✨Chapter 21✨

90 11 0
                                    

Happy Reading!

Typo?

Silahkan berkomentar!

🌼🌼🌼

Kabar kehamilan Nia sudah di dengar oleh seluruh keluarga besar Athala. Afya yang paling bahagia mendengar kabar bahwa wanita itu sebentar lagi akan menjadi seorang nenek. Bahkan malam ini, dikediaman Athala dan Nia, Afya membawa banyak makanan untuk menantunya.

"Ini dimakan, sayang. Kata Rai, ini makanan kesukaan kamu," ucap Afya menyendokkan kering tempe ada piring Nia.

Athala merotasikan bola matanya melihat perlakuan ibunya. "Mami, Nia  enggak bakalan habis kalau dikasih segitu banyaknya," katanya.

"Benar, Mi. Lihat wajah menantu Papi yang sudah seperti orang terkena tekanan batin," sahut Andreas.

Nia meringis mendengar perkataan ayah mertuanya yang terlalu blak-blakan.

"Maaf, sayang. Mami terlalu bahagia saat tau kamu hamil," kata Afya.

"Enggak apa-apa, Mi. Nia paham kok," balas Nia.

"Aku bantuin habisin, sayang," ujar Athala yang duduk di sebelah Nia. Keduanya makan satu piring berdua. 

Keadaan kembali hening saat makan malam. Hanya terdengar suara dentingan garpu dan sendok yang bersahutan.

"Budhe Endang sama yang lainnya enggak ikut, Mi?" tanya Nia memecah keheningan.

"Budhe lagi sambang besan di Yogyakarta," jawab Afya.

Nia tiba-tiba teringat sesuatu. Wanita itu meneguk ludahnya pelan membuat Athala menoleh.

"Kenapa?" tanya Athala. "Mual? Pusing?"

Afya dan Andreas menatap Nia khawatir.

Nia menggeleng pelan. "Mas?" ujarnya.

"Hm?" jawab Athala berdehem lembut.

"Tiba-tiba pengen bakpia kukus Tugu Jogja," ujar Nia.

"Ternyata kamu ngidam, toh?" kata Afya diselingi tawa diakhir kalimatnya.

"Turutin, Rai. Kalau enggak nanti anak kamu ileran. Mau?" ujar Andreas.

"Papi ih!" kesal Athala menatap Andreas karena ucapan pria tua itu. Andreas hanya terkekeh melihat reaksi putranya. "Iya, nanti kita beli," ujarnya lembut dengan tangannya mengusap kepala istrinya yang tertutup rambut.

"Enggak mau. Maunya langsung dari Jogja," rengek Nia membuat Athala melongo.

"Cari disekitar sini aja ya, sayang?" bujuk Athala.

Nia menggeleng tegas. "Nanti rasanya beda!"

"Mami titipkan sama Budhe Endang saja ya?" sahut Afya membuat kedua mata Nia berbinar seperti anak kecil yang mendapat mainan baru.

"Boleh, Mi!" jawab Nia antusias.

"Makanya, Rai. Punya otak itu dipakai buat mikir," cibir Andreas. "Mau punya anak kok masih lemot."

"Papi pulang aja kalau kerjaannya disini cuma nistain anak sendiri!" kesal Athala menatap Andreas dengan tatatapan permusuhan.

"Nanti Mami pesankan sama Budhe Endang," ujar Afya.

"Makasih banyak, Mi," ujar Nia.

Afya tersenyum tulus pada menantunya. "Sama-sama, Sayang."

Terdengar suara dua orang wanita yang tengah tertawa. Suara kedua orang itu semakin lama semakin mendekat kearah meja makan. Keempat orang yang ada di meja makan pun menatap dua orang yang baru saja sampai.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang