36

1.4K 60 5
                                    

"Minumlah sedikit Zamora." Minzi memberikan segelas wine kepada Zamora. Ia dan Ryan sedang berada di apartemen Steven untuk merayakan hari jadi mereka.

"Bagaimana jika aku mabuk?"

"Ini apartemen Steven, dia yang akan mengurusmu jika kau mabuk."

Zamora menoleh ke arah Steven yang masih asik bermain playstation bersama Ryan. "Baiklah," ujarnya lantas meneguk wine tersebut.

"Bagaimana?"

"Rasanya tidak enak."

"Apanya yang tidak enak, Honey?" Steven merangkul pundak Zamora.

"Dia baru saja minum wine," celetuk Minzi.

"Oh, ya." Steven tersenyum.

"Kau tidak marah?" Zamora bertanya pelan.

"Untuk apa marah? Jika kau mabuk, ada aku di sini."

Mendengar ucapan Steven membuat Zamora menuangkan wine dan meminumnya lagi. "Aku akan minum untukmu dan Ryan."

Steven mengira Zamora hanya akan minum beberapa tegukan, namun gadis itu justru meminum berkali-kali hingga wajahnya memerah.

"Aku rasa sudah cukup." Minzi menjauhkan botol-botol wine dari Zamora.

Steven menangkup wajah Zamora, kemudian tersenyum manis. "Kau menggemaskan jika sedang mabuk seperti ini."

"Benarkah? Kalau begitu cium aku." Zamora mendekatkan bibirnya pada bibir Steven. Wajahnya mendadak cemberut ketika Steven menghidar.

"Ada Minzi dan Ryan di sini."

"Tidak masalah, ini apartemenmu 'kan." Zamora menangkup kedua pipi Steven, berusaha mendekatkan bibir mereka.

"Benar, jangan pedulikan kita. Lebih baik bawa Zamora ke kamarmu."

"Jadi ini rencanamu?" Steven menatap Minzi lekat.

"Rencana apa? Aku tidak tahu jika Zamora akan seperti saat sedang mabuk." Minzi tidak terima Steven menuduhnya yang tidak-tidak.

"Aku akan kesusahan mengontrol diriku jika dia seperti ini." Steven menggendong tubuh Zamora dan membawanya ke dalam kamar. Setelah itu, ia membaringkan tubuh Zamora di atas ranjang dengan hati-hati.

Ketika Steven ingin beranjak pergi. Zamora menarik tangannya hingga tubuh pria itu menindih Zamora.

"Jangan lakukan ini, Honey."

Zamora tersenyum lantas mencium leher Steven. "Kenapa tidak?"

"Kau mabuk dan setengah sadar saat ini."

"I love you," lirih Zamora.

"I love you too," balas Steven. "Sekarang tidurlah."

Zamora mendorong tubuh Steven. "Aku tidak mau tidur."

"Tidak, kau harus tidur sekarang."

Steven pikir Zamora akan menuruti keinginnanya. Tapi, gadis itu justru melepaskan kaos yang dikenakannya dan membuat kedua mata Steven membulat sempurna.

"Zamora, apa yang kau lakukan? Jangan seperti ini, Honey." Steven mengacak rambutnya, ia merasa sangat frustasi.

"Ada apa? Aku hanya kepanasan."

"Kalau begitu aku akan keluar."

Zamora mengerutkan dahi bingung. "Kenapa begitu? Temani aku, Steven." Zamora menggengam erat tangan Steven dan menunjukkan ekspresi yang begitu menggemaskan.

Dengan sangat terpaksa Steven mengikuti kemauan Zamora, ia duduk di sisi ranjang dan berusaha keras untuk tidak menatap payudara indah kekasihnya itu.

"Steven, buka bajumu."

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang