39

1.3K 57 5
                                    

Satu minggu kemudian..

Steven dan Ryan sampai di tempat berlangsungnya acara pernikahan. Mereka tidak menduga jika akan ada banyak wartawan yang sudah menunggu di luar gedung. Sepertinya wartawan tersebut ingin mewawancarai Ellard yang melangsungkan pernikahan secara tiba-tiba.

Ryan membuka pintu mobil dan dikuti oleh Steven. Sebelum Steven melangkahkan kakinya, tangan pria itu ditarik paksa oleh bodyguard ayahnya.

"Apa yang kau lakukan? Dia tamu di sini!" Ryan membentak bodyguard tersebut, sedangkan Steven hanya diam.

"Maafkan aku, Tuan. Aku hanya mengikuti perintah."

"Daddy yang memintamu melakukan ini? Dia malu jika aku datang ke sini? Baiklah, jika memang seperti itu maka aku tidak akan menghadiri acara ini."

"Lepaskan tanganmu!" Millen mendorong bodyguard yang bernama Alan tersebut.

"Mom, aku akan pergi. Jangan sampai ada keributan di sini," kata Steven dengan tenang.

"Tidak, Nak. Jika kau tidak di sini maka pernikahan ini tidak akan terjadi. Apa yang salah dengan kehadiranmu." Millen tidak pernah menyangka Albert tega memperlakukan Steven dengan tidak hormat seperti sekarang.

"Maafkan aku, Nyonya. Tuan Albert tidak ingin jika wartawan melihat Tuan Steven di sini."

"Kenapa tidak? Dia putraku." Millen menggenggam satu tangan Steven, lantas berjalan ke arah para wartawan.

"Mom, apa yang kau lakukan?"

"Masuklah bersamaku."

"Mom, jika Daddy tidak mau aku ada di sini maka aku akan pergi. Dia tidak akan suka jika Mommy melakukan ini."

Millen menghentikkan langkah kakinya, lantas menoleh ke arah Steven. "Biarkan saja dia tidak suka."

"Baiklah," ujar Steven seadanya. Ia sedang malas untuk berdebat.

"Tapi kenapa kau tidak datang bersama Zamora?"

"Mom, sebaiknya kita masuk sekarang."

Melihat perubahan wajah Steven, Millen yakin telah terjadi sesuatu. Ia menepuk bahu Steven pelan dan melanjutkan langkahnya memasuki gedung.

Semua flash kamera tertuju kepada Millen dan Steven begitu mereka melewati para wartawan. Steven tersenyum tipis, ia hanya berusaha bersikap ramah.

"Dia tidak kalah tampan dari kakaknya." Salah satu dari banyaknya wartawan di sana terkagum-kagum melihat Steven. "Steven, tolong lihat ke arah kamera sebelah sini."

Steven menoleh ke belakang, kemudian mengikuti permintaan wanita itu. Ketika ia sudah memasuki gedung pandangan mata Steven tertuju pada Zamora.

Zamora tengah duduk seorang diri. Gaun berwarna merah yang dikenakannya membuat kecantikan wanita itu terpancar, namun tidak ada kecerian di wajah cantiknya.

"Itu Zamora, 'kan? Kita harus menyapanya dulu."

"Mommy saja, aku masih ada urusan."

"Urusan apa?"

Steven tidak menyahut, ia langsung berjalan ke arah Ryan yang sedang mengobrol dengan seorang kenalannya.

"Ada apa sebenarnya?" Millen bergumam, lalu mendekati Zamora.

"Nak," panggil Millen lembut.

Zamora tersenyum manis.

"Kenapa sendirian?"

"Aku datang bersama Minzi, dia sedang ke toilet sebentar." Pandangan mata Zamora mencari keberadaan Steven.

"Steven di sebelah sana, Nak. Ada apa? Kenapa kalian tidak datang bersama?"

STEMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang