"maksud kakak apa yah ngomong gitu?" Jisoo menatap garang Seokjin yang memakan makanannya dengan santai.
Jisoo berdecak kencang lalu ikut memakan makanannya dengan kesal karena Seokjin mengabaikannya. Seokjin hanya terkekeh kemudian menghabiskan makanannya yang memang tersisa sedikit lagi.
"Lagian ya dek, keliatan banget kalo kamu suka sama Rosé." Ucap Seokjin santai sambil melahap kentang goreng.
Brak!
Seokjin terkejut bukan main, bahkan sebuah kentang goreng yang akan dilahapnya terbang bebas entah kemana.
Jisoo menggebrak meja bukan tanpa alasan, ia refleks melakukan hal itu apalagi ia merasa wajahnya yang terasa memanas dan merah setelah Seokjin berkata demikian, "emang keliatan banget ya?" Memikirkan hal itu Jisoo malah semakin merasa malu entah kenapa.
Jisoo menggeleng, mengatur nafas dan ekspresi nya untuk tetap terlihat cool dihadapan kakak laki-laki yang suka mengejeknya itu.
"Lagian kalo suka tu—"
BUGH!
"Aduh!" Seokjin berteriak mengaduh kesakitan karena Jisoo memukul dadanya sangat kencang.
"Diem deh, ngomong tuh jangan sembarangan!"
"Idihh kamu tuh---" Seokjin menggantung ucapannya karena ponsel yang berada di saku jaketnya bergetar.
Melihat nama sang ayah yang tertera di layar ponsel, Seokjin buru-buru mengangkatnya.
Ini jam 2 pagi, Seokjin dan Jisoo berada di restoran yang buka 24 jam dan sebelumnya Ayah, bundanya dan Rosé sudah tertidur, Seokjin khawatir kalau terjadi sesuatu sampai ayahnya menelfonnya.
"Halo ayah ada apa?"
Sambil melahap makanannya Jisoo memperhatikan wajah Seokjin yang perlahan berubah menjadi terkejut, Seokjin terlihat gusar mendengarkan ayahnya di sebrang sana.
"Kenapa kak Jin?" Tanya Jisoo karena wajah Seokjin terlihat terkejut selaras dengan tangannya yang memegang ponsel turun perlahan.
Seokjin mengambil nafas dalam lalu memanggil pelayan untuk membayar makanan mereka.
"Ayo kembali ke rumah sakit." Ujar Seokjin datar.
Hal itu terasa aneh bagi Jisoo, namun ia tetap mengikuti Seokjin yang menggenggam tangannya.
•••
Angin berhembus begitu kencang menerbangkan dedaunan kering yang terjatuh ke tanah, pagi hari yang seharusnya matahari bersinar dengan terang terasa suram bagi Rosé.
Ia hanya bisa menangis menatapi gundukan tanah dengan sebuah batu nisan yang tertancap beratas namakan Park Hyun Woo.
Kim Tae hee, Kim Daekhwan, Seokjin dan juga Jisoo tidak mampu berbuat apapun, mereka membiarkan Rosé menumpahkan segala tangis kesedihannya atas kepergian ayahnya.
Hati Jisoo terasa nyeri melihat bagaimana Rosé yang dari tadi menangis sampai mata gadis pirang itu sembab sementara ia tidak bisa melakukan apapun.
"Rosé, sudah ya, ayo pulang... Kita sudah berada dua jam disini." Bujuk Kim Daekhwan lembut.
Rosé menggeleng, ia masih ingin disini, kakinya juga terasa lemas tak mampu hanya sekedar untuk berdiri menumpu badannya. Tenggorokannya terasa perih akibat terlalu lama menangis, namun itu tak ia hiraukan. Rosé masih bersikukuh dengan memeluk batu nisan ayahnya itu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...