31

1.6K 65 0
                                    

Selesai membersihkan dirinya, Steven keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Ia mendekati Zamora yang sedang merias wajah. Steven berdiri di belakang Zamora dan meletakkan tangannya di bahu gadis itu "Kau cantik."

Zamora memutar tubuhnya, ia memperhatikan Steven dari atas sampai bawah. "Apa kau tidak bisa memakai pakaianmu terlebih duhulu?"

"Kau ingin aku berpakain disini, dihadapanmu?" goda Steven.

Zamora segera menggelengkan kepalanya. "Kau tahu bukan itu maksudku."

Steven menangkup pipi Zamora lalu mengecup bibirnya. "Aku tidak percaya kalau kita hanya tidur bersama semalam."

"Aku hanya tidak ingin kita terburu-buru."

Steven mengerti maksud Zamora. Gadis itu belum siap untuk melakukan hubungan yang intim dengannya.

"Sebaiknya sekarang kau bersiap-siap, kita akan menemui mantan kekasihmu."

"Jika kau sangat bersemangat lebih baik kau saja yang menemuinya." Steven berjalan menuju sisi ranjang.

"Aku juga tidak ingin, tapi kita harus menemuinya agar dia berhenti mengganggumu, Steven." Zamora menghampiri Steven lalu duduk di samping pria itu.

Steven menatap Zamora dengan ekspresi datar.

"Kau marah?" tanya Zamora sambil menggengam satu tangan Steven.

"Aku tidak akan bisa marah padamu."

"Kenapa?"

"Because i love you." Steven tersenyum sangat manis.

Zamora mencium bibir Steven sebentar lalu menempelkan kening keduanya. "I love you too, honey."

Steven terlihat sangat senang, ia langsung mencium bibir Zamora begitu intens. Keduanya berciuman sangat lama dan sekarang Steven sudah menindih tubuh Zamora. Zamora meremas rambut Steven saat ciuman pria itu turun ke lehernya.

"Kau ingin aku berhenti, honey?" Steven menghentikkan ciumannya di leher Zamora.

Zamora membelai pipi Steven. Sejujurnya ia masih menginginkan sentuhan pria itu. Tapi ia belum siap untuk melakukan hal yang lebih jauh. "Maaf."

"Jangan meminta maaf, aku bisa mengerti." Steven mengecup kening Zamora. Ia bangkit dari tubuh gadis itu.

"Aku akan menunggumu di luar."

"Aku tidak akan lama," sahut Steven.

***

Kinta terus memandangi pintu masuk kafe, ia sudah menunggu Steven sejak tadi. Namun pria itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Wanita itu akhirnya tersenyum saat melihat pria yang ia tunggu memasuki kafe. Steven menggengam erat tangan Zamora dan itu membuat Kinta merasa sedikit kecewa karena Steven datang bersama Zamora.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Steven  berbicara dengan sangat dingin dan sorot matanya begitu tajam.

"Sebelumnya aku ingin,-"

"Jangan berbasa-basi," potong Steven dengan cepat.

Kinta terlihat gugup, ia menarik napasnya lalu menghembuskannya melalui mulut. "Aku hamil."

Zamora begitu terkejut mendengar itu. Ia langsung menoleh ke arah Steven, menunggu jawaban kekasihnya itu.

"Itu bukan anakku," ucap Steven dengan sangat tegas.

"Iya, ini memang bukan anakmu. Ini anak Ellard. Aku tahu ini sama sekali tidak ada hubungannya denganmu. Tapi aku ingin meminta bantuanmu, Steven. Aku tidak bisa menghubungi Ellard, dia sangat sulit untuk ditemui. Ellard belum mengetahui tentang kehamilanku. Terakhir kali kita bertemu dia mengatakan bahwa Mommy mu tidak menyetujui hubunganku dengannya. Tolong bantu aku." Mata Kinta berkaca-kaca, ia sangat berharap Steven mau membantunya.

"Dasar tidak tahu malu. Setelah menghianatinya, kau meminta bantuannya untuk menyatukan cintamu dengan Ellard. Kau benar-benar tidak mempunyai harga diri. Zamora bangkit dari duduknya. "Ayo kita pergi, aku sangat muak melihat wajah sok polosnya."

Kinta tidak memperdulikan perkataan Zamora. Ia terus menatap penuh harap pada Steven. "Aku mohon Steven, aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi. Aku mohon bantu aku." Kinta memegangi perutnya yang belum membesar.

Steven tampak berpikir, ia mendongakan kepalanya untuk melihat wajah Zamora lalu meminta kekasihnya untuk duduk kembali dan Zamora pun menurutinya.

"Aku akan membantumu, sekarang pergilah!"

"Terima kasih banyak, Steven," balas Kinta dengan senang. Ia pun segera pergi darisana.

***

"Kau tidak bertanya alasan kenapa aku membantunya?" tanya Steven sambil membelai rambut Zamora. Gadis itu menekuk wajahnya.

"Tidak." Zamora dengan mudah mengetahui alasan Steven mau membantu Kinta. Janin yang di kandung wanita itulah alasannya.

"Kalau begitu berhenti menekuk wajahmu, wajah cantikmu hilang."

"Aku tidak peduli, aku kesal. Aku ingin sekali memukul wajahnya dengan sangat keras tadi. Dia tidak tahu malu, Steven," geram Zamora.

"Aku sudah bilang kalau kita tidak perlu menemuinya. Sekarang lihat, siapa yang sangat kesal."

"Maaf."

Steven merangkul Zamora. Ia mengecup pipi gadis itu dengan gemas. "Jangan membahasnya lagi."

Zamora mendorong dada Steven. "Jangan menciumku disini. Orang-orang melihat ke arah kita."

"Aku tahu." Steven mengecup hidung Zamora. "Dan aku tidak peduli." ia tersenyum lalu mengecup bibir kekasihnya.

Zamora terkekeh. Ia menepuk pelan pipi Steven. "Kau sangat manis."








STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang