35.

1.5K 202 58
                                    

"JIS JUJUR DONG!"

"Apa lagi sih Lisaaa?!!" Jisoo menghentikan langkahnya, ia menatap Lisa dengan marah, ia harusnya bisa punya waktu untuk sendiri dulu saat ini.

Ditengah malam yang dingin begini kedua gadis itu malah melemparkan pertengkaran panas.

"Jisoo, Rosè kan orangnya? Dia yang udah masang tembok itu di hati lo, sampe gue susah buat nembus masuk ke hati lo? DIA KAN?!" Mata Lisa bergetar menatap netra kelam tajam milik Jisoo yang sudah dipenuhi amarah, namun gadis berponi itu gak gentar akan tatapan menusuk yang Jisoo berikan, ia harus tau yang sebenarnya.

"Urusan sama lo apasih?" Jisoo berucap datar, namun itu berdampak besar bagi hati Lisa, hatinya terasa di hantam oleh belati tak kasat mata.

Lisa terkekeh, ia tak percaya Jisoo bisa berkata seperti itu disaat gadis berbibir hati itu sudah tau bagaimana perasaan Lisa padanya.

Lisa kembali berusaha menatap mata Jisoo yang masih di penuhi amarah itu, namun tak membara seperti tadi. Kini tatapan gadis berambut hitam itu hanya menatap datar.

"Mustahil banget ya buat gue bisa masuk ke hati lo? Kurang apasih gue?" Lisa tak kuat lagi untuk menahan air mata yang sudah bergelinang dari tadi di pelupuk matanya. Selaras ia berkedip, air matanya jatuh lolos begitu saja meninggalkan jejak di pipinya.

"Gue udah peringatin lo sejak awal, gue belum selesai sama masa lalu gue, Lis. Jangan berharap lebih sama gue."

Setelah mengatakan hal tersebut, Jisoo memberhentikan sebuah taksi untuk Lisa pulang, ia memang marah, pada dirinya sendiri, pada Rosè, pada Lisa, pada Jaehyun dan pada semesta. Namun hal itu tak mungkin membuatnya tega membiarkan temannya itu pulang sendirian berjalan kaki ditengah malam yang dingin seperti ini. Begitulah Jisoo.

"Pulang terus tidur ya, jangan nangis."

Sebelum melangkah pergi, Jisoo mengusap jejak air mata di pipi Lisa. Hal itu malah membuat Lisa semakin deras mengeluarkan air matanya. Bagaimana? Katakan padanya bagaimana bisa ia tak jatuh cinta pada sosok seperti Jisoo?

...

Jisoo menghembuskan nafasnya berat, seiring dengan itu pertahanannya hancur, Jisoo yang bersandar pada pintu kamarnya itu luruh ke lantai, air mata yang sudah di tahannya sedari tadi akhirnya luruh juga.

Jisoo memukul dadanya, berharap hal itu bisa mengurangi rasa sakit dan sesak di dadanya.

Jisoo yang sok kuat pun akhirnya kalah juga bila dicekam kesepian, ia menjadi sangat rapuh. Pada kaki yang ditekuk dan lipatan tangannya itu, Jisoo menundukan kepalanya, mencoba menyembunyikan air matanya.

Punggung rapuh itu bergetar naik turun karena isak tangisnya yang tak beraturan, tangis pilu itu bisa membuat siapapun yang mendengarnya ikut meneteskan air matanya.

"Sialan..."

"K-kenapaaa, kenapa harus Jae— Jaehyun!"

Jisoo sedikit meredakan isak tangisnya, walau air matanya terus memaksa keluar, ia sedikit mengatur emosinya. Setelah dirasa cukup terkontrol, Jisoo bangkit dan duduk di tepian kasur, ia kembali mengeluarkan sebatang nikotin dari dalam laci nakasnya.

Masih dengan isakan tangis ia mencoba untuk menyesap nikotin tersebut, dan ajaibnya hal itu mampu berangsur meredakan tangisnya yang meledak barusan.

Jisoo merasa tenang, ia memejamkan matanya masih dengan posisi duduk dan bersandar pada kepala ranjang.

Otaknya secara otomatis kembali memutar rekaman memori di kepalanya.

𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang