"aku... Kau benar, kita adalah anak yang diharapkan dapat membanggakan orang tua, sedangkan aku disini... Aku menjadi mahasiswa abadi yang tidak lulus tiga kali--- mungkin dengan mencoba menerima perjodohan ini setidaknya aku bisa memberikan kesan yang baik untuk mereka." Seokjin berujar dengan tangannya yang menyentuh satu persatu bunga berwarna warni yang ada di taman rumahnya itu.
Rosé yang berada di sampingnya memperhatikan gerakan dan ucapan Seokjin dengan baik, ia mengulum bibirnya merasa ucapan Seokjin memanglah benar, ia tidak tahu akan sekecewa apa ayahnya ketika mengetahui putrinya selama ini menjalin hubungan sesama jenis di masa lalu.
"Mungkin untuk saat ini, kita mencoba beradaptasi satu sama lain saja dulu." ujarnya sambil melihat punggung Seokjin yang tegap dan lebar karena sekarang posisinya Seokjin berada di depannya membelakanginya.
Seokjin berbalik dan tersenyum simpul pada Rosé ia mengangguk lalu meraih tangan Rosé untuk digenggamnya, "Mari berusaha untuk menjalin hubungan, ah... Maaf, aku bukan orang yang romantis." Seokjin terkekeh sambil menggelengkan kepalanya pelan. Rosé membalas genggaman tangan Seokjin, ia menyesal dan bersalah mengatakan ini, tapi melihat Seokjin seperti ia melihat seorang Jisoo versi laki-laki, kalian tau apa maksudnya? Hanya ada Jisoo dan Jisoo di pikirannya akhir-akhir ini, bahkan untuk seperkian detik Rosé hanya bisa melihat Jisoo yang tersenyum kearahnya.
...
Jisoo kini duduk di balkon kamarnya, ia duduk di lantai sambil bersandar pada pagar pembatas balkon itu. Di sebelah kirinya, balkon kamarnya menghadap langsung ke arah taman yang dipenuhi oleh tanaman dan bunga dimana kini Seokjin dan Rosé terlihat sedang membicarakan sesuatu yang serius.
Tangannya mencengkram erat gelas di genggamannya yang berisi susu strawberry kesukaannya, ketika ia melihat tangan Seokjin lagi-lagi menggenggam tangan milik Rosé, perlahan genggaman erat pada gelasnya kembali biasa, ia meneguk untuk yang terakhir kalinya kemudian menyimpan gelasnya itu diatas meja bundar yang berada di sampingnya.
"Lagian lancang banget sih ini perasaan!" Jisoo mendesis namun penuh penekanan di setiap kata yang diucapnya.
Jisoo bangkit, ia berlenggang masuk menuju kamarnya kembali, menatap dirinya di pantulan cermin dengan senyum miring.
"Emang lo udah bisa nyimpulin kalo itu perasaan cinta?" Jisoo terkekeh. "Cih, jatuh cinta aja belum pernah" Jisoo terdiam sejenak menatap pantulan dirinya dengan tatapan datar namun mengintimidasi, ia menunjuk dirinya sendiri dengan geram, namun kata yang ia ingin ia ucapkan terasa tertahan tidak ingin keluar.
"Aku rasa aku udah gila deh gara-gara ini sakit kepala" Jisoo menggeleng, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya menghampiri sang bunda untuk sekedar mengobrol ringan.
Sesekali gadis berbibir hati itu melompat-lompat kecil menuju ruang tengah berfikir jika ibunya ada disana, namun ternyata tidak ada.
Kebetulan ada seorang pelayan yang lewat, ia menanyakan keberadaan ibunya pada pelayan itu.
"Bibi, bunda dimana ya?"
Pelayanan rumahnya itu berhenti ketika sang nona muda bertanya padanya.
"Nyonya Kim ada di kamarnya, nona Jisoo." ia menjawab dengan sopan.
Jisoo mengangguk, tak lupa ia mengucapkan terimakasih. Kembali melangkah dengan riang, Jisoo berjalan menuju kamar orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fiksi Penggemar"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...