04

2.3K 81 0
                                    

Ryan mengucek matanya berkali-berkali demi memastikan angka yang tercantum di dalam cek yang diberikan Steven padanya.

"Ini 5 miliar?" tanyanya dengan gemetar, seumur hidupnya ia tidak pernah memiliki uang sebanyak itu.

"Iya, semoga uang itu cukup untuk operasi ibumu."

"Ini terlalu banyak. Apa ini tidak berlebihan, dude? Aku merasa tidak layak menerima uang ini."

"Uang ini sangat layak untuk kau terima. Kau sahabatku dan aku senang jika aku bisa membantu mu."

Tanpa Steven duga Ryan memeluknya dengan erat membuatnya sangat terkejut. Aneh sekali rasanya berpelukan seperti ini.

"Apa-apaan kau ini, cepat lepas! Jika Kinta melihat dia akan cemburu."

Ryan melepaskan pelukannya lalu memasang wajah jijik. "Apa kau sangat mencintainya?"

"Of course, she's my girlfriend."

"Sejujurnya aku tidak begitu menyukai pacar judesmu itu, aku lebih menyukai kau bersama gadis manis penjual bunga itu."

"Maksudmu Zamora? Dia memang manis tapi aku lebih menyukai pacar judesku. Aku pulang dulu. Bye, dude."

***

"Ini sudah sangat malam tapi anak kesayanganmu itu belum juga pulang. Dia memang anak yang tidak bisa di atur."

Millen menatap suaminya. "Sebentar lagi dia pasti pulang."

"Dia tidak mendatangi kelas bisnis dan malah mengikuti balapan tidak jelas itu. Dan kau hanya membiarkannya begitu saja."

"Itu karena dia putraku, Steven tidak tertarik pada bisnis sepertimu dan Ellard. Lalu kenapa kita harus memaksanya?"

Tepat setelah Millen selesai bicara, ia melihat Steven memasuki rumah.

"Steven duduklah! Daddy ingin bicara."

Steven dengan malas duduk di sofa yang berhadapan dengan ayahnya.

"Kau dari mana saja?"

"Bukankah Daddy sudah tahu dari para Bodyguard. Kenapa bertanya lagi?"

"Kau memang anak tidak sopan! Apa begitu caramu berbicara padaku!" Albert membentak Steven, sedangkan Millen mencoba menenangkan suaminya.

"Lihat anakmu itu, dia sudah tidak punya sopan santun. Seperti ini jadinya jika dia terlalu sering bergaul dengan teman berandalnya itu."

"Dad, please! Berhenti menyebut temanku berandal, mereka tidak seperti yang kau kira."

"Jika besok kau tidak mendatangi kelas bisnis lagi, maka jangan salahkan aku kalau aku berbuat hal yang tidak akan kau sukai!"

Albert langsung melangkah memasuki ruang kerjanya dengan angkuh.

Millen mendekati putranya yang terlihat begitu frustasi dengan sang ayah.

"Aku harus apa, Mom? Aku sama sekali tidak tertarik dengan bisnis. Kenapa Daddy selalu memaksakan kehendaknya?"

"Mommy akan berbicara dengannya. Sekarang kau istirahatlah, ini sudah malam."

Steven menganguk. "Thank you, Mom."

***

Albert mendengar ruang kerjanya di ketuk lalu meminta Millen untuk masuk.

"Aku buatkan teh untukmu."

"Terima kasih," balas Albert sambil tersenyum lalu menyeruput tehnya.

"Apa kau tidak terlalu keras pada Steven, dia sudah dewasa."

"Steven memang sudah dewasa tapi dia belum bisa memahami aku."

Millen mengelus lengan suaminya lalu berbicara dengan lirih, "Kenapa tidak kau saja yang memahaminya sedikit demi sedikit. Tolong lupakan kejadian di masa lalu, itu bukan kesalahannya. jangan membuatnya mempertanyakan apakah dia anak kandungku atau bukan. Kau tahu, itu sangat menyakiti hatiku." setelah mengatakan itu Millen berlalu dari sana.

Albert menatap punggung istrinya sambil memikirkan perkataan wanita yang dicintainya itu.

♡♡♡♡♡♡

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang