✨Chapter 19✨

111 10 0
                                    

Happy Reading!

🌼🌼🌼

"Assalamu'alaikum," ujar Athala dan Nia saat memasuki rumah besar keluarga Ariadica.

"Wa'alaikumsalam," jawab seluruh orang yang tengah berkumpul yang tak lain adalah keluarga Ariadica.

Di ruang keluarga tersebut, ada beberapa orang yang tengah berbincang ringan seraya menunggu kehadiran pengantin baru itu. Ada Oma Warni, Andreas, Afya, Endang, Indra, Santi, Jaka, Ganesha, dan si kecil Gina.

"Lancar?" tanya Jaka yang tak lain adalah anak dari Indra dan Endang.

"Apanya? Pertanyaanmu ambigu, Bang!" balas Athala membuat Jaka tergelak. Sangat disayangkan apabila melewatkan satu hari untuk tidak menggoda sepupunya ini.

"Perjalanannya. Otakmu saja yang minta dicuci ulang!" kata Jaka.

"Sudah-sudah. Kalian ini kalau ketemu selalu saja berantem," tegur Afya. "Mami kangen banget sama kamu, sayang!" Afya beralih memeluk Nia yang duduk di sampingnya.

Athala memutar bola matanya malas melihat Maminya yang bertingkah alay itu. "Peluknya jangan kencang-kencang!"

Afya mencibir Athala. "Posesif!" katanya. "Kamu apa kabar, sayang? Athala baik 'kan sama kamu?" tanya Afya pada Nia.

Nia tersenyum. "Baik, Ma. Mas Athala baik kok," jawab Nia membuat Athala langsung menatapnya.

Kini pria itu mesem-mesem tak jelas setelah mendengar Nia memanggil dirinya dengan sebutan 'Mas'.

"Kesambet kamu, Ath?" tanya Andreas.

Athala mendegus pelan. "Enggak seneng banget kayaknya lihat anaknya bahagia," ucapnya. "Gina mana, Mbak?" tanya Athala pada Santi--istri Jaka.

"Tidur, tadi habis nangis," jawab Santi. Gina adalah anak kedua dari pasangan Jaka dan Santi yang masih berusia tiga bulan. Sedangkan Ganesha adalah anak pertama yang masih berumur lima tahun.

"Ganesha?" tanya Athala lagi.

"Main sama Mbok Nining," jawab Jaka. Athala mengangguk tanda mengerti.

"Bentar lagi Ganesha sama Gina bakalan punya adik baru," sahut Indra--putra sulung keluarga Ariadica.

Athala menaikkan sebelah alisnya. "Mbak Santi hamil lagi? Yakin? Kasihan Gina loh, Mbak. Anaknya masih kecil."

Santi berdecak pelan menatap iparnya itu. "Mbak juga mikir kalau mau tambah anak. Yang dimaksud disini itu kamu sama Nia! Bukan Mbak sama Abangmu!"

"Ath, Ath. Tingkatin kepekaanmu. Sudah nikah masih saja enggak peka. Kasihan istrimu, pasti tertekan," guyon Endang yang mengundang gelak tawa dari semua orang kecuali Oma Suci.

"Doakan saja, Pakdhe, Budhe. Kita berdua juga enggak menunda momongan," jawab Nia.

"Bagus itu," sahut Andreas. "Buatin Papi cucu lima. Biar rumah jadi ramai," imbuhnya.

Athala menatap Papinya dengan kesal. "Dikira bikin anak mudah apa?"

"Mudah, Ath! Tinggal masukin saja langsung jadi," sahut Jaka yang mendapat cubitan dilengannya dari Santi.

Nia? Jangan ditanya lagi. Sekarang, pipi wanita itu sudah merah karena malu.

"Sudah! Kalian bikin menantu Mami jadi malu," kata Afya membuat pipi Nia semakin merah. Hal itu mengundang gelak tawa dari yang lainnya.

Oma Suci yang sedari tadi diam pun kini bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang keluarga begitu saja. Semua menatap kepergian Oma Suci dengan tatapan bingung. Ralat. Lebih tepatnya hanya Nia saja yang bingung.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang