48

1.1K 57 5
                                    

"Ini apartemenku, kau bisa tinggal di sini untuk sementara." Steven membuka pintu apartemenya dengan lebar untuk Mina.

"Terima kasih banyak, kau tidak ikut masuk?"

Steven menggeleng pelan. "Tidak, aku akan langsung pulang."

"Masuklah sebentar," pinta Mina.

"Aku lelah. Sebaiknya kau juga beristirahat."

Mina menarik kopernya, tidak ingin memaksa Steven. Pria itu memang terlihat sangat lelah, ditambah lagi Steven baru saja bertengkar dengan Zamora dan itu pasti menganggu pikiran Steven.

"Aku pulang dulu, jika kau butuh sesuatu jangan sungkan menghubungi aku."

"Sekali lagi terima kasih."

Steven hanya membalas ucapan Mina dengan senyuman, lantas berlalu dari sana.

****

"Zamora, ada apa? Sedang apa kau di jalan seperti tadi?"

Millen duduk di samping Zamora, menatap wajah Zamora lekat. Ia bertemu Zamora di jalan dan langsung meminta Zamora ikut bersamanya, namun sejak tadi Zamora belum menjawab pertanyaan darinya.

"Aku hanya sedang jalan-jalan saja, Bi," jawab Zamora berbohong.

"Kalau begitu sekarang istirahatlah di kamar Steven, sebentar lagi dia pasti pulang."

"Tidak, Bi. Aku akan pulang, ibuku pasti menunggu di rumah."

"Kau tenang saja, Nak. Bibi sudah memberitahu ibumu jika malam ini kau menginap di sini."

"Menginap?" tanya Zamora terkejut.

"Iya, tidak apa-apa, Zamora."

Sangat sulit untuk Zamora menolak permintaan Millen, tapi ia juga tidak mungkin menginap di saat hubungannya dengan Steven sedang tidak baik.

"Zamora, ayo Bibi antar ke kamar Steven."

Zamora tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan Millen. Mereka pun berjalan memasuki kamar Steven.

"Bibi tinggal ya, Nak."

Millen meninggalkan Zamora sendirian, sementara Zamora menyentuh sisi ranjang Steven sebelum berbaring di sana selama beberapa menit.

Pintu kamar terbuka pelan, Steven cukup terkejut melihat keberadaan Zamora di kamarnya. Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat.

"Ibumu yang memintaku menginap, jika kau keberatan aku bisa pulang sekarang."

Tidak ada balasan dari Steven, pria itu mengeluarkan dompet serta ponselnya, kemudian melepaskan baju dan masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah sepuluh menit berlalu, Steven keluar dengan pakaian lengkap sambil menggosokkan rambutnya yang basah dengan handuk.

Suasana menjadi canggung, sampai akhirnya Steven mendekati Zamora yang hanya terdiam. "Kenapa belum tidur?"

"Aku tidak bisa tidur."

"Ingin melakukan hal lain?"

"Maksudmu?"

Steven mengelus pipi Zamora, kemudian mengecup bibir kekasihnya itu. Zamora ingin sekali mendorong tubuh Steven, tetapi ia tidak sanggup melakukan itu. Tubuhnya seakan membutuhkan sentuhan Steven saat ini.

Mata Zamora terpejam, menikmati lumatan Steven pada bibir tipisnya. Tangan Steven mulai bergerak cepat melepas pakaian Zamora. Namun, ucapan Zamora menghentikkan pergerakan pria itu.

"Aku rasa sudah cukup," kata Zamora sambil berusaha mengatur napasnya.

Kekecewaan terlihat jelas pada raut wajah Steven. Ia pun berpindah ke samping menjauhi Zamora.

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang