✨Chapter 7✨

109 16 0
                                    

Happy Reading💋

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!!!

SHARE JUGA KE TEMAN-TEMAN KALIAN!!!

🌼🌼🌼

"Dek?" panggil Naya pada Nia yang masih tertidur pulas.

"Apa?" tanya Nia yang tak membuka matanya karena mengantuk.

Semalaman Nia begadang bersama kelima temannya. Tentu saja begadang online lewat jalur video call.

Naya berdecak pelan menatap adiknya yang satu ini. "Makanya jangan dibiasain begadang! Sekarang jadinya gini 'kan!? Selepas shalat subuh bukannya bantu masak malah lanjut tidur lagi!" katanya.

Nia menutup telinganya dengan bantal. "Berisik kayak emak-emak," dengus Nia.

Naya mendelik sebal menatap adiknya. "Masih mending gue mau bangunin lo ya! Dasar adek nggak tau diri lo!"

"Nggak ada yang suruh lo buat bangunin gue," kesal Nia membuka sedikit matanya menatap Naya yang berdiri sambil berkacak pinggang di samping ranjangnya. "Udah sana keluar. Ganggu aja jadi orang," imbuhnya lalu kembali merangkul guling lagi.

"Heh! Bangun nggak!?" kata Naya kini menarik-narik tangan Nia.

"Ish! Apaan sih, kak! Gue masih ngantuk!" rengek Nia.

"Lo disuruh Mama buat beli bahan dapur. Buruan mandi sana! Entar keburu Mama kesini," ujar Naya.

Nia membuka kedua matanya dan menatap kakaknya itu dengan kesal. "Lo sendiri 'kan bisa!? Atau nggak Kak Ares suruh belanja. Ada orang yang nganggur kok malah aku yang sibuk ini disuruh belanja."

"Kalau gue atau Mas Ares yang belanja nanti takut ditipu. Lo 'kan yang udah kenal seluk-beluk daerah sini. Jadi, lo aja yang pergi belanja," kata Naya.

Nia kini sudah duduk di atas ranjangnya. "Banyak alasan! Bilang aja kalian berdua nggak mau keluar," cibirnya. "Lagian siapa juga yang mau nipu gembel macam kalian yang berkeliaran di London?"

Nia langsung loncat dari kasurnya menuju kamar mandi setelah mengucapkan kalimat itu pada kakaknya.

"NIA!!! GUE SUMPAHIN LO JODOH SAMA ATHALA!!!" pekik Naya.

"JODOH YANG UDAH DI ATUR SAMA ALLAH, BUKAN LO!" balas Nia dari arah kamar mandi.

Naya mengelus dadanya sabar menghadapi tingkah adiknya yang kurang akhlak itu. Tidak ada kakak yang lebih sabar dari Naya. Dinistain, dijelekin, diledekin sama adik sendiri semua Naya terima dengan lapang dada.

"Kenapa teriak-teriak, Kak?" tanya Desti pada Naya.

"Biasa, si tukang pijat selalu bikin marah," jawab Naya memanggil Nia dengan sebutan tukang pijat.

"TUKANG GALI KUBUR NGGAK USAH BANYAK OMONG YA! GUE MASIH DENGAR OMONGAN LO DARI DALAM SINI!"

Naya dan Desti terkejut mendengar suara Nia yang menggelegar dari arah kamar mandi.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang