"Apa ini?" Jisoo menatap botol minum berwarna biru yang di sodorkan oleh Lisa.
"Susu stroberi, kesukaaan lo." Lisa kembali menyodorkan botol minum beserta sandwich buatannya.
"Gak pake—"
"Gak pake keju, lo alergi. Gue tau Jisooooo~"
Hal itu mengundang senyuman lebar Jisoo, ia mengucap syukur berkali-kali dalam hatinya karena ada saja hal-hal kecil yang mampu membuatnya mengukir senyuman kembali.
Jisoo kemudian menerima pemberian khusus dari Lisa untuknya.
Mereka kini sedang duduk di tepian danau, menikmati pagi yang cerah namun tidak dengan hati Jisoo yang terasa suram.
Lisa asik memakan sandwich buatannya sendiri sembari menikmati pemandangan danau yang terbentang luas di hadapan mereka.
Jisoo memandang pemberian Lisa yang terlihat menggiurkan apalagi ia sudah lama tak meminum susu stroberi, rasanya Jisoo ingin menangis kembali bila mengingat susu stroberi, karena itu mengingatkannya lagi pada Rosè.
"Gue bikinin buat lo makan, tapi kalo lo gamau—"
"Gak, gue mau kok!" Sela Jisoo cepat.
"Makasih Lisa." Kata Jisoo dengan tulus, Lisa membalas dengan anggukan disertai senyuman kecil namun menawan.
Jisoo mengambil gigitan pertama dan sudut bibirnya otomatis tertarik keatas ketika lidahnya merasakan bagaimana luar biasanya rasa makanan sederhana yang dibuat Lisa. Jisoo jadi menatap Lisa sambil mengunyah.
"Lisa, maaf." Perkataan spontan tersebut membuat Lisa langsung mengalihkan atensinya pada Jisoo.
"Maaf buat apa?"
"Maaf karena gue gak bisa bales perasaan lo, gue—" Jisoo tersenyum getir, tiba-tiba saja tenggorokannya terasa tercekat hingga ia berat untuk melanjutkan perkataannya.
"Its okay. Gue gabisa kendaliin perasaan orang lain, begitu pun lo kan? Lo gak bisa ngendaliin perasaan lo sendiri, kaya hujan yang gak tau bakal jatuh kapan dan dimana, begitupun hati dan perasaan manusia gak bisa ketebak jatuh kapan dan buat siapa." Ujar Lisa tulus.
Jisoo bernafas lega mendengar penuturan Lisa, namun tetap saja ia merasa bersalah.
"Kalo bisa milih pun, gue kayaknya lebih milih buat jatuh buat lo dan bales perasaan lo yang tulus buat gue. Tapi nyatanya, gue sendiri gak punya kendali atas perasaan gue ini." Jisoo tersenyum getir, merasa air matanya sudah menggenang dan siap jatuh, Jisoo dengan terpaksa kembali menyuapkan sandwich pemberian Lisa hingga habis walaupun ia tak berselera untuk makan.
Lisa menghela nafas, ia memberikan usapan lembut pada punggung Jisoo yang bergetar karena menahan tangis.
"Jis, lo masih belum nyerah kan buat Rosè?" Tanya Lisa hati-hati, ia tak ingin membuat perasaan yang sekarang sedang di tahan Jisoo meledak.
Jisoo yang masih menunduk itupun menggeleng lemah, "gue nyerah Lisa." Jisoo tersenyum getir kemudian menghirup oksigen sejenak untuk sekedar menenangkan dirinya dan menahan emosinya yang mungkin bisa saja meledak.
"Dia semalem ke apart gue dan ngasih balik cincin pernikahan kita, gue heran dia ga ngasih kejelasan apapun dan terkesan mainin perasaan gue— dia nerima tunangan sahabat gue tanpa rasa bersalah, seolah itu bukan masalah yang besar, dari situ aja gue bisa nyimpulin." Jisoo bergumam sembari menetap lurus pada danau yang terbentang luas di hadapannya itu, bahkan matahari mulai meninggi suara kicauan burung pun kian terdengar. Setidaknya hal kecil tersebut membuat suasana hati Jisoo sedikit mendingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...