tidak seharusnya seperti ini dan membuat ibunya khawatir.

Pria itu melangkah memasuki rumah sambil membawa bunga pemberian ibunya di tangannya. Langkah kakinya terhenti saat berpapasan dengan ayahnya. Albert menatapnya lama dan begitu tajam.

"Dad," panggil Steven. Namun Albert tidak menanggapinya.

Steven tersenyum masam. "Tidak apa-apa, Steven. Kau baik-baik saja," ucapnya menguatkan diri sendiri.

Millen yang baru keluar dari kamarnya segera menuruni tangga saat melihat putranya.

"Hati-hati, Mom. Kau bisa terjatuh," ujar Steven. Ia langsung mendapatkan pelukan dari Millen.

"Mommy merindukanmu, nak." Millen melepas pelukannya lalu mengecup kening Steven.

"Maafkan aku, Mom."

Millen menangkup wajah Steven lalu berkata, "Jangan meminta maaf, kau tidak salah apapun."

"Tapi aku sudah membuatmu khawatir."

"Tapi sekarang kau sudah di rumah," balas Millen sambil menepuk pelan pipi Steven.

"Oh, iya. Terima kasih untuk bunganya, Mom. Kau membuatku malu, seharusnya aku yang memberikan bunga untukmu."

Millen terkekeh pelan. "Tentu saja, lain kali harus kau yang memberikan Mommy bunga."

***

Steven mendudukan dirinya di sofa sambil mengelus kucing yang juga ikut berbaring bersamanya. Ika menitipkan kucing miliknya dan Steven tidak keberatan dengan itu.

Ellard yang baru saja pulang menghampiri Steven dan duduk di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ellard yang baru saja pulang menghampiri Steven dan duduk di sebelahnya. "Kucing siapa itu?"

"Kucing milik Ika. Kau pulang larut sekali?" tanya Steven sambil memperhatikan penampilan kakaknya yang jauh dari kata rapi. Dasi yang sudah di lepas dan kemeja yang tampak kusut.

"Pekerjaanku banyak, kau kenapa baru pulang sekarang?" balas Ellard lalu melepaskan jas yang dipakainya.

"Aku hanya ingin," jawab Steven tanpa menatap kakaknya itu.

Ellard menepuk bahu adiknya lalu ikut mengelus kucing yang terlihat sangat nyaman berada di dekat Steven. Steven tiba-tiba mendekatkan dirinya pada Ellard sambil mengendus.

"Ada apa? Apa aku bau?" tanya Ellard lalu menciumi aroma tubuhnya sendiri.

"Aku Sepertinya mengenali wangi ini," sahut Steven sambil mengingat-ingat.

"Tentu saja kau mengenalnya, aku sering memakai parfum ini." Ellard terkekeh lalu berlalu dari sana sebelum Steven mulai mengetahui sesuatu.


STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang