13.

1.9K 259 46
                                    

Keempat anggota keluarga itu berjalan tergesa sambil menengok kesana kemari memastikan bahwa mereka mengambil jalan yang benar.

Jisoo sendiri bingung, setelah ia kembali dari supermarket untuk membeli makanan ringan dari hasil uang yang diberikan Rosé, saat tiba di depan gerbang, ayahnya malah menariknya masuk kedalam mobil tanpa menjelaskan apapun padanya.

Jisoo mengerutkan dahinya sembari matanya menyipit, mereka menuju UGD. Eh, Rosé ada di sana, gadis pirang itu duduk di kursi tunggu di samping pintu UGD yang tertutup rapat.

Rosé yang semula menunduk mengangkat kepalanya ketika merasakan orang-orang yang mendekat padanya.

Seluruh anggota keluarga Kim termasuk Jisoo terkejut dengan keadaan kacau Rosé, rambutnya blonde nya berantakan karena sepertinya Rosé menjambak rambutnya sendiri, Wajah cantik gadis jangkung itu merah dan bola mata coklat yang biasanya bersinar itu memerah dan bengkak akibat terlalu lama menangis.

Rosé reflek berdiri dan memeluk Seokjin yang berada tepat di hadapannya, sementara Jisoo yang berada di tengah-tengah bunda dan ayahnya itu hanya bisa menatap datar sedangkan tangan nya dibawah sana meremas ujung baju yang ia kenakan menahan rasa asing yang akhir-akhir ini sering hinggap di hatinya sehingga menimbulkan rasa sesak tak tau kenapa.

Mencoba menghiraukan, Jisoo duduk di tempat kursi tunggu yang ada di hadapannya.

Rosé masih sibuk menangis di dada bidang kakak laki-laki gadis berbibir hati itu.

"Rosé, bagaimana keadaan ayahmu?" Tanya Kim Daekhwan hati-hati namun tak bisa di pungkiri ia menghawatirkan keadaan sahabat seperjuangannya itu, apalagi Kim Daekhwan benar-benar khawatir tentang apakah Rosé sudah mengetahui tentang penyakit ayahnya itu.

Rosé perlahan melepaskan pelukannya, ia sedikit terkejut mengetahui kalau ia secara tak sadar memeluk Seokjin sementara lelaki tampan itu mengangguk dan tersenyum tipis.

"Aku tidak tahu," Rosé menggeleng sambil mengelap ingusnya yang keluar, "tadi papah muntah cairan berwarna hijau pekat lalu setelahnya muntah darah, aku benar-benar khawatir jadi langsung membawanya ke rumah sakit ini..."

Bukannya tidak merasa bersedih, tapi bagaimana cara Rosé mengelap ingus dan berbicara terbata akibat habis menangis, itu lucu bagi Jisoo. Sambil menundukkan kepalanya diam-diam bibir membentuk senyuman namun ia tahan sekuat tenaga karena tidak sopan tersenyum ketika orang sedang bersedih!

Kim Tae hee menghampiri Rosé lalu mendekapnya dengan hangat, ia menuntun Rose untuk duduk tanpa melepaskan pelukannya.

Rosé terlena, ia menikmati pelukan hangat yabg ibu Seokjin dan Jisoo itu berikan, sudah lama ia tidak bisa merasakan kehangatan seorang ibu.

Rosé menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada Kim Tae hee, memeluk pinggang wanita yang sudah berkepala tiga itu erat hingga ia tertidur saking nyamannya pelukan yang Kim Tae hee berikan padanya ditambah lagi gadis cantik itu pasti lelah karena menangis.

"Bunda aku cemburu..."

Jisoo menggeser duduknya mendekat pada sang bunda lalu ikut menyandarkan kepalanya pada bahu sang bunda.

Mereka tak banyak bicara, hanya menunggu dengan tenang kapan Dokter akan keluar dan memberi tahu keadaan Park Hyun Woo sahabat Kim Daekhwan itu.

Tak lama dari itu, Sang Dokter lelaki keluar dan tersenyum ramah kepada Anggota keluarga Kim itu.

"Dokter choi, bagaimana keadaan Park Hyun woo? Dia baik-baik saja bukan?" Kim Daekhwan langsung mengajukan pertanyaan.

Sang dokter melepas kacamatanya, "tuan Park hanya mengalami gejala sehabis kemoterapi seperti biasa, bukan hal serius. Dia sekarang beristirahat karena kelelahan, nanti akan ada beberapa perawat yang akan memindahkan Tuan Park ke ruang rawat biasa," Kim Daekhwan bernafas lega, ia mengangguk dan membalas senyuman dokter yang sudah menangani sahabatnya itu selama dua tahun terakhir ini, "kalau begitu saya undur diri terlebih dahulu tuan Kim, jika anda memerlukan saya anda bisa langsung ke ruangan saya."

𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang