✨Chapter 20✨

108 12 0
                                    

Happy Reading!

🌼🌼🌼

"SAYANG, DASI AKU DIMANA?"

Nia menghela nafas saat mendengar teriakan suaminya dari lantai atas. Pernikahan mereka sudah memasuki usia satu bulan. Perlahan, Nia mengetahui sifat Athala yang sesungguhnya. Manja. Iya, Athala itu sangat manja bahkan sampai membuat Nia kewalahan mengatasi sifat suaminya itu.

Mematikan kompor setelah selesai dengan masakannya, Nia akhirnya memilih beranjak meninggalkan dapur menuju kamarnya sebelum Athala berteriak kembali.

"SAY-"

"Ini dasi," kata Nia mengambil dasi yang ada di atas meja kecil disudut ruangan lalu berjalan mendekati Athala. "Makanya, kalau cari sesuatu itu matanya yang digunakan bukan mulut."

Athala malah cengegesan menatap Nia. "Iya, maaf," ujarnya. "Pakaikan dasinya."

Nia mengulurkan tangannya untuk memakaikan dasi pada suaminya. Athala yang senang pun segera merengkuh pinggang istrinya agar lebih dekat lagi dengannya.

"Kenapa enggak pakai sendiri? Biasanya juga bisa." Nia berceloteh seraya fokus pada simpul dasi buatannya.

"Kalau ada istri, kenapa aku harus pasang dasi sendiri?" balas Athala.

Nia berdecak pelan membuat Athala tertawa. Athala asik memandangi wajah Nia yang sedang fokus itu. Cantik. Hanya kata itu yang terbesit dalam hati dan pikirannya.

"Kamu hari ini lembur?" tanya Nia setelah selesai memasangkan dasi suaminya. Nia tersenyum lebar melihat hasil karyanya yang rapi. Mereka masih berada pada posisi yang sama.

"Enggak, kenapa?" jawab sekaligus tanya Athala.

"Mau ngajak makan malam diluar," jawab Nia.

Athala menaikkan sebelah alisnya. Tumben sekali istrinya ini mengajaknya makan malam diluar. "Tumben? Ada acara apa?"

Bukannya menjawab, Nia malah tersenyum manis menatap Athala. "Mau kasih surprise buat kamu," katanya.

"Surprise apaan, sayang? Aku hari ini enggak ulang tahun," ujar Athala.

"Memang nunggu ulang tahun dulu? Intinya nanti kamu harus pulang cepat. Oke?"

Athala mengangguk menuruti ucapan Nia. Tapi isi kepala pria itu menebak-nebak kejutan yang akan diberikan istrinya nanti.

"Ayo sarapan!"

🌼🌼🌼

"Apa!?" tanya galak seorang gadis yang kini tengah menatap sebal lawan bicaranya.

"Santai, Zi," kata Nia yang menjadi lawan bicara Fauzia.

"Lo gangguin waktunya Zia liburan, Ni," celetuk Putri yang duduk disebelah Fauzia.

Ketiga orang itu kini tengah berada disebuah cafe dekat kantor Nia. Awalnya tadi Nia hendak mengajak suaminya untuk makan siang bersama namun tidak jadi karena Athala ada rapat penting yang tak bisa ditinggal. Alhasil, Nia pun menghubungi sahabat-sahabatnya untuk menemaninya. Hanya ada dua orang yang bisa, yang lain masih mencari uang untuk menyambung hidup.

"Gue enak-enak nonton drakor di rumah. Lo nyuruh-nyuruh gue kesini!" kesal Fauzia lalu menyeruput jus melon pesanannya.

Nia meringis. "Gue tuh berniat baik ngajakin lo keluar supaya enggak asik bergaul sama bantal guling doang."

"Tumben lo ngajak kita makan siang?" tanya Putri. "Mana suami lo?"

"Ada rapat," jawab Nia.

"Pintar banget lo, Ni. Suami enggak bisa, sahabat jadi pelampiasan," ujar Fauzia.

INDESTRUCTIBLE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang