✨Chapter 24✨

92 8 0
                                    

Happy Reading!

🌼🌼🌼

Pasangan suami istri itu keluar dari ruangan dokter kandungan dengan perasaan bahagia setelah memeriksakan kondisi kandungan sang istri. Siapa lagi pasangan itu kalau bukan Athala dan Nia.

Waktu berlalu begitu cepat, kandungan Nia kini sudah menginjak usia dua bulan. Athala yang semakin protektif dengan istrinya dan Nia yang tetap aktif kesana-kemari meskipun tengah berbadan dua. Hal itu kadang membuat Athala cemas sendiri.

"Mau langsung pulang?" tanya Athala saat setelah menebus vitamin di apotek.

"Bentar," jawab Nia lalu mengeluarkan ponsel dari dalam sling bag miliknya kemudian menghubungi seseorang.

Tak lama setelah itu, Nia memutuskan panggilan.

"Hubungin siapa?" tanya Athala.

"Tuh!" jawab Nia menunjuk seorang gadis yang tengah berjalan menuju kearah keduanya dengan wajah masamnya. Gadis itu adalah Fauzia.

"APA!?" tanya Fauzia kesal.

"Lo sibuk?" balik Nia bertanya mengabaikan kekesalan sahabatnya ini.

Entah mengapa rasanya hari ini Nia ingin sekali melihat wajah kesal Fauzia. Dan sekarang, keinginannya terpenuhi.

"Masih nanya lagi," balas Fauzia. "Mau ngapain manggil gue?"

"Makan bakso ke warung Bu Sul, yuk!" ajak Nia.

Fauzia menutupi mulutnya yang menguap. "Gue dua hari enggak pulang. Tidur enggak sampai tiga jam. Hari ini gue libur. Pengen banget tidur seharian tanpa ada gangguan. Impian gue sederhana, tapi susah banget mewujudkannya."

Athala dan Nia meringis saat baru saja menyadari kantung mata Fauzia begitu menghitam. Benar-benar kurang tidur!

"Padahal yang lain sudah pada stand by disana," kata Nia cemberut.

"Bareng sama kita saja. Naik mobil," sahut Athala.

"Yaiyalah naik mobil! Kalau naik motor, mana bisa bertiga!" semprot Fauzia membuat Athala bergidik ngeri.

"Lo kalau ngantuk suka ngegas ya, Zi?" celetuk Nia yang diabaikan oleh Fauzia. Gadis itu menguap lagi. Sungguh, rasanya kedua matanya ingin terpejam.

"Antarin gue pulang sekalian!" putus Fauzia yang dijawab anggukan antusias oleh Nia.

"Pasti! Supir gue selalu siap buat antar kita kemana-mana," ujar Nia.

Athala mendelikkan matanya tak percaya menatap istrinya. "Kok supir, sayang?" tanyanya tak terima.

Nia terkekeh lucu. "Bercanda, sayang," kata Nia dengan diakhiri panggilan sayang membuat kedua telinga Athala memerah bahkan lehernya pun ikut-ikutan memerah.

Fauzia berdecak sebal. "Gue enggak ada waktu buat lihat kebucinan kalian! Buruan berangkat!"

🌼🌼🌼

"Demi bumil, gue rela tinggalin rapat penting," celetuk Sagara.

Nia tertawa mendengar ucapan Sagara. Memang, Nia memaksa mereka untuk berkumpul di warung Bu Sul dengan alasan ngidam. Yang lain mana bisa menolak kalau sudah menyangkut si jabang bayi.

"Anak sultan beda ya? Gue niatnya enggak datang, bapaknya yang bertindak. Mana segala pakai urusan batalin kerja sama. 'Kan sialan!" kata Elang yang masih kesal mengingat paksaan Athala.

Sementara Athala hanya cuek saja menanggapi ocehan Elang. Pria itu kini tengah menyuapkan bakso pada istrinya.

"Lo ngundang kita cuma buat ngelihatin kalian makan bakso semangkok buat berdua?" tanya Putri jengah.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang