"keputusan mu itu di dasari oleh amarah, aku harap kau tidak menyesal nantinya atas keputusan mu itu."
"Aku yakin dengan keputusanku, Tae hee."
Kim Tae hee berdecak jengah, ia menatap Kim Daekhwan yang menggunakan kacamata, duduk di meja kerjanya sembari berkutat dengan laptop dan berkas-berkas yang menumpuk di pinggir meja kerjanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa kau tidak sadar Daekhwan-ah, kau membebani Rosé dengan keputusan keras kepalamu."
Kim Daekhwan menghela nafas, ia melepaskan kacamatanya dan menyimpannya dengan rapih di sebelah laptopnya, ia bangkit dan mulai tersenyum hangat pada Kim Tae hee, senyuman yang mampu membuat hati istrinya itu juga ikut menghangat.
"Aku sudah memesan tiket untuk kita semua, semuanya sudah diatur Tae hee-ah."
Senyum tipis Kim Tae hee luntur digantikan dengan helaan nafas panjang kembali, ini adalah salah satu sifat Kim Daekhwan yang tidak disenanginya yaitu keras kepala dan sering memaksakan kehendaknya dengan tergesa tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.
"Bagaimana dengan tamunya Daekhwan?"
"Hanya orang-orang tertentu seperti karyawan dan para teman bisnis ku yang akan datang."
Kim Daekhwan tersenyum percaya diri, ia mencium bibir istrinya terlebih dahulu sebelum pergi keluar meninggalkan Kim Tae hee yang entah ke berapa kalinya ia menghela nafas lelah.
•••
Jisoo terus menatap laki-laki yang duduk dihadapannya dengan tatapan yang tajam, memperhatikan kakak laki-lakinya yang hanya bisa menunduk dan menghela nafas berat.
"Kau pikir dengan menghamili kak sowon itu bisa jadi jalan keluar dari perjodohan ini? Kau membuatnya semakin rumit."
Seokjin menghela nafas berat entah untuk ke berapa kalinya.
Ia mengangkat kepalanya yang sudah hampir satu jam ia tundukan, ia bergantian menatap Rosé yang sedang mengusap lembut bahu Jisoo mencoba menenangkan perempuan yang lebih muda dari mereka itu.
"Rosé... Cobalah menolak ayah, mungkin saja—"
"DIAM!"
Teriakan Jisoo yang tiba-tiba memotong ucapan Seokjin membuat Rosé yang duduk di sampingnya terlonjak kaget.
Bukannya minta maaf, Jisoo malah langsung menarik tangan Rosé membuatnya terpaksa berdiri dan mengikuti langkah cepat sang gadis berbibir hati.
Entah kenapa genggaman erat Jisoo pada pergelangan tangannya membuat jantungnya berdegup kencang walaupun ia akui genggaman Jisoo sama saja mencengkeram pergelangan tangannya dan sedikit memberikan sensasi sakit dan rasa perih.
"Jisoo..."
Mendengar Rosé yang memanggilnya dengan nada lirih Jisoo tersadar kalo ia menggenggam pergelangan Rosé terlalu kuat sehingga itu menyakiti sang wanita yang saat ini membuat jantungnya berdebar gembira namun juga nyeri disaat yang bersamaan.
Rosé tersenyum hangat memperhatikan wajah prustasi Jisoo, sehingga itu sedikit melerai rasa gelisah di hati gadis berambut hitam itu yang tak tahu apa yang ia khawatirkan.
"Kamu tau, Seokjin juga sama pusingnya seperti kamu, tapi boleh aku tau apa yang kamu khawatir kan?"
"Maksud ku, seharusnya kita mendengarkan dulu apa yang ia katakan tadi, kamu pasti tau kan bukan hanya aku yang ada di posisi sulit. Tapi Seokjin juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fanfiction"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...