"Haaahh..." Tarikan nafas berat itu keluar dari bibir Seokjin.
Disebelahnya Rosé melirik sekilas kemudian kembali menunduk memperhatikan sepatu sneaker berwarna merahnya.
"Tidakkah menurutmu ini sedikit... Aneh?" Tanya Seokjin, pandangannya lurus menatap tembok putih ini.
Keduanya kini berada di ruangan ayah Rosé, Park Hyun Woo sendiri terlelap tidur setelah percakapan yang membahas tentang perjodohan Seokjin dan Rosé. Sedangkan Kim Tae hee dan Kim Daekhwan bilang mereka pamit keluar sebentar.
"Jisoo bilang dia akan kembali kan, tapi tadi hanya ada pak Shin yang mengantar makanan."
Seokjin menghela nafas pelan, kenapa Rosé malah mengalihkan topik pembicaraan?
"Pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah, apa kamu bisa membayangkan kita menikah tanpa adanya rasa?"
Kali ini Rosé menegakkan posisi duduknya, matanya menatap lurus pada netra hitam Seokjin sama halnya dengan yang laki-laki tampan itu lakukan.
Rosé memutuskan kontak mata mereka, ia menghembuskan nafas berat lalu bersandar pada sandaran sofa yang ada di ruangan VVIP ini.
"Aku tidak tahu." Rosé mengusap kasar wajahnya.
Tadi Park Hyun Woo dan Kim Daekhwan mendiskusikan kapan perjodohan mereka akan dilangsungkan, dan kalian tahu apa yang di katakan ayah Rosé? Dia meminta bulan depan Dirinya dan Seokjin untuk bertunangan dan bulan depannya lagi mereka menikah di Belanda.
Ayah Rosé yang mengusulkan agar Rosé dan Seokjin menikah di Belanda seperti dirinya dan istrinya dulu melangsungkan pernikahan.
"Tapi kita tidak bisa seperti ini, kita bahkan tidak pernah menyetujui perjodohan ini, seharusnya orang tua kita meminta persetujuan kita terlebih dahulu-"
"Seokjin, tolong... Papah ku lagi sakit, aku gak bisa menolak ataupun mengusulkan, ini bukan waktu yang tepat, maaf..."
Entah helaan nafas berat yang keberapa, Seokjin melemaskan seluruh tubuhnya dan terduduk lemas menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa, menatap langit-langit ruangan ini yang sudah identik dengan warna putih ini
"Cinta dan pernikahan gak semudah itu Rosé, aku udah nyoba buat nerima kamu di hidupku, mencoba melihat kamu sebagai seorang pasangan, namun tetap saja tidak bisa." Seokjin berujar masih dengan menatap langit-langit ruangan.
Gantian kini Rosé menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara kasar seolah hal itu dapat membuat semua rasa sesak dihatinya ikut terhembuskan.
"Aku juga... Hatiku, sudah diisi orang lain."
Seokjin menormalkan cara duduknya namun menyerong menghadap Rosé dan tersenyum tulus.
"Ini sama-sama berat untuk kita, coba pikirkan lagi Rosé, jangan sampai akhirnya malah menjadi kacau dan kita sendiri yang menyesal." Terakhir Seokjin memberikan usapan lembut di kepala Rosé kemudian keluar ruangan.
Rosé menghempaskan dirinya dan berbaring di sofa, ia menutupi wajahnya kemudian memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan kemana gadis berbibir hati yang tadi siang bilang kepadanya kalau ia akan menemani dirinya. Sungguh, ia membutuhkan bahu Jisoo untuk bersandar dan melupakan semua masalahnya. Entah sejak kapan ia mulai terbiasa dengan kehadiran sosok gadis manis itu.
•••
"Papah ih, ayo makan! Ini terakhir papah di rawat loh, kalo papah gak mau makan aku bilangin ke dokter choi buat tarik izin pulangnya!" Rosé sedari tadi mencoba membujuk ayahnya yang tak kunjung mau memakan bubur yang di berikan perawat 8 menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...