"aku, aku gatau..."
"Dasar Seokjin sialan kau, kau bilang rencana ini akan berhasil tapi apa!" Ujar Sowon dengan nada tinggi, ia memijit pelipisnya yang terasa pening, usia kandungannya sudah masuk 1 bulan. Namun perjodohan antara pacarnya Seokjin dan Rosé terbilang masih akan tetap di laksanakan.
"Lalu aku akan kau apakan Seokjin-ahh... Aku sebatang kara dan kau tega mencampakkan aku begitu saja ketika kau sudah menghamiliku, aku bahkan melakukan ini karena terlewat percaya padamu, lalu kau hanya diam saja... Sial!"
Seokjin menutup matanya rapat, ia mencoba berfikir namun tidak bisa, pikirannya kosong, terlalu gelap.
"Sayang, aku ga akan diem aja, kamu percaya sama aku ya, aku bakalan tetep bertanggung jawab."
Seokjin berpindah duduk, ia ingin lebih dekat dengan pacarnya dan menenangkan wanita yang dicintainya itu.
"Aku percaya padamu, terlalu percaya tapi hasilnya mengecewakan."
Seokjin menggeleng kuat, diraihnya tubuh yang lebih kecil darinya itu, Seokjin mendekap Sowon dengan penuh kehangatan hingga wanitanya merasa tenang.
"Aku janji, aku bakalan lakuin apapun supaya kita bersama."
Padahal Seokjin tidak perlu berfikir dengan keras untuk itu, karena memang takdirnya adalah sowon bukan Rosé- ia adalah takdir yg lain.
...
"Huaaaaa.... Joy kenapa hidup gue menyedihkan bangeetttt!"
Joy hanya bisa menggaruk pipinya yang tak gatal, jujur saja dia memang seorang pendengar yang baik tapi bukan seorang perespon yang baik.
Joy hanya bisa mengelus punggung Rosé yang sedang memeluknya sambil menangis, walaupun ia tidak tau harus merespon bagaimana bukan berarti ia tidak mengerti penderitaan dan masalah yang sedang di hadapi oleh sahabat seperorokan nya.
"Gue yakin, niat keluarga Kim itu baik, mereka tau lo sendirian sekarang ga ada sodara sedarah yang bisa mereka percaya buat nitipin lo, lagian tuan Kim kan udah kaya kakak papah lo sendiri, dia pastinya udah nganggap lo kaya anaknya."
Kata-kata penenang yang Joy berikan tidak mampu meredakan tangis Roséanne, justru gadis itu malah menangis semakin keras, hal itu malah semakin membuat Joy bingung harus bagaimana.
"Rosé, kita diliatin pengunjung kafe loh."
Ya, memang kedua sahabat itu sedang berada di kafe Starbucks, Rosé menceritakan semua keluh kesahnya pada Joy, sahabatnya. Dan Joy dengan senang hati mendengarkan dengan baik.
"Ga peduli!"
Joy terkekeh, kadang gadis jangkung berambut blonde masih menangis dipelukkannya ini bersikap menggemaskan seperti anak kecil.
"Masalahnya perjodohan ini membingungkan, gue kaya jemuran yang digantung, apalagi lo tau kan!" Rosé berbicara dengan berteriak membuat Joy panik dan melihat bagaimana atensi pengunjung kafe yang lainnya memperhatikan mereka.
"Jisoo, gadis SMA yang gue suka itu adiknya yang mau dijodohin sama gue, gak bisa gini..." Lirih Rosé, nada bicaranya lebih pelan daripada tadi.
Hanya kepada Joy lah dia bisa bersikap seperti ini, tidak tau malu dan menghiraukan orang-orang yang sedari tadi menatap mereka aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨 : 𝘠𝘰𝘶 𝘈𝘯𝘥 𝘔𝘦
Fiksi Penggemar"𝘼𝙠𝙪 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙜𝙞. 𝙏𝙖𝙥𝙞 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠, 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙡𝙪𝙠𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙡𝙞𝙜𝙪𝙨 𝙥𝙚𝙣𝙮𝙚𝙢𝙗𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙗𝙞𝙖𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙚𝙧𝙣𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙩�...