30.

2K 212 56
                                    

Jisoo merasakan sinar hangat menusuk matanya, memaksa dirinya untuk kembali ke alam sadarnya.

Jisoo menggesek matanya ketika mendapati matanya yang berat enggan terbuka, sembari bangkit untuk duduk Jisoo meraba di sampingnya. Lagi-lagi ia terbangun tanpa ada Rosè di sisinya.

Padahal tadi malam mereka menghabiskan malam yang luar biasa indah bagi Jisoo.

Jisoo membuang rasa kecewanya. Mungkin Rosè sibuk karena itu ia sudah pergi pagi-pagi begini tanpa membangunkannya.

Jisoo berharap Rosè akan meninggalkan sebuah Note seperti kemarin agar dirinya tak terlalu khawatir. Namun yang di dapatinya hanyalah kekecewaan lagi.

Padahal dirinya ingin berbincang dan butuh pelukan hangat Rosè sekarang ini.

Setelah malam yang mereka habiskan berdua, Jisoo merasa semakin dekat dan semakin jatuh dalam pesona Rosè. Ia merasa ada yang kurang jika dirinya berangkat sekolah tanpa melihat senyuman manis Rosè.

Mau tak mau Jisoo harus mempersiapkan dirinya untuk pergi sekolah setelah ia absen satu hari kemarin karena sakit.

Walau sebenarnya Jisoo tak ingin ia sedih hanya karena hal sepele, namun tetap saja suasana hatinya sekarang benar-benar mawakilkan apa yang ia rasakan dihatinya, sakit dan kecewa saat Rosè tak kunjung membalas pesannya walaupun terlihat centang dua yang menandakan bahwa gadis itu menerima pesannya namun tak kunjung di baca.

Bayangkan saja, mereka semalam menghabiskan waktu mereka dengan saling 'memiliki satu sama lain' dan itu hal yang paling berkesan bagi Jisoo, ia mabuk kepayang dan merasa kalau Rosè juga mencintainya juga, menumbuhkan harapan dan rasa cinta Jisoo semakin besar.

Tapi kini Jisoo merasa diabaikan, pikiran-pikiran negatif mulai berputar di kepalanya, bagaimana kalau Rosè hanya terbawa suasana saja semalam?

"Jisoo, pak botak liatin lo terus Jis, jangan bengong!" Bisik Jennie yang duduk di sebelah Jisoo.

Wajah gadis bermata kucing itu takut menatap kedepan, menatap sang guru. Dan bodohnya lagi teman sebangku nya itu terus saja asik melamun meski sudah ia beri kode lewat bisikan ataupun cubitan. Jennie yakin Jisoo sedang memikirkan hal yang serius, dan gadis berbibir hati itu sedang tidak baik-baik saja terbukti dari sikap Jisoo yang sekarang ini lebih banyak diam dan sering melamun, berbanding dengan kebiasaan nya yang ceria dan aktif di kelas mendengarkan guru.

Pletakk!!

"Sialan Jennie, Sakit!" Teriak Jisoo merasakan benda keras melayang dan membentur jidatnya, itu tak seberapa dengan rasa terkejutnya. Ia merasa jantungnya berdetak keras sekali, rasanya jantungnya akan melompat dari tempatnya.

"Bukan gue bego, pak Jaeyun!" Desis Jennie sambil berpura-pura fokus membaca buku.

"Kim Jisoo, jika tidak mau mendengarkan saya keluar dari kelas saya!" Teriak guru yang terkenal killer itu. Ia menatap Jisoo tajam di balik kacamata persegi nya.

Jisoo tak merasa takut ataupun gemetar di tatap tajam oleh guru paruh baya itu, ia balik menatap tajam pada sang guru.

Jisoo mengehembuskan nafas malas, ia mengambil spidol yang digunakan guru matematikanya untuk melempar kepada dirinya kemudian meletakkan spidol tersebut di atas meja guru dan pergi keluar dengan santai tanpa berkata apa-apa lagi, menghiraukan teriakkan sang guru yang menyebutnya tak sopan.

Jisoo sekarang tak peduli jika ia akan mendapatkan absen alfa ataupun di panggil ke BK karena tindakan nya ini.

Ia terus berjalan menuju rooftop sekolah sambil sesekali mengecek ponselnya yang tak kunjung mendapat notifikasi pesan dari orang yang diharapkannya.

𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang